Liputan6.com, Jakarta - Penyedia infrastruktur tower telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel akan mendukung operator seluler untuk meratakan jaringan 4G di seluruh Indonesia.
Bukan tanpa alasan, hingga akhir September 2021 Mitratel tercatat memiliki 28.076 unit. Dan, dari jumlah tersebut menurut Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko, 58 persennya berada di luar Pulau Jawa.
Baca Juga
Jika dirinci, ada 16.150 unit menara telekomunikasi Mitratel yang tersebar di luar Pulau Jawa. Sisanya, 11.929 tower berada di Pulau Jawa.Â
Advertisement
"Mitratel menjadi tower company terbesar di Indonesia secara market cap. Sebaran menara telekomunikasi, 58 persen di luar Pulau Jawa. Ini merupakan satu value yang cukup strategik, karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia mulai penyebar di luar Jawa," kata pria yang karib disapa Teddy ini, dalam media gathering Mitratel, yang Tekno Liputan6.com ikuti secara virtual, Senin (10/1/2022).
Teddy mengatakan, ekonomi digital Indonesia diprediksi terus melesat dalam beberapa tahun ke depan. Tentunya hal ini perlu didukung infrastruktur telekomunikasi digital yang memadai.
Dengan kehadiran 58 persen tower di luar Pulau Jawa ini, Mitratel mengaku siap untuk mendukung pengguna jasanya, yang 80 persen adalah operator seluler terbesar di Indonesia, yakni Telkomsel, XL Axiata, serta Indosat.
"Dengan pertumbuhan tren pengguna internet yang menyebar ke seluruh Indonesia, keberadaan tower Mitratel di luar Pulau Jawa, saya yakini bisa membantu ekspansi perusahaan-perusahaan ke wilayah baru yang potensial," tutur Teddy.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
S
Bakal Dukung Infrastruktur 5G
Perlu diketahui, secara total, Mitratel melayani lebih dari 42.000 tenant yang memakai fasilitas tower-nya. "Jumlahnya diharapkan terus bertambah seiring dibukanya jaringan 5G oleh pemerintah," tutur Teddy.
Sementara itu Direktur Bisnis Mitratel Noorhayati Candrasuci menambahkan, Mitratel berupaya memenuhi kebutuhan akan teknologi tower dari operator sebagai pengguna jasanya.
"Demand tahun ini masih pada high tower karena perusahaan (operator) memiliki target perluasan coverage. Perlu diketahui, coverage 4G saat ini masih 85 persen di 2021 sehingga masih ada ruang untuk ekspansi coverage," tuturnya.
Terkait ekspansi jaringan 5G, dia mengakui, dengan kehadiran jaringan 5G di Indonesia, sudah ada permintaan operator untuk infrastruktur pendukung 5G menggunakan teknologi small cells.
"Small cells (kami garap) bila ada demand terutama di kota besar, meski begitu demand-nya tidak akan sebesar (infrastruktur) 4G," tutur Suci.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengamini hal tersebut, menurutnya Mitratel masih akan menganalisa seperti apa kebutuhan di pasar di 2022.
"Kami mengikuti permintaan di market, masih melakukan analisa kebutuhannya seperti apa. Baru akan terasa saat 5G diimplementasikan di kota-kota besar," katanya.
Untuk menghadirkan infrastruktur 5G, menurut Hendra, Mitratel baru memperkirakan adanya permintaan di titik-titik tertentu di kota besar.
"Kami akan terus monitor, sehingga ke depannya ketika ada permintaan (untuk infrastruktur 5G) di kota-kota besar, kami sudah siap. Kami selalu mengadakan diskusi dan market monitoring," ujarnya..
Advertisement
Tentang Mitratel
Sekadar informasi, Mitratel berdiri pada 2008. Sejak saat itu hingga 2012, Mitratel terus agresif untuk menjadi pemain tower company besar di Tanah Air.
Pada 2019, Mitratel mengakuisisi berbagai tower dari perusahaan lain seperti dari Indosat (2.100 tower) dan Persada Sokka Tama (1.017 tower). Di tahun 2019, anak usaha Telkom ini menjadi pemain tower terbesar kedua di Indonesia.
Kemudian pada 2020-2021, Mitratel mengakuisi tower telekomunikasi milik Telkomsel. Total tower Telkomsel yang diakuisisi Mitratel lebih dari 10.000 unit tower.
Mitratel juga baru saja melantai di bursa saham (IPO) pada 21 November 2021 dan mengumpulkan total dana sebesar Rp 18,8 triliun.
Dana tersebut 40 persen akan digunakan untuk bisnis organik (pembuatan dan pengelolaan tower), sementara 50 persen digunakan untuk bisnis inorganik berupa akuisisi tower, dan 10 persen untuk keperluan lainnya.
Mitratel juga berupaya melakukan ekspansi dengan menyediakan layanan baru agar bisa mengembangkan portofolio infrastruktur digital lebih lengkap. Mulai dari fiberisasi menara, mengaplikasikan infrastructure as a service, hingga menyediakan small cells untuk mendukung 5G.
(Tin/Isk)
Â
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement