Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan induk Facebook, Meta, mengklaim bahwa konten video pendek mereka, Reels, sukses membuat mendorong pengguna untuk menghabiskan waktu lebih banyak di media sosialnya, Instagram.
Melalui laporan pendapatan di kuartal pertama (Q1) 2022, Meta menyebutkan, Reels membuat pengguna Instagram menghabiskan waktu 20 persen lebih lama di Instagram, dan 50 persen lebih lama di Facebook.
Baca Juga
Meski begitu, mereka tidak merinci berapa banyak waktu yang digunakan oleh pengguna, dengan keberadaan Reels. Meta hanya mencatat, fitur ini memiliki kinerja yang baik di Facebook.
Advertisement
Mengutip Tech Crunch, Rabu (4/5/2022), CEO Meta Mark Zuckerberg, mengatakan meski Reels belum menghasikan pendapatan sebaik Stories, namun mereka optimistis untuk meningkatkannya di masa depan.
Zuckerberg juga mengatakan, berdasarkan pengalaman perusahaan untuk Stories, mereka juga tidak menghasilkan uang seperti feed utama, namun meningkat dari waktu ke waktu.
Selain melihat peningkatan tren video pendek, Meta juga melihat kemajuan dalam rekomendasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang mendorong lebih banyak konten baik di Reels maupun unggahan.
Zuckerberg menjelaskan, feed berubah dari yang dikuratori secara eksklusif oleh lingkaran sosial pengguna, menjadi direkomendasikan oleh AI.
"Mampu secara akurat merekomendasikan konten dari seluruh dunia yang tidak Anda ikuti secara langsung membuka banyak video dan postingan menarik dan bermanfaat yang mungkin Anda lewatkan," ujar Mark Zuckerberg.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penantang TikTok
Zuckerberg juga mengklaim, AI yang mereka bangun bukan hanya sistem rekomendasi untuk video berdurasi pendek.
"Tetapi juga mesin penemuan yang dapat menunjukkan kepada Anda semua konten paling menarik yang telah dibagikan orang-orang di seluruh sistem kami," imbuhnya.
Reels sendiri merupakan salah satu strategi Meta untuk menghadapi persaingan di konten-konten video pendek dengan platform berbagi video asal Tiongkok, TikTok.
Tak hanya Meta, Google pun juga mencoba menantang TikTok dengan merilis fitur serupa yaitu YouTube Shorts. YouTube pun dilaporkan mulai melakukan uji coba untuk menampilkan iklan di konten Shorts.
Chief Business Officer, Google, mengatakan kepada para investor bahwa perusahaan secara khusus bereksperimen dengan iklan di aplikasi yang terpasang dan bentuk promosi lainnya.
CFO Alphabet, Ruth Porat menyebut, perusahaan mengalami sedikit hambatan dalam pertumbuhan pendapatan, karena penayangan Shorts tumbuh dalam persentase total waktu di YouTube.
Advertisement
YouTube Shorts Uji Monetisasi
"Kami sedang menguji monetisasi pada konten pendek, dan umpan balik serta hasil awal pengiklan sangat menggembirakan," kata Porat seperti mengutip The Verge, Kamis (28/4/2022).
Dikutip dari Tech Crunch, Porat menambahkan bahwa tim di YouTube sedang fokus untuk "menutup celah" dengan iklan di konten video biasa, dari waktu ke waktu.
Menurut Sundar Pichai, CEO Google dan Alphabet, YouTube Shorts berhasil mengumpulkan 30 miliar penayangan atau views harian, di mana ini empat kali lebih besar daripada tahun lalu.
"Kami telah melihat investasi yang signifikan dalam video daring dan ada banyak inovasi, tetapi ada 2 miliar pemirsa masuk yang mengunjungi YouTube setiap bulannya," kata Pichai.
"Lebih banyak orang membuat konten di YouTube daripada sebelumnya, dan tim tetap sangat fokus dalam mencoba membantu berinovasi," imbuhnya.
Jumlah Saluran YouTube yang Hasilkan Pendapatan
Pichai melaporkan, jumlah saluran YouTube yang menghasilkan pendapatan USD 10 ribu, naik 40 persen dari tahun ke tahun.
Namun secara keseluruhan, YouTube meleset untuk proyeksi per kuartal untuk pendapatan iklan. Platform ini mengharapkan menghasilkan USD 7,51 miliar, tetapi mereka sebenarnya menghasilkan USD 6,87 miliar.
Ini masih lebih tinggi dari kuartal satu tahun lalu, ketika YouTube memperoleh pendapatan iklan sekitar USD 6 miliar. Namun, para pemegang saham tentu tidak akan menyukainya.
Alphabet tidak mengungkapkan jumlah pelanggan untuk produk tertentu seperti YouTube Premium atau YouTube Music.
Namun menurut Porat, pertumbuhan pelanggan di produk-produk ini cukup besar untuk mengimbangi penurunan pendapatan Google Play.
Pada bulan Oktober, Google Play menurunkan biaya pengembang menjadi 15 persen atau kurang untuk 99 persen aplikasi, di mana ini turun dari 30 persen sebelumnya.
(Dio/Isk)
Advertisement