Liputan6.com, Jakarta - TokoTalk menggandeng Nicholas Saputra menggelar e-learning bertajuk 'Strategi Bangun Bisnis secara Mandiri' berupa seminar online via Zoom, belum lama ini.
Selain Nicholas, perusahaan juga mengundang Tyo Guritno selaku CEO dan Co-Founder Inspigo.id dan Yoanita Simanjuntak sebagai VP Business Strategy TokoTalk untuk berbagi pengalaman dan inspirasi seputar bagaimana cara memulai bisnis online hingga sukses.
Baca Juga
Nicholas mengakui keseriusan TokoTalk Business Academy dalam memfasilitasi materi edukasi untuk siapa saja yang mau belajar mengembangkan bisnis.
Advertisement
“Menyajikan materi bisnis sesuai dengan tingkatan bisnis, tentu akan mempermudah para pelaku usaha atau merchant yang sudah bergabung untuk menerapkan materi yang sesuai,” kata aktor sekaligus produser film tersebut, dikutip Rabu (20/4/2022).
Yoanita mengatakan TokoTalk telah mengumpulkan insights dari tiga webinar sebelumnya--masuk dalam rangkaian program TokoTalk Business Academy--hingga akhirnya memutuskan membuat website e-learning.
Berdasarkan hasil survei tersebut, disimpulkan bahwa pelaku bisnis online memiliki tantangan sangat beragam, tergantung pada skala bisnis mereka.
"Meskipun banyak sekali informasi atau materi edukasi online, namun merchants kesulitan menemukan yang relevan dengan tantangan bisnis spesifik mereka. Selain itu, tidak semua materi yang tersedia ditulis oleh sumber yang kredibel atau relevan dengan konteks Indonesia," ujar perempuan yang akrab disapa Jojo tersebut.
Ia menyebut tujuan dari dibangunnya platform e-learning ini juga untuk saling berbagi tips marketing jitu dalam mendorong kesuksesan bisnis maupun brand secara online.
"Belajar bisnis bukan hanya untuk menumbuhkan perekonomian, tapi juga berkarya dan mengubah hidup menjadi lebih sejahtera," ucap Jojo menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan Beragam
Tyo Guritno menilai TokoTalk sebagai seamless connector, tidak hanya menyediakan fitur-fitur yang membantu journey jualan online secara end-to-end dari set up storefront sampa logistik dan pembayaran, tetapi juga serius menjadi mitra para merchant yang mungkin masih berjuang susah payah di early stage.
"Bahkan mereka yang sudah memiliki produksi massal masih membutuhkan solusi-solusi yang sophisticated. Semakin besar skala bisnisnya, akan semakin beragam tantangannya," ujar Tyo.
TokoTalk Business Academy sendiri dibangun untuk menjadi mitra belajar pelaku bisnis online sehingga mereka dapat mengoptimalkan potensi bisnis mereka di ekosistem mana pun secara mandiri.
TokoTalk yang didukung oleh perusahaan teknologi asal Korea Selatan, Codebrick, mengklaim sangat serius dalam menjadi mitra para pelaku usaha (merchant) sepanjang perjalanan ini (sejak 2018).
Perusahaan juga berusaha untuk terus memberikan wawasan strategis yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan bisnis para pelaku usaha.
TokoTalk adalah platform solusi e-commerce dengan misi untuk menyediakan koneksi yang seamless ke semua kebutuhan merchant dalam berjualan online, termasuk integrasi dengan logistik, opsi pembayaran digital, 100++ template website premium siap pakai, sistem manajemen order yang komprehensif, dan perangkat digital marketing.
Advertisement
IBM: Kebiasaan Konsumen Selama Pandemi Bikin Tren Belanja Hybrid Meningkat
Di sisi lain, Institute for Business Value IBM dan National Retail Federation, asosiasi perdagangan ritel terbesar di dunia, merilis studi global yang berjudul "Consumer Want It All".
Studi ini mengungkapkan adanya peningkatan preferensi konsumen untuk keberlanjutan dan pengalaman belanja yang tersebar di berbagai titik kontak digital, fisik, dan mobile.
Survei terhadap lebih dari 19 ribu konsumen menunjukkan, belanja secara hybrid saat ini mengalami peningkatan karena kebiasaan konsumen yang terbentuk selama pandemi Covid-19.
Mengutip keterangan pers IBM, Selasa (8/2/2022), belanja hybrid sendiri merupakan cara belanja yang memadukan saluran fisik dan digital dalam pengalaman berbelanja.
Peritel pun dinilai harus lebih gesit untuk mampu menemui pelanggan di mana pun mereka berada, dengan mengintegrasikan pengalaman digital dan toko fisik.
Adapun, 27 persen responden melaporkan bahwa belanja hybrid menjadi metode pilihan berbelanja mereka, dengan konsumen Gen Z menjadi yang paling mungkin melakukan ini dibandingkan kelompok usia lainnya.
Sementara, 72 persen responden mengungkapkan bahwa mereka masih belanja langsung di toko secara keseluruhan atau sebagai sebagian metode pembelanjaan utama mereka.
Alasan teratas responden masih mengunjungi toko adalah mereka bisa menyentuh dan merasakan produk sebelum membelinya (50 persen), serta dapat memilih dan menentukan produk mereka sendiri (47 persen).
Keputusan Pembelian
Beberapa juga menilai mereka bisa langsung mendapatkan produk yang diinginkan (43 persen), meskipun apa yang dicari pembeli di toko fisik bervariasi menurut kategori produk.
Mulai tahun 2020, keberlanjutan juga menjadi semakin penting untuk keputusan pembelian dan preferensi merek bagi konsumen yang disurvei.
Konsumen yang memiliki tujuan khusus, memilih produk atau merek berdasarkan nilai mereka misalnya terkait dengan keberlanjutan, yang jadi segmen tebesar dari konsumen yang disurvei (44 persen).
62 persen responden mengatakan bersedia mengubah kebiasaan berbelanja mereka untuk mengurangi dampak lingkungan, naik dari sebelumnya 57 persen dua tahun lalu.
Setengah dari responden mengatakan bahwa mereka bersedia membayar premi untuk keberlanjutan, dengan rata-rata premi adalah 70 persen. Diperkirakan, premi ini dua kali lipat dari tahun 2020.
Namun, ada kesenjangan antara intensi dan tindakan. Hanya 31 persen responden yang mengatakan bahwa produk berkelanjutan merupakan sebagian besar ataukeseluruhan pembelian terakhir mereka.
Mark Mathews, Wakil Presiden Pengembangan Penelitian dan Analisis Industri di National Retail Federation mengatakan, konsumen kini juga mengharapkan fleksibilitas untuk membangun pengalaman belanja mereka sendiri.
"Pendekatan hybrid merupakan perubahan mendasar dalam perilaku konsumen," kata Mathews.
Advertisement