Sukses

3 Ilmuwan Raih Nobel Fisika 2021, Ini Kontribusi Mereka Terhadap Ilmu Pengetahuan

Tiga ilmuwan meraih penghargaan Nobel Fisika 2021, untuk studi mereka tentang fenomena yang chaotic dan tampak acak

Liputan6.com, Jakarta - Royal Swedish Academy of Sciences tahun ini menganugerahkan penghargaan Nobel Fisika pada tiga ilmuwan. Ketiganya diganjar penghargaan karena dinilai memberikan kontribusi berupa terobosan untuk pemahaman mengenai sistem fisik yang kompleks.

"Tiga Pemenang berbagi Hadiah Nobel Fisika tahun ini untuk studi mereka tentang fenomena yang chaotic dan tampaknya acak," tulis Nobel Prize, dilansir laman resminya, dikutip Rabu (6/10/2021)

Ketiga peraih Nobel Fisika 2021 adalah Syukuro Manabel dari Princeton University, Amerika Serikat; Klaus Hasselmann dari Max Planck Institute for Meteorology, Jerman; dan Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italy.

Nobel Prize mengungkapkan bahwa Manabel dan Hasselmann mendapatkan penghargaan untuk pemodelan fisik iklim Bumi, mengukur variabilitas dan memprediksi pemanasan global dengan andal.

Sementara, Parisi mendapatkan penghargaan untuk penemuan interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisik dari skala atom ke planet.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Studi yang Dilakukan

Lebih lanjut Nobel Prize menyatakan, Manabe dan Hasselmann meletakkan dasar pengetahuan tentang iklim Bumi dan bagaimana manusia mempengaruhinya.

Sementara Parisi dihargai atas kontribusi revolusionernya pada teori materi yang tidak teratur dan proses acak.

"Sistem yang kompleks dicirikan oleh keacakan dan ketidakteraturan dan sulit untuk dipahami. Hadiah tahun ini mengakui metode baru untuk menggambarkan itu dan memprediksi perilaku jangka panjang mereka," tulis laman tersebut.

Nobel Prize menyebut, salah satu sistem kompleks yang sangat penting bagi umat manusia adalah iklim Bumi.

Syukuro Manabe, Senior Meteorologist kelahiran Shingu, Jepang tahun 1931, mendemonstrasikan bagaimana peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu di permukaan Bumi.

3 dari 4 halaman

Hadiah 10 Juta Krona

Klaus Hasselmann, profesor kelahiran 1931, menciptakan model yang menghubungkan cuaca dan iklim, sehingga menjawab pertanyaan mengapa model iklim dapat diandalkan meskipun cuaca berubah-ubah dan kacau.

Sementara, pada 1980, Giorgio Parisi menemukan pola tersembunyi dalam bahan kompleks yang tidak teratur. Penemuan profesor kelahiran Roma 1948 ini menjadi salah satu kontribusi terpenting untuk teori sistem yang kompleks.

"Penemuan yang diakui tahun ini menunjukkan bahwa pengetahuan kita tentang iklim bertumpu pada dasar ilmiah yang kuat, berdasarkan analisis pengamatan yang ketat," kata Thors Hans Hansson, ketua dari Nobel Commitee for Physics.

"Pemenang tahun ini semuanya telah berkontribusi pada kita untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang sifat dan evolusi sistem fisik yang kompleks," ujarnya.

Mengutip BBC, para pemenang Nobel akan berbagi hadiah uang sebesar 10 juta krona atau sekitar Rp 16,2 miliar.

4 dari 4 halaman

Infografis Nobel Sastra