Liputan6.com, Jakarta - Pabrik iPhone milik Pegatron menghentikan produksi iPhone di dua lokasi, yakni di Shanghai dan Kunshan.
Perusahaan manufaktur asal Taiwan ini menghentikan produksi iPhone di kedua pabrik di atas untuk mematuhi regulasi Tiongkok, dalam hal pembatasan penyebaran Covid-19.
Baca Juga
Laporan Nikkei Asia menyebut, Tiongkok menerapkan kebijakan lebih ketat sebagai respon atas naiknya kasus Covid-19 di negaranya, baru-baru ini.
Advertisement
Mengutip The Verge, Rabu (13/4/2022), penutupan pabrik ini berdampak signifikan bagi Pegatron dan Apple.
Laporan yang sama menyebut, pabrik Pegatron yang ditutup merupakan satu-satunya pusat manufaktur iPhone. Pegatron sendiri bertanggung jawab membuat sekitar 20-30 persen dari seluruh permintaan iPhone.
"Pegatron berharap untuk segera melanjutkan produksi, meski belum jelas kapan produksi akan dilanjutkan," tulis Nikkei Asia. Apple tidak segera membalas permintaan komentar.
Laporan sama mengungkap, Quanta, perusahaan manufaktur yang membantu membuat MacBook juga menghentikan produksi di sebuah pabriknya di Shanghai.
Terlepas dari penghentian operasional pabrik iPhone, sepanjang pandemi, masalah rantai pasokan menjadi hal yang terus terjadi dan mempengaruhi perusahaan di berbagai industri.
Sebelumnya, Tesla juga harus menutup pabriknya di Shanghai sebagai respon atas pembatasan di Tiongkok. Belum lagi, masalah kelangkaan chipset global telah mempersulit produksi berbagai perangkat elektronik.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sebelumnya Pabrik iPhone Foxconn Juga Sempat Tutup
Sebelumnya, Foxconn, pabrik perakit dan pemasok Apple hingga Samsung baru saja mengumumkan telah menutup sementara pabriknya di Shenzhen, Tiongkok.
Diketahui, penutupan pabrik Foxconn dan produsen lainnya ini terjadi setelah pihak berwenang mengumumkan lockdown akibat kasus Covid-19 meningkat di kota tersebut.
Sektor bisnis yang menyediakan layanan tidak penting diperintahkan untuk tutup, dan semua orang di kota itu akan diuji Covid-19 setelah ada laporan 60 infeksi baru pada hari Minggu.
Mengutip The Verge, Senin (14/3/2022), raksasa manufaktur itu mengatakan akan mengalihkan produksi ke lokasi lain di luar Shenzhen.
Sebagai informasi, Foxconn adalah produsen elektronik terbesar di dunia, dan pemasok penting bagi perusahaan teknologi terkenal di dunia, termasuk Apple dan Samsung.
Selain Foxconn, raksasa teknologi seperti Huawei, Tencent, dan Oppo pun memiliki kantor pusar berbasis di Shenzhen, terletak di dekat perbatasan dengan Hong Kong.
Meski begitu, dalam waktu sekitar dua minggu, pabrik iPhone di fasilitas produksi milik Foxconn yang ada di Shenzhen telah beroperasi kembali.
Dalam laporan Reuters, Foxconn menyatakan, "Pada dasarnya memulai kembali perintah kerja dan operasi produksi normal di pabrik Longhua dan Guanlan."
Advertisement
Terapkan Protokol Pengendalian Epidemi
Meski Foxconn menjadi pemasok utama bagi Apple, penutupan operasional pabrik di Shenzhen mungkin tak berdampak besar pada produksi iPhone.
Reuters mencatat, sebagian produksi iPhone Foxconn di negara itu kini berlangsung di pabrik Zhengzhou, provinsi Henan, Tiongkok.
Tiongkok telah mengikuti strategi nol-Covid yang ketat sejak pandemi. Laporan The Guardian mencatat, selain melakukan lockdown, Shenzhen juga melakukan tes massal untuk mencegah peredaran virus.
Laporan yang sama juga menyatakan terjadi dua kematian pertama akibat virus corna dalam lebih dari setahun.
Dengan demikian, jumlah kematian di karena Covid-19 di Tiongkok tercatat sebanyak 4.638 sejak awal pandemi.
Pembukaan kembali operasional pabrik iPhone milik Foxconn ini dilakukan lebih dari seminggu setelah perusahaan mengumumkan menghentikan sementara operasional di Shenzhen setelah terjadinya 60 infeksi baru Covid-19.
Â
Kelangkaan Komponen Terus Berlangsung
Selain pabrik yang ditutup karena kasus Covid-19, kelangkaan komponen elektronik global terus berlanjut. Baru-baru ini mitra manufaktur Apple iPhone, Foxconn, mengumumkan bahwa pihaknya mulai terdampak kelangkaan komponen ini.
Menurut CEO Foxconn Young Liu, perusahaan tidak akan bisa memenuhi sejumlah permintaan karena adanya kelangkaan komponen tersebut.
Bahkan berdasarkan laporan Nikkei, Young Liu mengungkap bahwa kelangkaan komponen elektronik ini akan berlangsung setidaknya hingga kuartal kedua 2022.
"Pasokan dalam dua bulan pertama kuartal ini masih baik-baik saja, karena klien kami semuanya sangat besar. Tetapi kami mulai melihat perubahan terjadi bulan ini," kata Liu, memberikan informasi ini kepada investor saat rapat laporan pendapatan perusahaan, dikutip dari The Verge, Rabu (31/3/2021).
Menurutnya, dampak dari kelangkaan komponen ini diperkirakan tidak akan besar untuk saat ini.
Liu memperkirakan, perusahaan hanya akan kehilangan sekitar 10 persen dari pesanannya karena volume pesanan yang besar dari pelanggannya.
(Tin/Ysl)
Advertisement