Liputan6.com, Jakarta - Munculnya virus corona Covid-19 beserta varian-variannya membuat banyak perusahaan di dunia yang membuat rencana jangka panjang dan model kerja, baik kerja di kantor atau secara gabungan di rumah dan kantor (hybrid working).
Dalam riset yang dilakukan Entrust, 64 persen mayoritas pemimpin bisnis dan 54 persen karyawan yang disurvei secara global, mengatakan bahwa perusahaan mereka saat ini menggunakan model kerja hybrid.
Survei Entrust itu dilakukan terhadap 1.500 pemimpin bisnis dan 1.500 karyawan di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Indonesia, Jepang, dan Singapura.
Advertisement
Baca Juga
Dalam siaran persnya, ditulis Jumat (16/9/2021), untuk Indonesia, responden meliputi 150 pimpinan bisnis dan 150 karyawan.
Survei bertajuk "Securing the New Hybrid Workplace" ini sendiri bertujuan untuk lebih memahami pekerja dari level manajer hingga jajaran direksi, dalam menyiapkan ruang kerja berbasis hybrid.
"Dengan berbagai ketidakpastian yang terjadi selama satu setengah tahun terakhir, banyak organisasi yang mampu beradaptasi dengan bekerja secara remote," kata James Cook, Director of Digital Security, Asia Pacific and Japan Entrust.
Survei ini juga bertujuan melihat bagaimana pemimpin bisnis mengadaptasikan keamanan dan identitas untuk model kerja hybrid. Selain itu juga berupaya mengetahui serta bagaimana pemimpin bisnis dan karyawan bersiap melindungi data dan informasi penting.
Cook juga mengatakan, Entrust ingin mengetahui bagaimana perubahan dari keamanan kantor dan kemungkinan apakah beradaptasi dengan model kerja hybrid membuat kerentanan berlipat ganda.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Keamanan Data Menjadi Prioritas
Entrust melaporkan, saat bekerja di kantor, 77 persen pemimpin bisnis dan 93 persen karyawan secara global setuju bahwa penting bagi perusahaan untuk memiliki sebuah sistem yang mencatat dan melacak pengunjung yang masuk dan keluar gedung saat karyawan bekerja.
Keamanan data dinilai sebagai prioritas bagi mayoritas pemimpin bisnis, dengan 81 persen mengatakan perusahaan mereka sudah menawarkan pelatihan keamanan data untuk para karyawan.
Namun, hanya 61 persen karyawan yang menyebut bahwa perusahaan sudah menawarkan pelatihan semacam ini. Entrust mengatakan, temuan itu mengindikasikan adanya kesenjangan dalam komunikasi.
Hasil survei juga mengungkap, mayoritas pemimpin bisnis (82 persen) di Indonesia mengatakan, perusahaan mereka menggunakan model hybrid, dengan 65 persen karyawan setuju.
Para pimpinan perusahaan juga menyebut, tantangan terbesar di bidang keamanan yang mereka hadapi adalah kebocoran data penting perusahaan (35 persen), keamanan internet rumah (19 persen), dan serangan siber (19 persen).
Selain itu, semua pemimpin bisnis dan 99 persen karyawan di Indonesia juga setuju, perusahaan perlu memasang sistem yang bisa mencatat dan melacak pengunjung yang masuk dan keluar gedung, ketika para karyawan bekerja di kantor.
Advertisement
Kesenjangan Komunikasi
Keamanan data menjadi prioritas bagi pemimpin bisnis di Indonesia, dengan 88 persen mengatakan bahwa perusahaan yang mereka pimpin menawarkan pelatihan mengenai keamanan data kepada karyawan.
Walau begitu, tak jauh beda dari temuan global, hanya 69 persen karyawan yang mengatakan perusahaan mereka sudah menawarkan pelatihan tersebut. Sekali lagi, ini mengindikasikan adanya kesenjangan komunikasi.
Temuan Entrust juga melaporkan, perusahaan-perusahaan cenderung mengikuti keinginan yang jelas dari para karyawan untuk opsi bekerja secara hybrid.
64 persen perusahaan di Indonesia mengatakan mereka mempertimbangkan untuk mempekerjakan karyawan-karyawan yang secara geografis tinggal di lokasi yang beragam.
Agar perusahaan-perusahaan dapat mengikuti tren ini dan mempekerjakan karyawan di lingkungan baru yang hybrid, ada beberapa cara untuk meningkatkan dan mengamankan proses bergabungnya karyawan baru.
Langkah Perusahaan Jaga Keamanan
Penelitian ini juga mengungkap, di Indonesia kurang dari setengah (45 persen) pemimpin bisnis memperbaiki metode pelatihan mereka, namun hampir dua pertiga (62 persen) menggunakan alat kolaborasi baru atau yang sudah ditingkatkan.
Selain itu, hampir tiga perempat (73 persen) dari mereka menerapkan penerbitan mobile ID untuk karyawan yang bekerja secara remote.
Lebih jauh lagi, 75 persen dari pemimpin bisnis di Indonesia mengambil langkah untuk menjaga keamanan internal dengan memberlakukan teknologi one-time password.
70 persen juga dilaporkan menggunakan otentifikasi biometrik dan 69 persen memakai verifikasi mobile ID. Mereka menyebut langkah-langkah tersebut diambil agar mereka selangkah lebih maju dari peretas dan data internal mereka terlindungi.
Entrust pun mengatakan, dengan memberikan informasi mengenai pelatihan soal keamanan data bagi karyawan, pemimpin bisnis sesungguhnya bisa membantu mengurangi risiko ancaman keamanan, termasuk phising dan serangan ransomware.
Advertisement