Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perusahaan yang didanai oleh investor Facebook diduga telah 'meretas' WhatsApp. Orang yang mendanai perusahaan tersebut adalah entrepreneur Peter Thiel yang jadi salah satu investor awal Facebook di tahun 2004.
Thiel merupakan salah satu pendiri PayPal dan telah berinvestasi di banyak perusahaan. Salah satunya adalah Founders Fund, pendukung utama perusahaan bernama Boldend.
Baca Juga
Usut punya usut, menurut New York Times, Boldend mengaku bisa meretas WhatsApp pada Januari 2021. Kendati demikian, celah kerentanan tersebut sudah ditambal melalui update software.
Advertisement
Boldend dikatakan tutup mulut tentang bisnisnya karena hanya memiliki satu pelanggan besar, yakni pemerintah AS.
Mengutip The Sun, Jumat (4/2/2022), kegiatan 'peretasan' yang dilakukan Boldend kepada WhatsApp dikabarkan merupakan upaya untuk menghasilkan kekuatan di kedua sisi ruang keamanan siber, yakni melindungi sekaligus menyerang.
Sumber terdekat Forbes menyebut, Boldend tidak biasa mengerjakan eksploitasi seperti yang dilakukan pada WhatsApp.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kerentanan Telah Ditambal
Tidak dijelaskan celah seperti apa yang digunakan Boldend untuk 'meretas' sistem WhatsApp.
Namun disebutkan dalam laporan The Sun, WhatsApp sudah menambal celah kerentanan yang dipakai Boldend untuk mengakses sistemnya pada Januari 2021. Dengan demikian, saat ini sistem WhatsApp telah aman.
Bicara soal celah dan peretasan, sebelumnya FBI mengklaim telah diam-diam membeli spyware Pegasus milik NSO Group. Dikatakan, para ahli keamanan AS kini mencoba mengembangkan spyware serupa milik mereka sendiri.
Advertisement
Pegasus dan Amerika Serikat
Berdasarkan laporan, dinas intelijen dan keamanan AS tengah melakukan eksplorasi menggunakan Pegasus untuk meretas sejumlah orang Amerika. Dinas intelijen kabarnya tengah membeli dan menguji Pegasus selama bertahun-tahun.
Alat peretas tersebut sebelumnya jadi sorotan karena diduga sudah disalahgunakan untuk meretas aktivis HAM, jurnalis, hingga berbagai pejabat dan tokoh publik.
(Tin/Ysl)
Â
Infografis Tentang WhatsApp
Advertisement