Liputan6.com, Jakarta - Salah satu mantan petinggi WhatsApp, Chief Business Officer Neeraj Arora, mengatakan dirinya menyesal menjual WhatsApp ke Facebook. Saat itu, Oktober 2014, Facebook akuisisi WhatsApp dengan nilai USD 22 miliar.
Dalam serangkaian cuitan, mantan bos WhatsApp Neeraj Arora menjelaskan, bagaimana WhatsApp telah menyimpang dari jalur yang dibayangkan para pendirinya, usai dibeli oleh Mark Zuckerberg.
Baca Juga
Mengutip The Indian Express, Jumat (6/5/2022), Arora menyebut tim pendiri WhatsApp sebelumnya telah membuat tiga tuntutan utama mengenai masa depan layanan, ketika proses akuisisi.
Advertisement
"Pada 2014, saya adalah Chief Business Officer WhatsApp, saya membantu negosiasi akuisisi WhatsApp ke Facebook dan kini saya menyesalinya," kata Arora, membuka rangkaian cuitannya.
Ketiga tuntutan yang diinginkan para pendiri awal WhatsApp adalah: tidak ada pengumpulan data pengguna, tidak ada iklan, dan tidak ada pelacakan lintas platform.
Arora juga berbicara mengenai model bisnis yang seharusnya diadopsi WhatsApp, yakni biaya berlangganan sebesar USD 1 per tahun untuk penggunaan layanan tanpa batas. Pihak Facebook menerima tuntutan ini sebelum akuisisi.
Menurut Arora, Facebook sebelumnya mendekati WhatsApp untuk akuisisi pada 2014. Saat itu keduanya sepakat proses akuisisi berupa kemitraan dengan menawarkan dukungan penuh enkripsi end-to-end, tidak ada iklan di platform, kebebasan penuh dalam penentuan produk, kursi direksi untuk Jan Koum (salah satu pendiri WhatsApp), serta WhatsApp akan punya kantor sendiri di Mountain View, California.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Tinggalkan WhatsApp karena Tak Sejalan dengan Zuckerberg
Arora mengklaim, setelah diakuisisi, WhatsApp masih berada di jalur yang benar hingga 2018, ketika dirinya dan Jan Koum memutuskan untuk meninggalkan WhatsApp.
Pendiri WhatsApp lainnya, Brian Acton lebih dahulu cabut dari perusahaan yang didirikannya pada 2017, setelah berbeda pendapat dengan Mark Zuckerberg.
Di tahun yang sama, WhatsApp juga didera kasus pelanggaran data pribadi pengguna yang dikenal sebagai skandal Cambridge Analytica. Dalam cuitannya, Arora mengatakan, Brian Acton menyerukan "Delete Facebook".
"Kini WhatsApp adalah platform kedua terbesar Facebook (bahkan lebih besar dari Instagram atau FB Messenger). Namun itu adalah bayangan dari produk yang kepadanya kami curahkan hati kami dan ingin kami bangun untuk dunia. Saya bukan satu-satunya orang yang menyesal (WhatsApp) jadi bagian dari Facebook," kata Brian Acton dalam satu cuitannya beberapa waktu lalu.
"Perusahaan teknologi seharusnya mengakui ketika mereka melakukan kesalahan. Awalnya tidak ada yang tahu bahwa Facebook akan menjadi monster yang melahap data pengguna dan mengeluarkan uang kotor. Kami juga tidak mengetahuinya," kata Arora di cuitan.
Arora pun mengakhiri rangkaian cuitannya dengan link ke artikel milik Wall Street Journal mengenai HalloApp. HalloApp adalah perusahaan yang ia dirikan, dan bagaimana perusahaan tersebut bisa didirikan oleh mantan eksekutif WhatsApp dan Facebook dan membidik perusahaan lama mereka.
Advertisement
Resmi Hadirkan Fitur Reaction
Terlepas dari penyesalan mantan bos WhatsApp, sebelumnya CEO Meta Mark Zuckerberg resmi mengumumkan kehadiran fitur reactions di WhatsApp. Informasi tersebut ia umumkan melakui akun resminya di Facebook dan Instagram.
"Reactions di WhatsApp bergulir mulai hari ini," tulis Mark seperti dikutip dari unggahan di Instagram Storiesnya, dikutip Kamis (5/5/2022). Dalam unggahan tersebut, ia juga menampilkan enam reactions yang hadir kali ini.
Ada reactions acungan jempol, hati, tertawa terbahak-bahak, kaget, serta sedih. Sebagai tambahan, ada pula reactions yang kerap diartikan sebagai ucapan terima kasih atau tos.
Dalam unggahan melalui Facebook, Mark Zuckerberg juga menuliskan dalam waktu dekat lebih banyak ekspresi akan ditambahkan di fitur ini. Namun, ada kemungkinan fitur ini akan rilis secara bertahap untuk seluruh pengguna, sehingga saat ini tidak semunya sudah bisa memakainya.
Untuk diketahui, fitur reactions di WhatsApp sebenarnya sudah terdengar kehadirannya sejak tahun lalu, tapi baru muncul di versi beta baru pada bulan lalu. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk memberikan reaksi pada pesan yang diterima.
Pengguna Bisa Lebih Ekspresif
Dengan kata lain, pengguna WhatsApp kini bisa lebih ekspresif dalam memberikan reaksi terhadap pesan yang dikirimkan orang lain. Fitur ini sebenarnya sudah hadir lebih dulu di aplikasi Facebook.
Reactions memperkaya respons pengguna pada unggahan maupun komentar Facebook, sehingga tidak lagi sekadar tombol like.
Menurut laporan, awalnya WhatsApp tidak memiliki rencana mengungkap kehadiran fitur reactions untuk para pengguna. Namun pada akhirnya, perusahaan mulai mengembangkan fitur ini di iOS versi beta, kemudian untuk Android.
Melalui fitur baru WhatsApp ini kamu akan menemukan sejumlah reaksi emoji yang intuitif. Namun sepertinya, fitur ini digulirkan secara bertahap karena tak semua pengguna langsung bisa menggunakannya.
Agar kamu tak penasaran, berikut cara menggunakan fitur Reactions atau reaksi emoji di WhatsApp.
- Buka obrolan tempat pesan yang ingin kamu tanggapi.
- Tekan dan tahan pada pesan yang kamu terima dan ingin kamu tanggapi.
- Sebuah pop-up akan muncul dengan 6 emoji yang bisa kamu gunakan untuk bereaksi.
- Pilih salah satu dari 6 emoji itu untuk menggunakannya sebagai reaksi.
- Reaksi pesan kamu akan muncul di bawah pesan yang kamu pilih sebelumnya.
(Tin/Isk)
Advertisement