Liputan6.com, Jakarta - Warganet sempat dihebohkan dengan penjualan Alun-Alun Utara Yogyakarta dan Monas yang dilakukan secara virtual. Penjualan itu dapat ditemukan di platform metaverse dan NFT, Next Earth.
Dengan adanya penjualan tersebut, sontak muncul pertanyaaan apakah penjualan tersebut berdampak pada dunia nyata? Terkait pertanyaan tersebut, pakar komunikasi digital UI, Firman Kurniawan, keberadaan virtual itu sebenarnya tidak menciptakan kondisi sebagaiman di Bumi.
Baca Juga
Ia menuturkan, adanya ruang virtual, seperti metaverse atau ekstensi Bumi virtual yang identik dengan Bumi saat ini, termasuk Aun-Alun Utara Yogyakarta muncul karena salinan data (jutaan peta muka Bumi) dan sistem algoritma yang mampu memunculkan keidentikan dengan kondisi real.
Advertisement
Dengan kata lain, keberadaan virtual itu tidak lantas sama dengan kondisi sebenarnya.
"Realitasnya sebatas virtual. Ia adalah space of flows. Ada karena terhubung oleh internet," tutur Firman saat dihubungi Tekno Liputan6.com.
Oleh sebab itu, menurut Firman, tidak tepat apabila status kepemilikan di dunia virtual itu disamakan dengan dunia nyata. Namun ia mengaku kondisi ini bisa memicu kerancuan yang berakibat pada munculnya masalah.
"Iya (masalah bisa muncul) karena belum ada aturan yang spesifik dan apabila tafsir aturannya dicampur aduk dengan ketentuan dengan kehidupan real," ujarnya menjelaskan lebih lanjut.
Terlebih, ia menuturkan metaverse ini sebenarnya terjadi karena adanya jaringan internet. Apabila aliran listrik mati atau internet down, ruang metaverse tersebut tentu tidak ada atau bisa diakses.
"Jadi, ruang itu 'ada tapi maya', bukan 'ada tapi real'. Nah, karena 'ada tapi maya' tentu konsekuensi hukum/regulasinya tidak akan sama dengan 'ada tapi real' kan?" tuturnya menutup perbincangan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Monas dan Alun-Alun Utara Yogyakarta Dijual Secara Virtual di Next Earth
Seperti diketahui, topik metaverse memang tengah mencuat. Utamanya, usai Meta sebagai induk perusahaan Facebook memiliki visi untuk mengembangkan metaverse di masa depan.
Salah satu yang kini juga menjadi perbincangan adalah penjualan lahan yang dilakukan secara virtual di Next Earth.
Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Kamis (6/1/2022), ternyata ada beberapa lokasi publik yang kini ditawarkan secara virtual di situs tersebut.
Setelah sempat ramai Alun-Alun Utara Yogyakarta, Monas kini juga masuk dalam daftar penjualan.
Selain dua tempat tersebut, sejumlah tempat kenamaan dunia juga masuk dalam daftar, seperti Rockeffeler Centre di New York Amerika Serikat dan Hollywood.
Alun-alun Utara Yogyakarta sendiri kini memiliki harga USDT 208,16 dan harga per tile USDT 1.14 di Next Earth. Sementara untuk Monas, harganya saat ini sekitar USDT 29,91.
Advertisement
Apa Itu Next Earth?
Lantas, apa itu platform Next Earth yang menjadi sarana penjualan tempat-tempat tersebut?
Mengutip informasi dari situs resminya, Next Earth merupakan platform yang menawarkan kepemilikan tanah virtual berbasis blockchain dengan lokasi yang mirip di dunia nyata.
Dengan kata lain, wilayah yang ada di Next Earth dibuat berdasarkan lokasi yang memang ada di Bumi. Nantinya, aset yang dibeli di situs ini akan berbasis NFT (non-fungible token), sehingga bisa diperjualbelikan kembali.
NFT sendiri merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mendigitalisasi aset karya seni. Namun kini pemanfaatannya memang semakin luas dan masuk dalam berbagai aset komoditas.
Transaksi di platform Next Earth menggunakan koin Matic dan dibangun pada jaringan Ethereum.
(Dam/Ysl)