Sukses

Review Galaxy Watch4 Classic: Smartwatch Terbaik Bagi Pengguna HP Samsung, Tapi...

Untuk review kali ini, Galaxy Watch4 Classic yang menyambangi meja redaksi Liputan6.com adalah versi LTE dengan ukuran 46mm. Nah, seperti apa ulasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Samsung menambah deretan produk wearable terbarunya dengan memperkenalkan dua seri Galaxy Watch4, yakni Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic.

Diumumkan dalam acara Unpacked 2021 pada Agustus lalu, kedua smartwatch merupakan perangkat pertama Samsung yang menggunakan Wear OS dari Google.

Sebelum mengulas smartwatch baru milik Samsung ini, Galaxy Watch4 Classic tersedia dalam dua pilihan koneksi, yakni bluetooth dan LTE.

Keduanya dijual mulai dari harga Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta untuk versi bluetooth dengan ukuran 42mm dan 46mm, sementara untuk versi LTE dijual seharga Rp 6 jutaan.

Untuk review kali ini, Galaxy Watch4 Classic yang menyambangi meja redaksi Liputan6.com adalah versi LTE dengan ukuran 46mm. Nah, seperti apa ulasannya?

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 6 halaman

Spesifikasi Galaxy Watch4 Classic

Tampak Galaxy Watch4 Classic dan boks penjualannya. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Terlepas dari varian Galaxy Watch4 yang kamu beli, Samsung sudah menyematkan prosesor Exynos W920, RAM 1.5GB, dan memori sebesar 16GB di smartwatch teranyarnya.

Tampak depan Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Selain mengalami upgrade dalam hal prosesor, RAM, dan storage, smartwatch andalan milik Samsung ini juga hadir dengan layar lebih baik dari seri Watch3 tahun lalu.

Untuk Galaxy Watch4 Classic, kamu disuguhkan dengan panel layar AMOLED 1.4 inci beresolusi 450 x 450 piksel--berbeda dari Watch 3 yang hanya 360 x 360 piksel.

Selain dari aspek di atas dan dua tombol--Home dan Back--di sisi bodi kanan, tidak ada perubahan yang besar terhadap bentuk perangkat wearable baru milik Samsung ini.

3 dari 6 halaman

Fitur Baru di Galaxy Watch4 Classic

Tombol Home dan Back di Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Saat diluncurkan pada Agustus 2021, salah satu headline dari kemampuan Galaxy Watch4 series ini adalah dukungan software Google Wear OS sebagai pengganti OS Tizen di deretan perangkat wearable milik perusahaan.

Bagi pengguna versi Classic, kamu dapat memutar bezel smartwatch untuk mengakses tiles guna memilih menu olahraga/workout, activity levels, detak jantung, atau skor tidur.

Sementara itu, kamu bisa swipe layar smartwatch untuk mengakses cepat menu settings--sleep mode, power, always-on, sound, flashlight, brightness, power saving, dll--dan aplikasi yang terinstal di dalam Galaxy Watch4 Classic.

Sensor BIA, Tekanan darah, dan EKG di belakang bodi Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Selain aplikasi inti Samsung, seperti cuaca, reminders, dan alarm. Sejumlah aplikasi baru, yakni Google Maps dan Google Play Store kini sudah bisa kamu temukan di dalam smartwatch ini.

Dengan kehadiran Google Play Store, kamu dapat menambahkan beragam aplikasi--yang mendukung Wear OS--ke dalam smartwatch.

Tak hanya itu, Samsung juga menambahkan deretan fitur kesehatan baru ke dalam perangkat teranyarnya, seperti pendeteksi dengkuran hingga pendeteksi oksigen dalam darah saat tertidur.

Berbekal Wear OS, pengguna kini dapat mengakses layanan Google Play Store, Maps, hingga Messages. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Namun dari semua hal itu, fitur andalan Samsung di Galaxy Watch4 series adalah sensor BioActive baru yang dapat mengukur berbagai informasi kesehatan.

Adapun Samsung menyertakan sensor, mulai dari Denyut Jantung Optik, Jantung Listrik, dan Analisis Impedansi Bioelektrik--sehingga pengguna dapat memantau tekanan darah, mendeteksi detak jantung tidak teratur, mengukur tingkat oksigen di dalam darah, dan untuk pertama kalinya menghitung komposisi tubuh.

Yup, Galaxy Watch4 dapat menghitung presentase lemak di tubuh, BMI (Body Mass Index, Indeks Massa Tubuh), massa otot dan air di dalam tubuh, hingga tingkat BMR (Basal Metabolic Rate).

Kabel charger magnetik Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Cukup dengan meletakkan jari tengah dan jari manis pada tombol, serta memposisikan tangan tidak terlalu dekat dengan tubuh, kamu dapat mengetahui semua informasi tentang tubuh di jam atau di smartphone untuk lebih lengkapnya.

Sayangnya, fitur ECG (EKG) dan Blood Pressure yang sudah disertakan di dalam jam tangan pintar ini tidak dapat kami pakai. Padahal, fitur ini sudah terpasang di seri Galaxy Watch sebelumnya.

4 dari 6 halaman

Kekurangan di Galaxy Watch4 Classic

Fitur Body Composition dapat diakses dengan meletakkan jari tengah dan manis di tombol Home dan Back Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Seperti disebutkan di atas, Samsung sudah melengkapi Galaxy Watch4 series ini dengan berbagai fitur baru dan terbaik ketimbang smartwatch lainnya di pasaran sekarang.

Dukungan Wear OS hingga sensor BioActive baru menjadi "jualan utama" perusahaan asal Korea Selatan tersebut.

Ragam informasi workout sehari-hari dengan Galaxy Watch4 Classic dapat diketahui melalui aplikasi Samsung Health. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Namun, bukan berarti smartwatch ini tidak memiliki kekurangan. Salah satunya adalah bagi kamu yang memakai perangkat iPhone.

Yup, Samsung sudah secara jelas menyebutkan seri Galaxy Watch teranyarnya ini tidak mendukung perangkat iOS.

Ragam informasi workout ditampilkan secara lengkap di Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Lalu bagaimana dengan pemilik Android? Galaxy Watch4 Classic atau varian lainnya dapat menjadi pilihan bila memang kamu sedang mencari smartwatch, namun ada beberapa hal menjadi pertimbangan.

Hal pertama adalah perangkat Android yang dipakai. Meski sudah pakai Wear OS, ada beberapa fitur hanya bisa diakses lewat perangkat Samsung.

Pengguna bisa ganti Watch Faces hingga pengaturan di Galaxy Watch4 Classic dengan aplikasi Gear Wearable. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Fitur tersebut adalah ECG dan Blood Pressure. Agar dapat memakai keduanya, kamu harus menginstal aplikasi tersebut via toko aplikasi Samsung, yaitu Galaxy Store.

Berhubung smartphone yang kami pakai bukan milik Samsung, kami tidak memiliki kesempatan untuk memakai kedua fitur di smartwatch ini.

Samsung sediakan berbagai pilihan jenis workout atau latihan di Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Karena itu, bagi pengguna smartphone, seperti Oppo, Xiaomi, Realme, Vivo yang ingin pakai Galaxy Watch4 series tentunya keterbatasan fitur ini akan sangat disayangkan.

Kekurangan lainnya adalah daya pakai baterai. Selama pemakaian, Galaxy Watch4 Classic tidak konsisten. Maksudnya, terkadang mampu bertahan lebih dari 24 jam, tetapi juga kurang dari itu meskipun dalam kondisi sama.

 

5 dari 6 halaman

Kesimpulan

Isi boks penjualan Galaxy Watch4 Classic. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Dengan berbagai fitur andalan dan kekurangan di Galaxy Watch4 Classic di atas, apakah smartwatch ini layak dibeli?

Untuk kamu yang memiliki smartphone Samsung, jam tangan pintar ini memang menjadi pilihan tepat. Terlebih lagi bagi kamu yang senang berolahraga atau kegiatan di luar ruangan.

Sementara untuk ponsel merek selain Samsung, mungkin lebih baik beli jam tangan pintar buatan perusahaan berbeda atau seri Galaxy Watch3.

Kendalanya adalah terbatasnya perangkat atau smartphone yang dapat mengakses seluruh fitur Galaxy Watch4 series, seperti ECG dan Blood Pressure.

Jika kamu rela tidak dapat menikmati fitur EKG dan Blood Pressure, boleh-boleh saja membeli Galaxy Watch4 Classic ini. Namun bila ingin tetap menikmati fitur tersebut, maka kamu harus membeli smartphone Samsung.

Pengalaman software pun sebenarnya tidak terlalu mengecewakan, akan tetapi kami merasa ekosistem pendukung Galaxy Watch4 series yang memakai Wear OS milik Google ini ternyata lebih condong ke Samsung ketimbang dapat dipakai oleh perangkat berbeda.

Kami merasa keputusan ini didasari oleh keinginan Samsung untuk membuat ekosistem perangkat tertutup (eksklusif) seperti Apple, tetapi didasari oleh OS open source milik Google.

(Ysl/Isk)

6 dari 6 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia