Sukses

Era Keemasan Perdagangan Digital di Asia Pasifik akan Terjadi 3 Tahun Mendatang

Indonesia memiliki memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan mengungkapkan bahwa perdagangan digital akan semakin mempercepat peningkatan aktivitas e-commerce lintas batas hingga pengadopsian gaya hidup digital yang cepat oleh konsumen.

Dalam laporan oleh Deloitte, disebutkan bahwa perdagangan digital juga akan membawa pengembangan lebih lanjut infrastruktur digital, dan penguatan kerja regional yang dipimpin oleh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Laporan ini sendiri menyoroti tren terbaru pada perdagangan lintas batas di kawasan ini yang berkembang menjadi semakin terdigitalisasi, ramah lingkungan dan menjamin masa depan yang berkelanjutan, di mana usaha kecil dan mikro memegang peranan penting.

Untuk laporan bertajuk Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific ini, Deloitte melakukan survei terhadap bisnis yang terlibat dalam perdagangan lintas batas di kawasan Asia Pasifik.

Dalam siaran persnya, dikutip Jumat (17/12/2021), Deloitte pun menyebut bahwa masa keemasan perdagangan digital di Asia Pasifik diharapkan akan terjadi dalam tiga tahun mendatang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Faktor yang Berpengaruh

Taylor Lam, Vice Chairman dan Technology, Media & Telecommunications Industry Leader di Deloitte China mengatakan, COVID-19, perkembangan teknologi digital, dan peningkatan kerja sama regional mempercepat pembentukan perdagangan digital di kawasan Asia Pasifik.

"Perdagangan digital hadir dengan peluang pengembangan baru," kata Lim.

Selain itu, menurut Gary Wu, Deloitte Global Lead Client Service Partner teknologi digital memungkinkan seller global berpartisipasi dalam perdagangan global tanpa ada hambatan.

"Perbaikan infrastruktur digital yang berkelanjutan akan secara efektif menyelesaikan dua kendala utama yang memengaruhi perdagangan lintas batas, yakni logistik dan pembayaran," kata Wu.

"Teknologi blockchain juga menciptakan ruang imajinasi baru untuk perdagangan digital," imbuhnya. 

3 dari 5 halaman

Pasar E-Commerce Indonesia

Salah satu yang ditemukan dalam laporan tersebut adalah mengenai perkembangan dan kematangan perdagangan digital di Asia Pasifik.

Deloitte mengatakan, pengembangan dan kematangan perdagangan digital di negara dengan perekonomian besar di kawasan ini dinilai dari dua dimensi, e-commerce lintas batas (60 persen) dan digitalisasi (40 persen).

Berdasarkan evaluasi ini, market-market di Asia Pasifik bisa dibagi menjadi:

  • Mature market: China, Korea Selatan, Singapura dan Jepang;
  • Developing market: Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina;
  • Early-stage market: Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam.

Menurut Deloitte, Indonesia memiliki memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas.

"Total besaran market e-commerce di Indonesia mencapai US$ 43,351 miliar pada tahun 2021 dibandingkan market e-commerce di China, atau tepat di belakang Korea Selatan yang merupakan negara terbesar ketiga di RCEP," tulis mereka.

Sementara itu, proporsi skala konsumsi e-commerce lintas batas di Indonesia mencapai US$ 17,34 miliar, yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Developing markets lain dan berada tepat di belakang China, salah satu Mature markets di antara negara-negara RCEP.

 

4 dari 5 halaman

Potensi Besar di Indonesia

Deloitte mengungkapkan, bonus demografi, tingkat penetrasi internet, dan kebiasaan konsumen, menciptakan potensi besar untuk mengembangkan e-commerce serta e-commerce lintas batas di Indonesia.

"E-commerce sosial juga berkembang pesat, dan konsumen gemar berdagang di media sosial," kata Deloitte.

Mereka menambahkan, konsumen Indonesia suka membeli produk yang terjangkau, dan rata-rata transaksinya adalah US$ 36. Angka tersebut jauh lebih rendah dari Malaysia (US$ 54) dan Singapura (US$ 91).

"Pengguna juga lebih memilih platform e-commerce dalam bahasa lokal, yang sangat mempengaruhi pengalaman berbelanja mereka," pungkasnya.

Frankie Fan, China Head of WorldFirst, perusahaan pembayaran internasional dengan pangsa pasar lebih dari 40 persen di China, Jepang dan Korea mengatakan, "UKM memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi di kawasan ini."

"Dengan dukungan infrastruktur penjualan dan pembayaran online lintas batas serta RCEP yang mulai berlaku tahun depan, UKM di kawasan Asia Pasifik akan semakin mantap dalam perdagangan lintas batas," kata Fan.

(Dio/Isk)

5 dari 5 halaman

Infografis Hari Belanja Online

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.