Liputan6.com, Jakarta - Google menyatakan tidak akan mengizinkan pengiklan, penerbit, dan pembuat konten di YouTube memonetisasi konten yang menyangkal atau anti-perubahan iklim.
Pengumuman itu disampaikan tim Google Ads pada pekan lalu. Larangan tersebut berlaku bagi konten yang bertentangan dengan konsensus ilmiah yang ditetapkan tentang keberadaan dan penyebab perubahan iklim.
Advertisement
Baca Juga
Dalam keterangannya, ditulis Kamis (14/10/2021), Google menyatakan mereka mendengar semakin banyak mitra periklanan dan publisher yang prihatin tentang adanya klaim yang tidak akurat tentang perubahan iklim.
"Pengiklan tidak ingin iklan mereka muncul di samping konten ini. Dan publisher serta pembuat konten tidak ingin iklan yang mempromosikan klaim ini muncul di laman atau video mereka," tulis Google.
Dilansir The Verge, konten yang dilarang termasuk yang mengacu pada perubahan iklim sebagai hoaks atau penipuan serta klaim yang menyangkal bahwa tren jangka panjang menunjukkan iklim global sedang memanas.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gunakan Alat Otomatis dan Ulasan Manusia
Lebih lanjut, larangan monetisasi Google juga berlaku pada klaim yang menyangkal emisi gas rumah kaca atau aktivitas manusia berkontribusi pada perubahan iklim.
Google mengatakan akan menggunakan kombinasi dari peralatan otomatis mereka dan ulasan manusia untuk menegakkan kebijakan tersebut.
"Saat mengevaluasi konten terhadap kebijakan baru ini, kami akan melihat dengan cermat konteks di mana klaim dibuat," kata Google.
Hal ini untuk membantu tim membedakan antara konten yang menyatakan klaim palsu sebagai fakta, dengan konten yang melaporkan atau membahas mengenai klaim tersebut.
Selain itu, iklan soal topik iklim seperti debat publik tentang kebijakan iklim, penelitian, dan lain-lain, masih akan diizinkan.
Langkah yang lebih tegas terhadap para anti perubahan iklim menandai salah satu perubahan kebijakan untuk melawan misinformasi dari Google dalam beberapa waktu terakhir.
Sebelumnya, beberapa pekan lalu YouTube juga melarang adanya konten yang berisi misinformasi vaksin.
Advertisement
Hapus Satu Juta Misinformasi Covid-19
YouTube melaporkan telah menghapus satu juta video karena dianggap menampilkan misinformasi Covid-19 yang membahayakan sejak 2020.
"Misinformasi telah berpindah dari marginal ke mainstream," kata Chief Product Officer Youtube Neal Mahon dalam blog-nya, dilansir dari Engadget, Jumat (27/8/2021).
"Tidak lagi terbatas pada dunia tertutup dari para penyangkal Holocaust atau kebenaran 9-11, sekarang meluas ke setiap aspek masyarakat, terkadang merobek komunitas dengan kecepatan tinggi," ujarnya.
Meski begitu, para eksekutif YouTube juga berpendapat bahwa "konten buruk" hanya menyumbang sebagian kecil dari keseluruhan konten di platform berbagi video tersebut.
Mahon mengatakan, konten-konten buruk hanya mewakili sebagian kecil dari miliaran video di YouTube. Ia menyebutkan, sekitar 0,16 hingga 0,18 persen dari total penayangan adalah konten yang melanggar kebijakan mereka.
Mahon menambahkan, YouTube juga menghapus hampir 10 juta video pada setiap kuartal, yang "sebagian besar bahkan tidak mencapai 10 kali dilihat."
"Penghapusan informasi yang keliru merupakan salah satu aspek pendekatan perusahaan untuk menghadapi misinformasi Covid-19," katanya.
Infografis 115 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam
Advertisement