Sukses

Google Cloud Bikin Tim Baru untuk Genjot Pengembangan Layanan Web3

Google diketahui telah membentuk tim baru untuk membangun layanan backend bagi kebutuhan para pengembang blokchain dan layuanan Web3.

Liputan6.com, Jakarta - Google diketahui telah membentuk tim baru untuk membangun layanan backend bagi kebutuhan para pengembang blokchain. Langkah ini diambil untuk membuat platform Google Cloud sebagai tujuan bagi mereka yang ingin menjalankan aplikasi Web3.

Dalam penjelasannya kepada CNBC, VP Google Cloud Amit Zavery menuturkan, pihaknya tidak mencoba bagian langsung dari gelombang cryptocurrency. Namun, perusahaan ingin menyediakan teknologi bagi perusahaan memanfaatkan sifat terdistribusi Web3 dalam bisnis dan perusahaan mereka.

Mengutip informasi dari Engadget, Senin (9/5/2022), melalui email pada para karyawan, Amit menyebut pasar Web3 sudah menunjukkan potensi luar biasa. Karenanya, banyak pelanggan yang meminta Google Cloud meningkatkan dukungan untuk Web3 dan teknologi terkait kripto.

Nantinya, tim baru ini akan terdiri dari karyawan yang terlibat dalam proyek Web3, baik di Google atau di luar perusahaan. Dia menuturkan, Google dapat membuat sistem yang memungkinkan perusahaan lain memudahkan orang melihat data blockchain.

Selain itu, tool Google ini akan kompatibel dengan platform lain seperti Amazon Web Services. Untuk diketahui, ini bukan langkah pertama Google terjun ke bidang Web3.

Pada Januari 2022, perusahaan memang telah mengumumkan tim aset digital untuk mencari cara yang memungkinkan pelanggan Google Cloud melakukan dan menerima pembayaran kripto.

Lalu, pada laporan keuangan di bulan selanjutnya, CEO Alphabet Sundar Pichai juga mengatakan unit cloud di Google memang tengah menjajaki dukungan untuk proyek-proyek blockchain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Spotify dan Discord Sempat Down Gara-Gara ada Malfungsi di Google Cloud

Di sisi lain, pengguna Spotify dan Discord di berbagai belahan dunia sempat mengeluhkan layanan Discord dan Spotify down, Rabu (9/3/2022) dini hari.

Pengguna Spotify mengeluhkan layanannya ter-logout sendiri. Bahkan topik tentang Spotify sempat menjadi trending topic di linimasa Twitter.

Rupanya tumbangnya layanan Spotify dan Discord memang bukan disebabkan oleh koneksi internet. The Verge mengungkap, Discord dan Spotify down juga tak disebabkan karena adanya masalah pada DNS dan Amazon Web Services (AWS).

Menurut informasi dari Discord, setelah me-restart layanan streaming-nya untuk memperbaiki gangguan, sebuah masalah baru menyebabkan kegagalan API.

Sementara, setelah beberapa waktu layanannya kembali normal, akun Twitter Spotify men-tweet, tumbangnya Spotify terkait dengan kesalahan komponen Google Cloud yang tidak berfungsi dan harus mereka rutekan.

3 dari 5 halaman

Masalah di Traffic Director

Spotify tidak merinci ada kesalahan komponen apa pada Google Cloud, namun berdasarkan studi kasus yang diunggah Google Cloud, terungkap pihaknya mengalami masalah mendadak pada Spotify dan Discord.

Halaman status Google Cloud menyebutkan, update glitchy ke komponen Traffic Director pada saat kedua layanan bermasalah mungkin jadi penyebab utama tumbangnya Spotify dan Discord.

"Masalah dengan Traffic Director telah dikonfirmasi. (Setelah perbaikan) pelanggan kini dapat mulai menggunakan Traffic Director. Kami telah mengidentifikasi kemungkinan akar masalah dan akan menerbitkan Incident Report dalam beberapa hari ke depan," kata pihak Google Cloud. 

4 dari 5 halaman

Cara Spotify Minimalisasi Penyebaran Hoaks Covid-19

Terlepas dari tumbangnya Spotify, layanan podcast (siniar) Spotify sempat mendapatkan sorotan usai beberapa kali mengunggah wawancara yang dinilai menyebarkan misinformasi dan hoaks Covid-19.

Spotify pun didesak untuk membuat kebijakan tegas dan transparan terkait konten-konten semacam itu, khususnya dari kalangan medis.

Baru-baru ini, CEO Spotify Daniel Ek mengumumkan aturan baru terkait konten-konten Covid-19.

"Kami telah menerapkan aturan selama bertahun-tahun, tetapi harus diakui, kami belum transparan terkait kebijakan yang memandu konten kami secara lebih luas," kata Ek seperti dikutip, Kamis (3/2/2022).

"Hal ini pada saatnya, menimbulkan pertanyaan seputar aplikasi mereka ke masalah serius termasuk Covid-19," tulis Ek.

Ek melanjutkan, berdasarkan masukan selama beberapa pekan terakhir, mereka merasa wajib berbuat lebih banyak demi memberikan keseimbangan dan akses informasi yang diterima secara luas dari kalangan medis dan ilmiah.

Maka dari itu, Spotify pun menerbitkan Aturan Platform mereka, yang dikembangkan oleh tim internal dengan sejumlah pakar dari luar dan diperbarui secara berkala.

"Anda sekarang dapat menemukannya di newsroom  kami, dan mereka akan ditayangkan secara permanen di situs web utama Spotify," kata Ek seraya menambahkan, aturan ini juga dilokalisasi ke dalam berbagai bahasa.

Selain itu, Spotify juga mengatakan sedang berusaha untuk menambahkan label saran dan rekomendasi ke dalam konten sebuah podcast, yang mencakup diskusi soal Covid-19. 

(Dam/Isk)

5 dari 5 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia