Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali mengalami fenomena astronomi dan bakal bisa dirasakan di beberapa wilayah. Fenomena tersebut bernama ekuiluks.
Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan, ekuiluks adalah fenomena astronomi ketika panjang siang tepat sama dengan panjang malam yaitu 12 jam.
Baca Juga
Mengutip laman Edukasi Sains Antariksa, Minggu (23/1/2022), menurut BRIN, fenomena ini biasa terjadi dan tidak akan berdampak apapun ke kehidupan manusia.
Advertisement
"Meskipun demikian, secara praktis, langit akan mulai tampak terang ketika terjadi aram beberapa menit sebelum matahari terbit (sebagai fajar) maupun beberapa menit setelah Matahari terbenam (sebagai senja)."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wilayah yang Mengalami Ekuiluks
Aram sendiri terjadi karena pembiasan oleh sinar matahari oleh atmosfer Bumi, sehingga saat matahari terbenam, langit tidak seketika gelap dan menjelang matahari terbit, langit tidak begitu saja menjadi terang.
Adapun, tiga ibu kota provinsi di belahan utara Indonesia bakal bisa mengalami fenomena ekuiluks.
Ketiga ibu kota provinsi itu adalah Tanjungselor (Kalimantan Utara) pada 27 Januari, Medan (Sumatera Utara) pada 10 Februari, dan Banda Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam) pada 25 Februari.
Selain tiga kota tersebut, ada 36 kota lain di lima provinsi berbeda, yang akan mengalami ekuiluks sejak 20 Januari hingga 26 Februari.
Advertisement
36 Kota Bakal Kebagian Ekuiluks hingga Februari
Berikut ini daftar 36 kota yang akan mengalami ekuiluks hingga bulan Februari mendatang.
- Subulussalam (NAD): 20 Januari
- Sidikalang (Sumatera Utara): 24 Januari
- Pulau Subi (Kep. Riau): 28 Januari
- Pematangsiantar (Sumatera Utara): 29 Januari
- Kisaran (Sumatera Utara): 30 Januari
- Tanjungbalai (Sumatera Utara): 30 Januari
- Anambas (Kepulauan Riau): 31 Januari
- Kabanjahe (Sumatera Utara): 2 Februari
- Berastagi (Sumatera Utara): 4 Februari
- Tapaktuan (Sumatera Utara): 5 Februari
- Tebingtinggi (Sumatera Utara) Februari
- Tarakan (Kalimantan Utara): 6 Februari
- Kutacane (NAD): 9 Februari
- Deli Serdang: 9 Februari
- Tanjungmorawa: 9 Februari
- Lubukpakam (Sumatera Utara): 9. Februari
- Binjai (Sumatera Utara): 10 Februari
- Tahuna (Sulawesi Utara): 10 Februari
- Blangpidie (NAD) : 12 Februari
- Stabat (Sumatera Utara): 12 Febuari
- Pulau Natuna (Kepulauan Riau): 13 Februari
- Pangkalanbrandan (Sumatera Utara): 14 Februari
- Blangkejeren (NAD): 14 Februari
- Melongguane (Sulawesi Utara): 15 Februari
- Meulaboh (NAD): 16 Februari
- Nunukan (Kalimantan Utara): 17 Februari
- Langsa (NAD): 18 Februari
- Takengon (NAD): 20 Februari
- Dampulis (Sulawesi Utara) : 21 Februari
- Benermeriah (NAD): 21 Februari
- Lhoksumawe (NAD): 23 Februari
- Bireuen (NAD): 23 Februari
- Sigli (NAD): 24 Februari
- Jantho (NAD): 24 Februari
- Miangas (Sulawesi Utara): 25 Februari
- Sabang (NAD): 26 Februari
Seperti halnya ekuinoks, fenomena ini juga bisa terjadi dua kali dalam setahun. Fenomena ini akan terjadi lagi pada 15 Oktober di Sabang hingga 18 November di Subulussalam.
(Dio/Ysl)
Infografis Antisipasi Potensi Bencana Alam Akibat La Nina
Advertisement