Liputan6.com, Jakarta - Acer baru saja menjadi korban peretasan oleh pelaku kejahatan yang sama dalam rentang waktu 1 minggu.
Dalam aksinya, pelaku juga mengatakan wilayah lain tempat Acer berlokasi juga rentan dari aksi peretasan.
Baca Juga
Pekan lalu, pelaku yang dikenal sebagai "Desorden" mengirim sebuah email ke sejumlah wartawan yang menyatakan aksi mereka.
Advertisement
Dilansir Bleeping Computer, Senin (25/10/2021), kelompok hacker itu mengatakan telah meretas server Acer India dan mencuri data, termasuk informasi pelanggan.
Selang beberapa waktu kejadian, Acer mengonfirmasi serangan itu sangat terisolasi dan hanya mempengaruhi sistem layanan purna jual mereka di India.
Kurang dari seminggu kemudian, Desorden kembali mengirim email ke media. Mereka mengatakan telah membobol server Acer Taiwan pada 15 Oktober, dan mencuri informasi karyawan dan produk.
"Kami tidak meminta pembayaran terpisah atas peretasan situs Taiwan mereka. Itu dimaksudkan untuk membuktikan Acer mengabaikan keamanan siber mereka." - Desorden.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nonaktifkan Server Acer Tiwan
Mereka juga membagikan screenshot portal internal Acer Taiwan dan file CSV berisikan kredensial login karyawan.
Setelah itu, Acer Taiwan menonaktifkan server tersebut setelah pelaku melaporkan pelanggaran tersebut kepada perusahaan.
Meski begitu, hacker menyatakan server lain di Malaysia dan Indonesia masih rentan. Acer mengkonfirmasi, serangan terhadap server Taiwan hanya melibatkan data karyawan.
Â
Advertisement
Korban Peretasan Tim REvil
Selain dua kasus peretasan ini, Acer juga mengalami serangan siber lain pada Maret 2021 oleh geng ransomware REvil.
Dalam aksinya, kelompok tersebut mengenkripsi jaringan mereka dan menuntut tebusan USD 50 juta.
Informasi, Desorden memiliki riwayat peretasan dan membocorkan data korban jika uang tebusan tidak dibayarkan.
Pada September 2021, Desordern mengklaim telah melanggar ABX Express, anak perusahaan Kerry Logistics, dan mencuri 200GB data, termasuk informasi pribadi pelanggan.
(Ysl/Isk)