Sukses

1 Juta Akun Gamer Milik Pengembang Game Android Ini Bocor di Internet

Menurut laporan tim peneliti dari vpnMentor, 1 juta akun gamer milik pengembang game Android yang bernama EskyFun ini bocor dari server.

Liputan6.com, Jakarta - Tim peneliti keamanan baru-baru ini menemukan sebuah kebocoran data milik salah satu developer game mobile kenamaan asal Tiongkok, yaitu EskyFun.

Menurut laporan tim peneliti dari vpnMentor, data yang bocor dari server pengembang berisikan informasi penting milik lebih dari 1 juta akun pemain di seluruh game buatan EskyFun.

Dikutip dari Gizmochina, Sabtu (28/8/2021), EskyFun menggunakan server yang tidak memiliki keamanan ketat untuk menyimpan sejumlah besar data pengguna di game-nya.

Adapun data-data yang dikumpulkan perusahaan bersifat pribadi dan sensitif bagi pengguna, dan tim mencatat tidak ada alasan bagi perusahaan untuk menyimpan file detail pada penggunanya.

Karena data sensitif ini tidak diamankan, EskyFun berpotensi membuat semua player-nya menjadi korban penipuan, peretasan, dan bahaya lainnya (seperti ransomware) oleh pelaku kejahatan. 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Game EskyFun yang Kena Dampak

Informasi, EskyFun Entertainment Network Limited adalah penerbit game mobile dari Tiongkok yang memiliki banyak judul Android populer.

Game buatan perusahaan, termasuk sejumlah judul dengan genre role play dan fantasy dengan total unduhan lebih dari 1,5 juta.

Sementara untuk game-game yang terkena imbas dari kebocoran data tersebut, antara lain Rainbow Story: Fantasy MMORPG (500.000+ unduhan), Metamorph M (100.000+ unduhan), Dynasty Heroes: Legends of Samkok (1.000.000+ unduhan).

 

3 dari 3 halaman

Tidak Ada Tanggapan dari Pengembang

Lebih lanjut, tim peneliti dari vpnMentor menemukan pelanggaran data ini pertama kali pada Juli 2021 dan segera memberi tahu penerbit.

Namun, perusahaan tidak menanggapi dan upaya kedua untuk menghubungi dilakukan beberapa minggu setelahnya.

Setelah itu, tim juga menghubungi Hong Kong CERT (Computer Emergency Response Team) yang menyebutkan masalah tersebut segera diatasi.

(Ysl/Isk)