Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi mengungkapkan situs dan aplikasi yang menampilkan serial dan film bajakan meraup sekitar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,6 triliun dari iklan setiap tahunnya.
Organisasi keamanan daring nirlaba Digital Citizens Alliance dan perusahaan anti-pembajakan White Bullet mengungkapkan, mereka menemukan setidaknya ada 84 ribu situs hiburan ilegal.
Advertisement
Baca Juga
Melansir NDTV, Senin (16/8/2021), studi mereka menekankan sulitnya isu pembajakan bagi studio film Hollywood dan perusahaan distribusi iklan digital.
Kondisi ini diperparah oleh pandemi, yang membuat lebih banyak orang menonton film dan acara televisi secara streaming.
"Pembajakan menyebabkan kerugian langsung bagi pembuat dan orang lain yang kehilangan pendapatan ketika konten mereka dicuri," kata laporan tersebut.
"Dan merek-merek besar menghadapi risiko reputasi ketika iklan mereka muncul di situs web terlarang," mereka menambahkan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Munculnya Iklan Perusahaan Besar
White Bullet menentukan cakupan pendapatan iklan untuk konten bajakan dengan memantau situs dan aplikasi yang paling populer dan aktif antara Juni 2020 hingga Mei 2021.
Mereka lalu mempertajam di sekitar 6 ribu situs dan 900 aplikasi, serta memantau iklan yang muncul. Merek-merek besar pun rupanya juga muncul di situs-situs tersebut.
Merek seperti Amazon, Facebook, dan Google, menyumbang sekitar 4 persen dari iklan di situs web bajakan dan 24 persen untuk aplikasi hiburan ilegal.
Bagian terbesar dari iklan secara keseluruhan ada dalam bentuk konten bersponsor, yang seringkali berbentuk tautan "clickbait" yang terlihat sepeti akan mengarah ke berita atau video menarik.
Sementara, sebagian iklan lainnya berisi perusahaan yang lebih kecil, konten dewasa, penipuan, serta malware.
Advertisement
Sumber Utama Malware
Kedua organisasi itu menambahkan, situs-situs ini merupakan sumber utama malware, serta beberapa iklan rentan digunakan peretas untuk mencuri informasi pribadi atau melakukan serangan ransomware.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa setiap iklan di situs web dan aplikasi bajakan, hampir pasti tidak disengaja. Namun ada bukti bahwa perusahaan bisa menghentikannya jika mereka waspada.
"Kegagalan untuk memilih alat yang menilai risiko pembajakan secara real-time berarti pengiklan mendanai penjahat - dan itu masalah miliaran dolar," kata Peter Szyszki, CEO dan pendiri White Bullet.
"Yang paling baik, ini kelalaian. Yang paling buruk, ini adalah pendanaan kejahatan IP yang disengaja," ujarnya.
(Dio/Isk)
Infografis Perfilman Indonesia
Advertisement