Liputan6.com, Jakarta - Di tengah antisipasi comeback Tomorrow X Together (TXT) melalui album The Chaos Chapter: FIGHT OR ESCAPE, member tertuanya, Yeonjun, sudah "mencolong start" atensi publik. Pasalnya, nama idol yang didaulat sebagai Artist of the Month Studio Choom bulan lalu ini disebut-sebut Direktur Jenderal (Dirjen) Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam kasus ini, Ghebreyesus menyoroti pesan Yeonjun TXT dalam menghadapi kesedihan. Dalam sebuah live streaming VLive, Jumat, 13 Agustus 2021, pria 21 tahun ini ditanya seorang penggemar, "Ini sedikit memalukan, tapi bisakah kamu memberikan saran bagaimana tidak sedih?"
Yeonjun kemudian menjawab, "Tidak perlu malu. Juga, jangan merasa terbebani untuk meminta saran pada saya di Weverse atau komunitas online ketika merasa sedih atau tertekan. Saya ingin kamu merasa nyaman memberitahu saya, tidak perlu merasa malu dan tidak ada yang aneh."
Advertisement
Baca Juga
"Merasa sedih adalah sesuatu yang sangat wajar. Kamu boleh merasa sedih," katanya. "Salah satu cara untuk tidak bersedih adalah mengalami lebih banyak hal baik. Tapi, karena kamu mengatakan kamu tidak punya banyak (hal yang membuat bahagia) ... saya ingin kamu berkonsentrasi pada hal-hal terkecil yang bisa membuatmu bahagia dalam kehidupan sehari-hari."
"Atau buat momen yang bisa membuatmu bahagia," imbuhnya. Yeonjun menyambung dengan menyontohkan bahwa momen kecil dalam keseharian yang membuatnya bahagia adalah menonton film sambil makan. "Tidak ada yang istimewa, tapi itu membuat saya sangat bahagia," katanya.
Menanggapi pesan Yeonjun TXT, Ghebreyesus mengatakan apa yang dikatakan pemilik nama lengkap Choi Yeonjun itu "benar sekali." "Pandemi adalah waktu yang menantang bagi kita semua. Kita semua bisa merasa sedih dan tertekan, terutama kaum muda," tulisnya di akun Twitter pribadi, akhir pekan lalu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mekanisme Koping dengan Penilaian Ulang Kognitif
Karena itu, Ghebreyesus menegaskan, "Sangat penting untuk menemukan seseorang yang Anda percayai dan bicarakan tentang perasaan Anda. Dan jika Anda melihat seorang teman terlihat sedih, hubungilah."
Melansir verywellhealth, Selasa (17/8/2021), selama setahun terakhir, pandemi COVID-19 memang telah meningkatkan kecemasan dan ketakutan banyak orang. Sementara setiap orang menemukan cara mereka sendiri untuk mengatasinya, beberapa strategi mungkin lebih sehat daripada yang lain.
Salah satu mekanisme koping yang disebut penilaian ulang kognitif, atau membingkai ulang pemikiran tentang suatu situasi, biasanya digunakan dalam situasi stres untuk mengurangi rasa takut. Sayangnya, dalam studi, ada juga risiko mereka meremehkan COVID-19 dan kurang mematuhi peraturan kesehatan masyarakat karena metode itu.
"Kami telah belajar lebih banyak tentang kelemahan yang tidak menguntungkan yang dapat dialami orang ketika mereka fokus pada pengurangan emosi negatif dalam menghadapi stres," penulis studi Brett Ford, PhD, asisten profesor psikologi di University of Toronto, menjelaskan.
Maka itu, Ford mengatakan bahwa publik "perlu memahami konsekuensi hilir dari penggunaan metode ini, terutama dalam menghadapi ancaman kesehatan masyarakat seperti COVID-19."
Aaron Rodwin, master pekerja sosial berlisensi di Humantold yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mencatat penelitian yang diterbitkan bulan lalu ini adalah salah satu yang pertama menunjukkan bahwa beberapa strategi untuk melindungi kesehatan mental mungkin berpotensi membahayakan fisik.
Advertisement
Mengolah Momen Positif yang Berorientasi Sosial
Para peneliti akhirnya mengeksplorasi cara menggunakan penilaian ulang kognitif tanpa jadi berisiko. Dalam studi mereka, para peneliti menemukan bahwa mengolah momen-momen positif yang berorientasi sosial, seperti rasa syukur dan inspirasi, merupakan cara paling efektif untuk menggunakan penilaian ulang kognitif.
Penilaian ulang yang sehat tidak dimaksudkan untuk menyangkal keseriusan masalah dalam upaya merasa lebih baik. Ini dimaksudkan untuk membantu individu secara kritis dan realistis mengevaluasi keseriusan ancaman, serta kapasitas mengatasinya secara efektif.
"Misalnya, 'Situasi COVID ini mengerikan, tapi telah membantu saya menghargai pentingnya menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga saya,'" kata Scott M. Hyman, PhD, seorang profesor psikologi di Universitas Albizu.
Ford menambahkan, "Misalnya, Anda dapat mempertimbangkan kembali bagaimana situasi stres dapat memberi manfaat tidak terduga, memungkinkan orang untuk menumbuhkan saat-saat syukur, kekaguman, atau hubungan sosial."
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19
Advertisement