Liputan6.com, Jakarta - Salah satu orang terkaya di dunia, Jeff Bezos, dikabarkan memberikan suntikan dana investasi bagi startup e-commerce Indonesia, Ula.
Tech Crunch melaporkan, ditulis Selasa (5/10/2021), sumber anonim mereka mengatakan bahwa Jeff Bezos telah berinvestasi dalam putaran pembiayaan baru di startup yang baru berusia satu setengah tahun tersebut.
Seperti dilaporkan Bisnis Liputan6.com, Ula sendiri mendapatkan pendanaan seri B sebesar US$ 87 juta atau setara dengan Rp 1,24 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Pendanaan bersama ini dipimpin oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital, serta Bezos Expeditions, yang merupakan venture capital milik pendiri Amazon Jeff Bezos, serta investor Asia Tenggara lain yaitu Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Para investor yang telah mendanai Ula pada seri sebelumnya seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global, juga turut berpartisipasi kembali pada pendanaan seri B kali ini.
Ula juga turut mengajak Pandu Sjahrir, yang merupakan seorang investor berpengalaman serta pengusaha, sebagai penasehat perusahaan.
Ula didirikan Nipun Mehra (mantan eksekutif Flipkart di India dan mantan mitra di Sequoia Capital India), Alan Wong (sebelumnya bekerja dengan Amazon), Derry Sakti (yang mengawasi operasi consumer goods P&G di Indonesia), dan Riky Tenggara (sebelumnya dengan Lazada dan aCommerce).Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Startup Ula
Mengutip Tech Crunch, platform e-commerce business to business Ula membantu pengecer kecil mengatasi inefisiensi yang dihadapi dalam rantai pasokan, inventaris, dan modal kerja.
Mereka mengoperasikan pasar e-commerce grosir untuk membantu pemilik toko hanya menyimpan inventaris yang mereka butuhkan dan juga memberi mereka modal kerja.
Co-Founder dan Chief Operating Officer Ula Riky Tenggara mengatakan, di dunia yang telah didukung teknologi, warung tidak lagi hanya menjadi "sekedar sebuah toko saja."
Dalam keterangannya kepada Bisnis Liputan6.com, Riky mengatakan bahwa warung merupakan sebuah pintu gerbang bagi warga sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Warung pada umumnya memiliki keunggulan yang besar, seperti biaya yang sangat kecil (karena dijalankan oleh anggota keluarga dan telah memiliki tempat sendiri) serta memiliki hubungan yang erat dengan pelanggannya.
"Sementara e-commerce menghadapi masalah biaya pengiriman yang mahal dan toko ritel tradisional memiliki bangunan fisik terbatas di jalan utama, ada banyak pemilik warung tradisional yang mendapatkan keuntungan dengan melayani kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekitar mereka," katanya.
Keuntungan yang kecil, pilihan produk yang terbatas, serta modal usaha yang terbatas membuat mereka tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan di sekitar mereka dan merealisasikan potensi pertumbuhan bisnis mereka.
"Memecahkan kompleksitas masalah rantai pasokan di Indonesia merupakan sebuah upaya yang sangat menantang dan berdampak," kata Riky.
"Sebagai perusahaan yang dibangun dari sebuah komunitas, kami tidak dapat meremehkan pentingnya memberikan layanan yang selalu dapat diandalkan oleh pelanggan kami, khususnya layanan yang dapat memberikan perbedaan yang nyata bagi kehidupan mereka."
Â
Advertisement
Tumbuh 230 Kali Lipat
20 bulan sejak peluncurannya dan di tengah kondisi pandemi, Ula tumbuh 230 kali lipat dan saat ini menawarkan lebih dari 6 ribu produk, serta melayani lebih dari 70 ribu warung di platformnya.
Ula juga memiliki tim yang tersebar di tiga negara, serta menjadi salah satu perusahaan rintisan dengan petumbuhan tercepat di kawasan ini.
Terkait suntikan dana dari Bezos, Ula pun sudah mengonfirmasi hal itu, termasuk mengenai pendanaan seri B sebesar US$ 87 juta.
"Kami diluncurkan pada tahun 2020, dengan misi tunggal untuk memberdayakan pengecer kecil di lingkungan dengan teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka," kata Nipun Mehra kepada Tech Crunch.
Menurut Mehra, mereka mengambil pendekatan jangka panjang untuk memecahkan masalah mendasar dari pengecer tradisional dengan berinvestasi dalam teknologi, rantai pasokan, dan penawaran kredit dengan data.
"Investor baru Ula datang dengan keahlian global dan berbagi pola pikir jangka panjang perusahaan ini," kata Mehra.
"Kami berterima kasih kepada mereka karena percaya pada misi Ula dan berharap untuk belajar dari pengalaman mereka membayangkan kembali ritel di pasar negara berkembang lainnya."
Ketertarikan Bezos pada Ula sendiri datang saat Amazon belum masuk di sebagian besar negara di Asia Tenggara, atau baru mempertahankan kehadirannya secara terbatas.
(Dio/Isk)
Infografis 7 Tips Aman Belanja di Pasar Saat Pandemi Covid-19
Advertisement