Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan gim China Tencent menyatakan bahwa mereka akan membatasi waktu bermain bagi anak di bawah umur, serta melarang anak di bawah 12 tahun melakukan pembelian dalam game.
Hal itu dilakukan Tencent usai munculnya artikel dari media pemerintah Economic Information Daily, surat kabar yang berafiliasi dengan Xinhua News Agency, yang menyebut bahwa gim sebagai sebuah "opium spiritual."
Baca Juga
Usai kritik tersebut dikeluarkan, saham Tencent dikabarkan jatuh sebanyak 11 persen. Tak cuma itu, harta founder dan CEO Tencent, Pony Ma, juga turun sampai US$ 3,2 miliar atau sekitar Rp 45,8 triliun.
Advertisement
Melansir AP News, Kamis (5/8/2021), artikel tersebut mengatakan bahwa game populer Honor of Kings dari Tencent, sebagai salah satu hal yang membuat anak di bawah umur kecanduan.
"'Opium spiritual' telah tumbuh menjadi industri bernilai ratusan miliar," kata surat kabar itu.
Mereka menambahkan, industri game tidak boleh dibiarkan berkembang dengan cara yang akan "menghancurkan satu generasi."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Batasi Waktu Bermain Anak
Pada Selasa waktu setempat, Tencent pun menyatakan bahwa mereka akan membatasi waktu bermain pada anak di bawah umur menjadi satu jam dalam sehari, dan dua jam sehari selama liburan.
Menurut aturan Tiongkok, pengguna di bawah 18 tahun boleh bermain game online maksimal satu setengah jam dalam sehari dan tiga jam selama liburan.
Selain itu, perusahaan juga melarang anak di bawah 12 tahun melakukan pembelian di dalam gim.
Tencent pun juga meminta industri untuk mengontrol waktu bermain game bagi anak di bawah umur, serta mendiskusikan kemungkinan melarang mereka yang berusia di bawah 12 tahun untuk bermain.
Meskipun begitu, perusahaan tidak menanggapi komentar terkait apakah pembatasan tersebut terkait dengan artikel yang dikeluarkan oleh Economic Information Daily.
Advertisement
Langkah Tegas China Bagi Sektor Teknologi
Kritik terhadap industri game pun juga memicu aksi jual saham perusahaan gim China termasuk NetEase. Hal ini dikhawatirkan bisa membuat game bisa menjadi industri berikutnya yang dikenai tindakan tegas.
Beberapa bulan terakhir, pihak berwenang Tiongkok telah menargetkan e-commerce dan pendidikan daring, dalam penerapan aturan yang mengekang perilaku anti persaingan setelah pertumbuhan pesat sektor teknologi selama bertahun-tahun.
Bulan lalu, China juga melarang perusahan yang memberikan bimbingan pelajaran di mata pelajaran inti, untuk mengambil keuntungan
"Jelas ada kekhawatiran besar atas ketidakpastian kebijakan karena ini bukan hanya tentang pendidikan online, ada juga pembicaraan tentang keamanan data dan sekarang, game seluler," kata Kenny Wen, ahli strategi manajemen kekayaan di Everbright Sun Hung Kai.
Wen pun mengatakan bahwa sulit untuk menilai dengan adil pada saham-saham tersebut. Investor pun juga akan mengambil pendekatan menunggu dan melihat, serta relatif berhati-hati di sektor tersebut karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
(Dio/Isk)
Â