Sukses

CEO Snap Evan Spiegel Sebut Metaverse Ambigu: Definisi Setiap Orang Berbeda

CEO Snap Evan Spiegel menilai, istilah metaverse adalah sesuatu yang "ambigu dan hipotetis"

Liputan6.com, Jakarta Di tengah tren metaverse yang jadi visi di berbagai perusahaan teknologi, khususnya induk Facebook Meta, nyatanya tidak semua perusahaan memfokuskan dirinya untuk mewujudkan dunia virtual semacam ini.

Salah satunya adalah Snap, seperti yang diungkapkan oleh sang CEO Evan Spiegel. Menurutnya, mereka sekarang lebih fokus untuk pengalaman yang dibuat untuk dunia nyata, alih-alih metaverse virtual.

"Alasan mengapa kami tidak menggunakan kata itu adalah karena itu cukup ambigu dan hipotetis," kata Evan Spiegel kepada The Guardian, seperti mengutip The Verge, Rabu (4/5/2022).

"Tanyakan saja pada sekelompok orang bagaimana mendefinisikannya, dan definisi setiap orang benar-benar berbeda," imbuh suami dari model Australia Miranda Kerr itu.

Memang benar, sejauh ini, belum ada definisi yang tetap mengenai metaverse. New York Post misalnya, mendefinisikannya sebagai sesuatu yang luas, namun umumnya mengacu pada lingkungan dunia maya bersama, yang bisa diakses orang melalui internet.

Istilah ini bisa merujuk pada ruang digital yang dibuat lebih hidup dengan penggunaan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).

Beberapa orang juga menggunakan istilah metaverse untuk menggambarkan dunia gim, di mana pengguna bisa memiliki karakter yang bisa berjalan-jalan dan berinteraksi dengan pemain lain.

Sementara menurut The Guardian, metaverse adalah tempat di mana dunia fisik dan digital bersatu.

Metaverse adalah ruang di mana representasi digital dari seseorang atau avatar, berinteraksi dengan bekerja dan bermain, melakukan pertemuan di kantor mereka, pergi ke konser atau mencoba baju.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sesuatu yang Belum Ada

Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Meta, mengungkapkan bahwa istilah "meta" berasal dari kata Yunani yang dalam bahasa Inggris berarti "beyond" atau "melampaui."

Zuckerberg mengatakan, dengan metaverse, seseorang bisa melakukan hampir semua hal yang bisa dibayangkan seperti berkumpul dengan teman dan keluarga, bekerja, belajar, bermain, berbelanja, hingga berkreasi.

Kembali ke Spiegel, kepada The Verge, dirinya juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan strategi soal metaverse "benar-benar berbicara tentang sesuatu yang belum ada."

Menurut Spiegel, ini berbeda dari augmented reality (AR), di mana ia mengklaim "ada 250 juta orang yang terlibat dengan AR setiap harinya hanya dalam aplikasi Snapchat."

Meski begitu, ada kesamaan antara Spiegel dan Zuckerberg, di mana keduanya percaya bahwa suatu hari nanti, kacamata AR akan menjadi sesuatu yang besar.

Spiegel mengatakan, kacamata AR akan jadi kunci untuk melapisi komputasi di dunia sekitar masyarakat. Perusahaannya sendiri sudah memiliki perangkat yang sedang dalam proses pengujian.

 

3 dari 4 halaman

Fokus di Dunia Nyata

Berbeda dengan visi Zuckerberg yang dinilai lebih fokus pada realitas virtual, hal yang sebaliknya pun diungkapkan oleh Spiegel.

"Tesis dasar dan taruhan besar kami ada di dunia nyata, dan orang-orang benar-benar menikmati menghabiskan waktu bersama dalam kenyataan," ujarnya.

Spiegel mengatakan, komputasi dapat meningkatkan itu dan membuatnya lebih menyenangkan, serta berkontribusi pada pengalaman bersama-sama.

"Namun pada akhirnya, orang akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dunia karena itu benar-benar tempat yang indah," Spiegel menjelaskan.

"Dan itulah mengapa kami berbicara dengan banyak kekhususan tentang produk yang kami miliki saat ini, tentang solusi yang ada. hari ini, dan tentang cara orang menggunakan produk kami, daripada berbicara secara hipotetis."

 

4 dari 4 halaman

Elon Musk Anggap Metaverse Menarik

Salah satu yang menganggap gagasan metaverse tidak menarik adalah bos SpaceX dan Tesla, yang juga orang terkaya di dunia, Elon Musk. Hal ini seperti ia ungkapkan di bulan Desember 2021 lalu.

Dalam wawancaranya dengan Babylon Bee, Elon Musk mengatakan, headset besar yang didorong oleh Mark Zuckerberg dan pendukung realitas virtual lainnya, terlalu canggung untuk dipahami.

"Tentu Anda bisa memasang TV di hidung Anda," kata pria yang baru dinobatkan sebagai Person of the Year 2021 oleh Majalah Time itu, seperti dilansir New York Post, dikutip Jumat (24/12/2021).

"Saya tidak yakin itu membuat Anda di metaverse," imbuhnya. Ia menambahkan, dirinya tidak bisa melihat orang-orang memasang "layar mengerikan" di wajah mereka sepanjang hari dan tak ingin pergi.

Bulan Oktober lalu, Mark Zuckerberg mengubah nama induk perusahaan Facebook menjadi Meta dan mengatakan, manusia akan bersosialisasi, bekerja, bermain game, hingga menciptakan karya seni di metaverse.

Metaverse sendiri mengacu pada gagasan tentang semesta virtual yang diakses pengguna lewati realitas virtual, augmented reality, dan teknologi lainnya.

"Saat ini saya tidak dapat melihat situasi metaverse menarik," kata Musk dalam wawancaranya kala itu.

(Dio/Isk)