Liputan6.com, Jakarta - Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Eko Hartono, mengungkapkan pemerintah sedang mencoba melakukan sinkronisasi antara aplikasi PeduliLindungi dengan aplikasi Arab Saudi, Tawakkalna.
Sinkronisasi PeduliLindungi dan Tawakkalna ini, menurut Eko, menjadi salah satu hal teknis yang dibicarakan Kementerian Kesehatan RI dan Arab Saudi, terkait keberangkatan jamaah umrah dari Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Kedua aplikasi ini kan bisa memberitahukan kita, kepada publik, dan petugas, status kesehatan kita," kata Eko dalam diskusi daring yang diadakan KPCPEN pada Kamis pekan ini.
Salah satu yang dapat dilihat di dua aplikasi tersebut adalah terkait status vaksinasi, apakah seseorang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap atau baru satu kali.
"Tanpa ada status itu, tidak mungkin seseorang akan masuk ke Masjidil Haram, Masjid Nabawi, untuk melakukan ibadah umrah. Ini yang sedang disinkronkan oleh kedua belah pihak," ungkap Eko.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Arab Saudi Gunakan 4 Vaksin Covid-19
Eko menambahkan, untuk saat ini, aplikasi umrah untuk Indonesia belumlah dibuka.
"Jadi bagaimana kita bisa masuk ke Arab Saudi untuk umrah, kalau visanya belum dibuka. Jadi teman-teman travel juga tidak akan bisa mengakses itu," kata Eko.
Ia pun meminta agar semua pihak menunggu, sampai nanti ada kesepakatan bilateral mengenai pelaksanaan umrah ini, sehingga para jamaah bisa berangkat.
Selain itu, Eko mengungkapkan bahwa hingga saat ini, Arab Saudi baru mengizinkan jamaah umrah yang sudah mendapat empat vaksin Covid-19 yang juga digunakan oleh mereka.
Adapun, keempat vaksin Covid-19 yang diakui dan digunakan Arab Saudi adalah Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson and Johnson.
Eko mengungkapkan, Arab Saudi sebenarnya sudah mengakui vaksin Sinovac dan Sinopharm, meski begitu mereka tidak menggunakannya.
"Bagi jamaah asing yang divaksin dengan vaksin di luar empat yang dipakai Saudi, terutama Sinovac dan Sinopharm, yang bersangkutan harus memperoleh booster minimal satu kali, dari empat yang dipakai Saudi," ucap Eko.
Advertisement
Upayakan Sertifikat Vaksin RI Terbaca
Eko pun menegaskan, sampai ada kesepakatan dan pengaturan mengenai vaksin booster tersebut, maka jamaah asing belum bisa masuk.
"Yang paling penting sekarang adalah bagaimana petugas Arab Saudi itu bisa membaca sertifikat vaksin kita. Ini yang belum bisa," kata Eko.
Dia melaporkan, mereka masih mencoba untuk membuat barcode yang dimiliki di PeduliLindungi agar bisa dibaca oleh petugas Saudi, namun sampai saat ini hal itu belum bisa dilakukan.
"Tanpa dibaca itu, tidak mungkin jamaah bisa masuk Masjidil Haram. Jadi itu yang sekarang sedang kita bahas," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Arifin, Direktur Bina Haji dan Umroh Kementerian Agama dalam kesempatan yang sama.
Menurut Arifin, mereka sudah bekerja sama dengan Pusdatin Kemenkes dan PT Telkom soal kemungkinan pembukaan data sertifikat vaksinasi pada aplikasi PeduliLindungi, yang akan diintegrasikan dengan Tawakkalna.
(Dio/Isk)