Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menyebut, konsumsi konten over-the-top (OTT) di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, dengan pertumbuhan sebesar 40 persen.
Hal ini seperti diungkap dalam studi berjudul Future of TV yang dilakukan The Trade Desk, lewat survei terhadap 6.700 konsumen di Filipina, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
Baca Juga
Seluruh responden berusia 16 tahun ke atas disurvei mengenai kebiasaan konsumsi media pada bulan November 2021.
Advertisement
Mengutip keterangan resminya, Selasa (22/3/2022), Trade Desk menemukan, satu dari tiga orang Indonesia menonton konten OTT, dengan konsumsi 3,5 miliar jam konten setiap bulannya.
Dengan pertumbuhan konsumsi sebesar 40 persen dari tahun ke tahun, Indonesia menjadi pemimpin dalam konsumsi OTT di Asia Tenggara.
Hal ini karena OTT menjadi salah satu platform hiburan yang paling banyak diminati masyarakat, untuk menonton acara favorit, yang bisa diakses kapan dan di mana saja, lewat berbagai macam perangkat.
Selain itu, jumlah penonton OTT berbasis iklan terus bertambah dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan konten on-demand. Studi ini menemukan, lebih dari 50 juta penonton Indonesia, bergantung pada OTT berbasis iklan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Paling Toleran Terhadap Iklan
Indonesia pun menjadi pasar yang paling toleran terhadap iklan di Asia Tenggara. 42 persen masyarakat Tanah Air, bersedia menonton empat iklan atau lebih setiap jamnya demi mendapatkan konten gratis.
Dengan jutaan orang bergantung pada konten yang didukung iklan, OTT pun dianggap bisa menjadi kanal yang penting bagi brand, untuk bersaing guna mendapatkan perhatian konsumen yang sangat terbatas.
Studi ini juga menemukan, konten OTT yang diproduksi secara profesional dan premium memberikan keuntungan bagi brand.
Secara spesifik, brand recall dari iklan di OTT, meningkat secara signifikan dengan 35 persen penonton OTT meningkat jenama yang diiklankan, dibandingkan tahun sebelumnya yaitu hanya 23 persen.
Florencia Eka, Country Manager The Trade Desk Indonesia, mengatakan konsumen secara agresif mulai beralih ke cara baru dalam mengonsumsi konten. Ini berarti pengiklan modern harus mengembangkan strategi baru untuk menjangkau mereka.
"OTT memungkinkan brand untuk menjangkau audiens mereka dengan lebih tepat dan akurat karena kami dapat memanfaatkan data dalam penerapan kampanye OTT yang tidak mungkin dilakukan pada TV tradisional," ujarnya.
Advertisement
Elemen Penting Kampanye Iklan
Florencia menambahkan, perluasan jangkauan ini menjadi elemen penting dalam kampanye iklan TV yang komprehensif. Studi ini juga menekankan, penonton lebih memilih OTT untuk menyaksikan acara favorit mereka dibandingkan TV tradisional.
Dibandingkan tahun sebelumnya, kesenjangan antara preferensi pengguna OTT dan TV tradisional untuk menonton acara favorit mereka, tercatat hanya 13 persen.
Sementara saat ini, kesenjangannya semakin signifikan menjadi 22 persen. Selain itu, generasi Z mendominasi perbedaan preferensi ini, dengan kesenjangan sebesar 27 persen. Ini menggambarkan bagaimana generasi muda mulai meninggalkan TV tradisional.
Studi ini hadir di saat para pengiklan tengah merencanakan anggaran belanja iklan dan media tahunan terbesar mereka untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Dengan dua dari tiga orang Indonesia yang akan lebih banyak berbelanja online pada bulan Ramadan kali ini, studi ini dapat membantu pengiklan untuk mengoptimalkan OTT sebagai kanal beriklan yang efektif selama bulan Ramadan dan di masa mendatang.
Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal
Advertisement