Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin naik 5,01 persen menjadi US$ 49.106,4 atau sekitar Rp 707 juta (asumsi Rp 14.403 per 1 dolar AS) pada Jumat (20/8/2021) pukul 22.04 waktu GMT atau Sabtu (21/8/2021) pukul 05.04 WIB.
Mengutip laman Reuters, kenaikan itu menambahkan US$ 2.342,1 atau sekitar Rp 33,7 juta ke penutupan sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Bitcoin, cryptocurrency terbesar dan paling terkenal di dunia, naik 77,4 persen dari level terendah tahun ini di US$ 27.734 atau sekitar Rp 399 juta pada 4 Januari 2021.
Sementara Ether, koin yang terhubung ke jaringan blockchain ethereum, naik 3,03 persen menjadi US$ 3.281,82 atau sekitar Rp 47 juta pada hari Jumat, menambahkan US$ 96,64 atau sekitar Rp 1,4 juta ke penutupan sebelumnya.
Sempat Turun
Sebagian besar cryptocurrency atau uang kripto mengalami penurunan harga dibandingkan Selasa 17 Agustus 2021. Seperti diketahui mata uang digital ini sempat melakukan reli beberapa minggu terakhir.
Seperti dilansir Coindesk, Kamis (19/8/2021), bitcoin diperdagangkan dengan harga USD 45.418 atau sekitar Rp 654,68 juta (asumsi kurs rupiah Rp 14.414 per dolar AS). Harga bitcoin ini mengalami penurunan sekitar 1,6 persen dalam 24 jam terakhir.
Meski demikian, beberapa analis optimis tentang pemulihan jangka panjang harga kripto, walau laju kenaikan kemungkinan akan melambat untuk jangka pendek.
"Sementara banyak indikator teknis dan on-chain mengkonfirmasi kekuatan rebound ini, mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa kita keluar dari kesulitan," kata kepala investasi perusahaan manajemen aset digital TwoPrime, Nathan Cox.
Pedagang juga memantau tindakan keras peraturan yang sedang berlangsung di beberapa negara, sehingga dapat meredam sentimen bullish.
Pada Selasa, People's Bank of China cabang Shenzhen berencana untuk membersihkan dan memperbaiki 11 perusahaan karena menyediakan kegiatan perdagangan crypto secara ilegal.
Di Spanyol, Komisi Pasar Sekuritas Nasional mengeluarkan pemberitahuan peringatan untuk 12 perusahaan, termasuk pertukaran crypto Huobi dan Bybit. Hal ini dilakukan karena menyediakan layanan investasi tanpa terdaftar di otoritas.
Tak hanya itu, anak perusahaan bursa kripto dari raksasa teknologi Jepang, LINE di Korea Selatan dikabarkan akan membatasi layanannya bulan depan.
Advertisement
Volume Perdagangan Menurun
Grafik teknis menyarankan bitcoin tetap dalam mode breakout dengan dukungan sekitar USD 42.000. Hilangnya momentum jangka pendek dapat memicu periode ambil untung yang singkat.
Pendapatan penambangan Bitcoin meningkat karena hashrate blockchain pulih dari posisi terendah pada Juli. Ini adalah tanda positif untuk jaringan blockchain dan dapat menunjukkan akumulasi bitcoin di masa yang akan datang oleh penambang.
“Selama dua bulan terakhir, hashrate telah meningkat sekitar 25 persen dari posisi terendah, menunjukkan hashrate 12,5 persen dari penambang yang terkena dampak telah kembali online,” ujar analis Glassnode.
Hashrate mengacu pada total gabungan kekuatan komputasi yang digunakan untuk menambang dan memproses transaksi. Volume perdagangan Bitcoin di bursa spot terkemuka menurun selama seminggu terakhir karena reli short-squeeze terhenti.
“Setelah rata-rata volume perdagangan bitcoin menuju USD 7 miliar minggu lalu, kami sekarang kembali ke USD 5 miliar,” tulis Arcane Research dalam laporannya.
Jika bitcoin terus diperdagangkan lebih tinggi pada volume yang menurun, hal ini bisa menandakan pasar telah lelah dan tak memiliki langkah berkelanjutan.
“Kami ingin melihat peningkatan volume yang jelas jika harga BTC melonjak menuju USD 50K lagi,” tulis Arcane.
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar
Advertisement