Liputan6.com, Jakarta - Penyedia data dan analisis data industri operator seluler GSMA mengumumkan pembentukan Komunitas Industri 5G Asia Pasifik.
Komunitas ini didirikan bagi mereka yang mencari peluang untuk menghadirkan industri 4.0 dan transformasi digital dari jaringan 5G, layanan edge-cloud, IoT, dan AI.
Advertisement
Baca Juga
Komunitas 5G ini dirancang untuk para stakeholder di seluruh rantai nilai, termasuk pemerintah dan lembaga, asosiasi industri, penyedia jaringan seluler, perusahaan dan pemain industri, penyedia solusi, analis, dan konsultan.
Komunitas Industri 5G APAC ini terdiri dari 12 anggota, yakni AIS, Axiata, DPA, DHL, Globe, Huawei, Kemkominfo, Maxis, MDEC, Schneider Electric, Telkomsel dan Viettel.
Kehadiran Komunitas Industri 5G APAC ini salah satunya didorong oleh pandemi Covid-19 yang telah mempercepat transformasi digital dan lebih banyak bisnis yang kini maju dengan teknologi baru, terutama 5G.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kontribusi 5G untuk Dunia
GSMA memperkirakan, 5G akan berkontribusi sebesar USD 5 triliun pada ekonomi global di 2025.
GSMA juga menilai, 5G akan menguntungkan semua sektor ekonomi, dengan layanan dan manufaktur mendapatkan dampak terbesar.
Kepala GSMA Asia Pasifik Julian Gorman mengatakan, selama pandemi, ekosistem seluler bertindak penyelamat bagi banyak orang, bisnis, dan masyarakat.
Advertisement
Kekuatan Industri Seluler Saat Pandemi
"Industri ini menunjukkan ketahanannya, dan sekarang kita perlu mendorong batas-batas kemungkinan," katanya.
Gorman mengungkap, tujuan Komunitas Industri 5G APAC adalah untuk membuka kekuatan konektivitas 5G sehingga individu, industri, dan masyarakat dapat berkembang.
"Kami senang mengumumkan pembentukan Komunitas Industri 5G APAC sebagai platform kolaborasi untuk mendukung inovasi, aplikasi, dan peluang bisnis industri 5G," katanya.
(Tin/Isk)
Infografis Jaringan 5G
Advertisement