Liputan6.com, Jakarta - Qlue mendorong peningkatan lokalisasi teknologi untuk mempertahankan kearifan lokal di Indonesia. Langkah ini dinilai perlu agar tidak terjadi benturan digitalisasi dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
Menurut Founder dan CEO Qlue, RaMa Raditya, kemajuan teknologi memiliki potensi untuk mendegradasi kearifan lokal jika tidak dikelola secara optimal.
Advertisement
Baca Juga
"Salah satunya contohnya adalah urbanisasi yang semakin tinggi lantaran perkembangan teknologi cenderung lebih banyak dimanfaatkan di kawasan perkotaan. Kondisi itu mengakibatkan kawasan perdesaan akan ditinggal penduduknya yang berpotensi mengurangi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat" kata Rama melalui keterangannya, Selasa (12/10/2021).
Maka dari itu, kara RaMa, lokalisasi teknologi menjadi vital demi mendorong sinergi lebih optimal antara kemajuan teknologi dan kearifan lokal dalam memanfaatkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
"Sebab, penetrasi teknologi yang mayoritas berasal dari luar negeri tidak otomatis menjadi jawaban atas persoalan yang terjadi di suatu wilayah. Dengan didukung data-data yang komprehensif, lokalisasi teknologi menjadi lebih signifikan manfaatnya dalam menjadi solusi bagi masyarakat," ucapnya menambahkan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Hanya Fokus Kembangkan Teknologi
RaMa menuturkan suatu hal yang signifikan adalah mengakomodir pasar yang ada. Jadi tidak hanya fokus mengembangkan teknologi, tetapi juga mengadaptasi teknologi untuk menjadi solusi atas sebuah masalah.
"Secara talent, Qlue memiliki engineer yang berasal dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Bandung, bahkan sampai Papua. Prinsip hyper-localized teknologi itu sudah diterapkan perusahaan sehingga bisa menjangkau seluruh provinsi di Indonesia, bahkan diterima oleh pasar di Jepang, Malaysia, dan Singapura," klaimnya.
Penetrasi teknologi yang cukup tinggi menjadi salah satu perhatian dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya di Indonesia.
Transformasi digital yang berlangsung dalam skala luas harus memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal agar tidak masyarakat tidak kehilangan identitas kebudayaan.
Â
Advertisement
Kearifan Lokal dalam Transformasi Digital
Perhatian itu kemudian memunculkan sebuah diskusi bertajuk 'Keberadaan Nilai Kearifan Lokal Dalam Pusaran Transformasi Digital' yang diselenggarakan oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) bersama Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) secara virtual.
Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomminfo), tercatat sebanyak 202 juta orang di Indonesia sudah mengakses internet dengan nilai ekonomi digital sebesar Rp 632 triliun, dan angka itu berpotensi untuk terus tumbuh hingga Rp Rp 4.531 triliun pada 2030.
Hal itu diprediksi akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement