Liputan6.com, Jakarta - Kerusuhan yang terjadi di Kazahkhstan pekan ini berimbas pada pemadaman internet dan gangguan pada tambang Bitcoin terbesar kedua di dunia.
Negara di Asia Tengah itu dalam beberapa hari terakhir memang tengah diguncang oleh bentrokan dengan kekerasan, antara pengunjuk rasa, polisi, dan militer.
Baca Juga
Demonstrasi dimulai di bagian barat Kazakhstan selama akhir pekan, setelah krisis bahan bakar meningkat tajam, dan dengan cepat menyebar ke kota-kota lain di penjuru negara itu.
Advertisement
Mengutip The Guardian, Jumat (7/1/2022), internet ditutup secara nasional pada Rabu lalu. Meski bertujuan untuk mengganggu komunikasi para pengunjuk rasa, dampaknya ternyata lebih besar.
Kazakhstan adalah pemain besar di dunia Bitcoin. Tahun lalu, mereka jadi terbesar kedua di pusat penambangan mata uang kripto tersebut, setelah Amerika Serikat, menurut Cambridge Centre for Alternative Finance.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Pusat Penambangan Terbesar Kedua
Sebelumnya, Tiongkok, yang merupakan pusat utama, menekan aktivitas penambangan kripto. Banyak penambang yang akhirnya mencari lingkungan yang lebih cocok, di mana mereka lari ke Kazakhstan saat itu.
Fortune juga menyebut, pada Agustus 2021, Kazakhstan menjadi tuan rumah dari 18 persen penambangan Bitcoin di dunia.
Mengutip CNBC, Kevin Zhang dari perusahaan mata uang digital Foundry mengatakan, pemadaman internet di Kazakhstan membuat sekitar 15 persen penambang Bitcoin di dunia ikut offline.
"Tidak ada internet, jadi tidak ada penambangan," kata seorang penambang di negara itu bernama Didar Bekbau. Meskipun begitu, CNBC melaporkan, layanan internet sudah dipulihkan di negara itu.
Bitcoin dan mata uang kripto lainnya dibuat atau "ditambang" di komputer bertenaga tinggi. Semakin banyak penambang di jaringan, semakin besar jumlah daya komputer yang diperlukan untuk menambang Bitcoin baru.
Advertisement
Kabinet Dibubarkan
Pemerintah Kazakhstan bubar setelah muncul demonstrasi besar-besaran yang dipicu kenaikan harga gas. Demo yang awalnya muncul di kota Zhanaozen pada Minggu 2 Januari meluas hingga ke pusat negara.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev berkata akan tegas melawan demonstrasi tersebut. Ia juga meminta bantuan negara-negara asing untuk melawan pendemo yang dianggap mendapat bantuan asing.
Meski demikian, AP News, Kamis (6/1/2022), melaporkan bahwa pemerintah telah bubar setelah demonstrasi besar terjadi di kota Nur-Sultan dan Almaty. Almaty adalah pusat pemerintahan Kazakhstan.
Dalam aksinya, demonstran dilaporkan menerobos bangunan-bangunan pemerintah.
Presiden Tokayev berkata menteri-menteri akan tetap bekerja hingga kabinet baru terbentuk. Ia pun berjanji akan ada perubahan.
Presiden Tokayev juga mengambil jabatan Ketua Dewan Keamanan Republik Kazakhstan. Sebelumnya, jabatan itu dipegang oleh Nursultan Nazarbayev yang pernah berkuasa 29 tahun di negara tersebut.
Berdasarkan update terbaru, deputi perdana menteri Alihan Smaiylov menjadi perdana menteri interim menggantikan Askar Mamin yang mundur akibat demonstrasi ini.
(Dio/Ysl)
Infografis Lipsus Bitcoin
Advertisement