Sukses

Opensignal: Telkomsel Tingkatkan 4G dengan Refarming Spektrum 3G

Opensignal mengkaji bagaimana operator di Indonesia telah memakai spektrum 3G yang ada, untuk mempercepat 4G dan implementasi 5G di masa depan.

Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru Opensignal mengungkapkan bahwa Telkomsel meningkatkan kapasitas 4G mereka dengan cara memperbarui (refarming) spektrum 3G.

Kajian yang dilakukan Opensignal berupaya mencari tahu bagaimana operator di Indonesia telah memakai spektrum 3G yang ada, untuk mempercepat 4G dan implementasi 5G di masa depan.

Dalam analisisnya, Opensignal mempelajari spektrum Telkomsel untuk memahami pendekatan yang dipakai operator dan dampaknya terhadap pengalaman seluler pelanggannya.

Dalam laporannya, dikutip Kamis (23/9/2021), Opensignal mengungkapkan, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia hanya mengalokasikan sekitar sepertiga spektrum dari apa yang dibutuhkan untuk mendukung penyebaran 4G dan 5G..

Untuk mengatasi tantangan itu, para operator pun ingin memanfaatkan kepemilikan spektrum yang ada, dengan menggunakan kembali sebagian atau seluruh spektrum yang saat ini mereka gunakan, untuk jaringan 3G dan/atau 4G.

Dikutip dari laporan Opensignal, data mereka menunjukkan bahwa Telkomsel mulanya mengandalkan tiga saluran downlink 5 Mhz pada Band 1 (pita frekuensi 2,1 GHz), untuk menyediakan layanan 3G di 40 kota besar di Indonesia.

Namun dalam delapan bulan terakhir, Telkomsel telah memperbarui sebagian besar spektrum tersebut, sehingga mampu meningkatan kapasitas jaringan 4G-nya.

Sementara itu, untuk jaringan 3G, Telkomsel saat ini hanya mengandalkan satu saluran downlink 5 Mhz.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Meningkatnya Pengalaman Seluler

Opensignal melihat data penggunaan Band 1 Telkomsel di berbagai kota dan menemukan pada awal tahun ini, Telkomsel telah memperbaharui dua dari tiga saluran downlink 5 MHz dari 3G ke 4G di 10 kota.

Sepuluh kota tersebut yaitu Bandung, Tangerang, Sukabumi, Malang, Semarang, Surakarta, Palembang, Denpasar, Mataram, dan Yogyakarta.

Di akhir Agustus 2021, Telkomsel telah mengonfigurasi ulang 10 Mhz (2x5 Mhz) di 35 dari 40 kota, di antaranya Jakarta, Balikpapan, Tasikmalaya, Ambon, dan Jayapura.

"Terdapat pengecualian di kota Medan, Makassar, Palangkaraya, Tarakan, dan Gorontalo, di mana Telkomsel masih terus memakai spektrum 15 MHz pada pita frekuensi 2100 MHz untuk 3G," tulis Opensignal dalam laporan.

Data Opensignal menyebutkan, ada perubahan pengalaman seluler pengguna antara bulan Januari dan Agustus, di mana pengguna Telkomsel di 40 kota yang disebutkan tadi mengalami peningkatan kecepatan unduh pada jaringan 4G rata-rata sebesar 16,8 persen.

Sementara di bulan Agustus, kecepatan unduh rata-rata pada jaringan 4G adalah 21,6 Mbps dan pada bulan Januari hanya 18,5 Mbps.

"Hal itu memperlihatkan bahwa pembaruan spektrum, di antara faktor lainnya, berkontribusi positif terhadap pengalaman seluler pengguna," tulis Opensignal.

Di sisi lain, kecepatan unduh rata-rata pada jaringan 3G tidak mengalami perubahan yang signifikan pada bulan Januari 2021 dan Agustus 2021 (secara absolut). Hal itu menunjukkan bahwa 5 MHz pada spektrum Band 1 cukup untuk mendukung jaringan 3G. 

3 dari 4 halaman

Masing-Masing Operator Gunakan Pendekatan Berbeda

Lebih lanjut Opensignal mengatakan, Telkomsel dan kompetitornya memiliki pendekatan yang berbeda dalam memanfaatkan spektrum yang dimiliki.

Dalam hal ini, Telkomsel me-refarming spektrum Band 1 (2,1 GHz)  untuk menambah kapasitas penggunaan 4G. Kemudian, 5G digelar di spektrum baru pada Band 40 (frekuensi 2,3 GHz). 

Sementara, Smartfren berencana untuk menggunakan spektrum baru pada Band 40 (2,3 GHz) untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan, serta memperluas jangkauannya ke luar wilayah operasional yang telah ada saat ini.

Di sisi lain, XL Axiata tidak mendapatkan spektrum baru dan memakai teknologi Dynamic Spectrum Sharing (DSS) pada spektrum 1,8 GHz dan 2,1 GHz untuk menggelar layanan 5G.

Kemudian, Indosat Oreedoo menggelar 5G pada frekuensi 1,8 GHz dan menandatangani perjanjian  merger dengan Tri (3) Indonesia. Nokia dan Tri Indonesia telah bekerja sama demi menyebarkan teknologi DSS untuk jaringan 3G dan 4G.

Opensignal pun mengatakan, sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada jaringan 3G, meski kini Indonesia telah melangkah untuk mengadopsi 5G. 

"Artinya, operator di Indonesia menghadapi tantangan dalam mematikan jaringan 3G sepenuhnya dan menggunakan kembali spektrum 3G untuk efisiensi teknologi 4G saat ini, dan untuk 5G nanti," kata Opensignal.

Namun, Opensignal menilai, data mereka menunjukkan bahwa dengan memigrasikan para pengguna 3G ke 4G, dan refarming spektrum 3G, akan berdampak positif pada pengalaman seluler pengguna secara keseluruhan.

4 dari 4 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia