Liputan6.com, Jakarta - East Ventures bersama Katadata Insight Center dan PwC Indonesia merilis laporan riset East Ventures - Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022. Laporan itu memetakan daya saing digital daerah yang dibentuk dari tiga subindeks, sembilan pilar, dan 50 indikator.
Subindeks pembentuknya adalah input, output, serta penunjang, dengan pilar pembentuk sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengeluaran TIK, perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, dan regulasi dan kapasitas pemda.
Skor EV-DCI 2022 tertinggi dipegang oleh proinvsi DKI Jakarta, dengan skor 73,2. Sementara itu, Jawa Barat dan DI Yogyakarta menempati peringkat kedua dan ketiga dengan skor 58,5 dan 49,2.
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi di luar Pulau Jawa yang berhasil masuk ke 10 besar di peringkat ke-7 dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 44,0, yang berarti naik 4,5 dibandingkan dengan skor tahun lalu.
Selain Kalimantan Timur, beberapa provinsi di luar Jawa mengalami peningkatan daya saing digital cukup baik. Misalnya Bengkulu yang mengalami peningkatan skor EV-DCI 2022 tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 7,8 poin menjadi 39,1. Kenaikan skor tersebut membuat Bengkulu naik tujuh peringkat ke posisi ke-12.
Papua Barat dan Lampung juga mengalami peningkatan daya saing digital signifikan. Masing-masing naik 11 peringkat ke posisi 19 dan enam peringkat ke posisi 20.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
5 Aspek Pertimbangan
Radju Munusamy, Partner dan NextLevel Leader du PwC Indonesia menyebutkan lima aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menyambut era keemasan digital di Indonesia.
"Yaitu percepatan pembangunan infrastruktur TIK yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi digital yang lebih merata, menciptakan pemerintahan digital yang berfokus pada efisiensi dan transparansi, mengembangkan kemampuan talenta digital melalui peningkatan sistem pendidikan dan keterampilan, memfokuskan peningkatan adopsi teknologi digital di berbagai sektor, serta menerapkan prinsip keberlanjutan untuk mencapai era keemasan ekonomi digital," ujar Radju.
Sementara itu, Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures mengaku optimistis bahwa percepatan adopsi digital sangat penting dalam membangun ekosistem digital yang lebih kokoh.
"Akan tetapi, hal tersebut hanya dapat dicapai ketika setiap pihak bekerja sama dalam mencapainya. East Ventures berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ekonomi digital dan membuka jalan menuju era keemasan digital di Indonesia," kata Willson.
Advertisement
Selisih Mengecil
Penurunan kesenjangan daya saing digital ini juga tecermin dari nilai spread (selisih) yang mengecil. Selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta 73,2) dan terendah (Papua 24,9) untuk EV-DCI 2022 yaitu 48,3.
Pada 2021 dan 2020, nilai selisih masing-masing sebesar 55,6 dan 61,9.
"Semakin kecil nilai spread ini menunjukkan peningkatan daya saing digital dari provinsi-provinsi di urutan menengah dan bawah," tutur Mulya.
Laporan EV-DCI juga dilengkapi dengan hasil survei terhadap 71 pelaku usaha digital, analisis delapan sektor, serta perspektif dari 18 tokoh.
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement