Sukses

iPhone Milik 9 Diplomat AS Diretas Pakai Software Mata-Mata Milik NSO

Lagi-lagi software mata-mata milik NSO Group digunakan untuk meretas perangkat iPhone, kali ini korbannya adalah 9 diplomat AS.

Liputan6.com, Jakarta - iPhone milik sembilan diplomat US State Department (Deplu AS) terinfeksi oleh malware berbahaya yang dikembangkan oleh NSO Group.

NSO Group dikenal sebagai pembesut software mata-mata (spyware) asal Israel yang produknya kerap dipakai oleh pemerintah negara-negara tertentu untuk mengawasi banyak pihak, termasuk aktivis, pejuang HAM, jurnalis, dan lain-lain.

Mengutip Arstechnica, Selasa (7/12/2021), diplomat AS yang jadi sasaran adalah yang ditempatkan di Uganda atau berfokus pada masalah terkait negara tersebut.

Mereka menerima peringatan yang datang dari Apple, isi peringatannya memberi tahu iPhone mereka jadi sasaran hacker.

Mengutip sejumlah pihak yang disebut-sebut tahu tentang masalah ini, peretas menggunakan software dari NSO Group.

Seorang juru bicara NSO dalam pernyataan mengatakan, setelah mengetahui kabar yang beredar melalui Reuters, perusahaan menghentikan akses pelanggan yang bertanggung jawab ke sistemnya dan menyelidiki masalah tersebut.

"Selain penyelidikan independen, NSO akan bekerja sama dengan otoritas pemerintah terkait dan menyajikan informasi lengkap yang akan kami miliki. Agar jelas, instalasi software kami oleh pelanggan terjadi melalui nomor telepon," kata si juru bicara dalam pernyataan.

Dikatakan lebih lanjut oleh si juru bicara, teknologi NSO diblokir untuk bekerja pada nomor telepon asal AS (nomor dengan kode +1).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Mengelak Tahu Tentang Peretasan Diplomat AS

"Setelah software dijual kepada pelanggan berlisensi, NSO tidak memiliki cara untuk mengetahui siapa target pelanggan. Oleh karena itu, kami tidak mungkin mengetahui kasus ini," kata juru bicara, seolah mengelak bahwa NSO terlibat dalam serangan kepada sembilan diplomat.

Lebih lanjut menurut laporan Reuters, iPhone milik diplomat AS yang ditarget semuanya terdaftar menggunakan nomor luar negeri.

Serangan ini dianggap sebagai serangan kepada orang yang bekerja di bawah pemerintah AS lantaran semua Apple ID korban tertaut dengan alamat email dengan akhiran state.gov.

"Tindakan yang diambil terhadap para diplomat Deplu AS mewakili peretasan pejabat AS melalui teknologi NSO," tulis Reuters dalam laporannya.

Sebelumnya, perangkat lunak besutan NSO, Pegasus, menggunakan eksploitasi yang dikirim melalui aplikasi perpesanan yang kemudian menginfeksi iPhone atau Android tanpa si pengguna harus mengklik atau melakukan tindakan lain.

3 dari 3 halaman

Pegasus

Dari situ, perangkat menjalankan malware yang sulit dideteksi, bisa mengunduh foto, kontak, pesan teks, dan data-data lainnya. Pegasus juga memungkinkan operatornya mendengarkan audio dan melihat video yang ada di dalam smartphone korban secara realtime.

NSO telah sejak lama mendapat kecamatan dari banyak pihak karena menjual produk software mata-mata ini ke pemerintah yang memusuhi jurnalis dan pembangkang.

Facebook menggugat NSO Group pada 2019, setelah Pegasus diketahui menggunakan celah pada WhatsApp untuk menginfeksi iPhone milik 36 jurnalis.

Sementara belum lama ini, Apple juga menggugat NSO Group setelah Pegasus dipakai untuk menginfeksi 37 iPhone milik jurnalis, aktivis HAM, dan eksekutif bisnis.

Kritikus menyebut, target tidak memenuhi kriteria yang menurut NSO butuh diincar spyware yang kuat untuk meretasnya. Sementara, bulan lalu, Departemen Perdagangan AS melarang ekspor, re-ekspor, dan transfer teknologi NSO di dalam negeri.

(Tin/Ysl)