Sukses

Moderator WhatsApp Dituding Bisa Intip Chat Pengguna

WhatsApp ternyata memiliki moderator yang disebut-sebut bisa mengintip 5 chat terakhir pengguna setelah ada pesan yang dilaporkan.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook selalu menyakinkan pengguna akan privasi pada WhatsApp. Fitur keamanan yang dibanggakan adalah enkripsi end-to-end. Lewat fitur ini, Facebook selalu bilang kalau layanan pesan WhatsApp bebas dari mata-mata yang mengintip pesan pengguna.

Bos Facebook Mark Zuckerberg bahkan pernah berkata, "Kami tidak melihat konten apa pun di WhatsApp, itu sepenuhnya dienkripsi."

Kehadiran enkripsi end-to-end pun makin ditekankan melalui kebijakan privasi dan Syarat Layanan (Terms of Use).

"Kami tidak dapat membaca atau mendengarkan percakapan pribadi Anda, karena percakapan tersebut dienkripsi end-to-end. Mereka tidak berubah," tulis WhatsApp.

Namun menurut laporan ProPublica, hal tersebut tidak benar. Mengutip Gizmodo, Kamis (9/9/2021), hal ini merujuk pada sistem moderasi konten WhatsApp yang ditemukan ProPublica.

ProPublica mendapati adanya moderator WhatsApp. Selain itu, WhatsApp menyerahkan metadata kepada penegak hukum, dan perusahaan telah lama berbagi data pengguna di antara ekosistem aplikasi.

"WhatsApp dapat membaca beberapa pesan Anda, jika penerima melaporkannya," kata ProPublica dalam laporan Gizmodo.

Hal ini pun menyebabkan kebingungan mengenai enkripsi end-to-end yang berarti, hanya pengirim dan penerima yang memiliki token digital untuk membaca pesan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

WhatsApp Punya 1.000 Moderator

ProPublica mencatat, setidaknya ada 1.000 moderator yang dipekerjakan oleh firma moderator Facebook, Accenture. Mereka bertugas meninjau konten yang dilaporkan pengguna dan telah ditandai oleh sistem machine learning-nya.

Para moderator ini memantau pesan yang ditandai sebagai spam, disinformasi, ujaran kebencian, potensi ancaman teroris, materi pelecehan seksual anak, pemerasan, dan bisnis berorientasi seksual.

Berdasarkan jenis konten di atas, moderator bisa mencekal akun, menempatkan pengguna sebagai 'orang yang tengah diawasi', atau membiarkan pengguna. Hal ini dianggap berbeda dengan Facebook atau Instagram yang memungkinkan moderator menghapus unggahan individual.

Selain itu, dalam opininya untuk Wired, Kepala WhatsApp, Will Cathcart, menulis, "Perusahaan menyerahkan 400.000 laporan kepada otoritas keselamatan anak tahun lalu, dan orang-orang telah diadili karena hal tersebut." Sebagian besar setuju bahwa konten kekerasan seksual anak harus dipantau.

Namun kepada ProPublica, seorang moderator WhatsApp menyebut, "Program kecerdasan buatan aplikasi mengirimkan sejumlah unggahan yang tidak berbahaya ke moderator WhatsApp. Misalnya anak-anak di bak mandi."

Setelah konten yang ditandai mencapai mereka, ProPublica pun melaporkan bahwa moderator bisa melihat lima pesan terakhir dalam satu utas.

3 dari 4 halaman

Facebook: Ini Tidak Bertentangan dengan Enkripsi End-to-End

Pihak WhatsApp sendiri dalam ketentuan layanan menyebut, ketika sebuah akun dilaporkan, mereka menerima pesan terbaru dari grup atau pengguna yang dilaporkan. Selain itu juga menerima "informasi tentang interaksi terbaru Anda dengan pengguna yang dilaporkan."

Informasi yang bisa dilihat moderator mencakup nomor telepon, foto profil, akun Facebook dan Instagram yang ditautkan, alamat IP, dan ID ponsel. WhatsApp tidak menyebut bahwa pihaknya mengumpulkan semua metadata pengguna terlepas dari bagaimana pun pengaturan privasi pengguna.

Seperti Facebook, WhatsApp tampaknya mau berbagi metadata dengan penegak hukum AS. Penegak hukum bisa mendapat perintah pengadilan untuk mendapatkan informasi, namun WhatsApp juga bisa memilih untuk tidak menyimpan informasi.

Pesaingnya, Signal, mengklaim, satu-satunya metadata yang dikumpulkan adalah kontak pengguna. jika WhatsApp menawarkan fitur Signal untuk mengenkripsi metadata, perusahaan tidak bisa membagikan apa pun meski mereka mau.

WhatsApp juga tidak memberikan banyak kejelasan mengenai mekanisme yang dipakai untuk menerima pesan yang didekripsi. Namun, ketika orang mengetuk tombol "laporkan" akan secara otomatis menghasilkan pesan baru antara pengguna dan nomor yang dilaporkan.

Sementara itu menurut Facebook, para pengguna yang melaporkan konten membuat pilihan sadar untuk berbagi informasi dengan Facebook. Menurut perusahaan, pengumpulan konten dan percakapan ini tidak bertentangan dengan enkripsi end-to-end.

(Tin/Isk)

 

4 dari 4 halaman

Infografis Waspada WhatsApp Rentan Dibobol Hacker