Liputan6.com, Jakarta - Serangan siber bertujuan untuk memprotes invasi di Ukraina kembali terjadi di Rusia. Kali ini, serangan dilakukan di hari perayaan kemenangan atas Nazi Jerman atau Victory Day/Hari Kemenangan.
Mengutip Engadget, Selasa (10/5/2022), The Washington Post melaporkan hari Senin waktu setempat, pengguna smart TV di Rusia melihat daftar saluran mereka diganti dengan pesan dari peretas.
Baca Juga
"Darah ribuan orang Ukraina dan ratusan anak-anak yang terbunuh ada di tangan Anda," bunyi pesan itu. "TV dan pihak berwenang berbohong. Tidak untuk berperang."
Advertisement
Dikutip dari Deadline, BBC juga melaporkan, beberapa saluran TV besar seperti Channel One, Rossiya-1, dan NTV-Plus ikut terdampak pembajakan tersebut.
Selain smart TV, peretas juga menargetkan beberapa perusahaan internet terbesar di negara itu, termasuk Yandex. Mereka juga mengejar RuTube, platform video Rusia untuk menggantikan YouTube.
"Hosting video kami telah mengalami serangan siber yang kuat. Saat ini, tidak mungkin untuk mengakses platform," tulis RuTube dalam sebuah pernyataan yang diunggah di saluran Telegram-nya.
Platform itu akhirnya mengatakan telah mengisolasi serangan siber itu dan koleksi kontennya tidak diakses dalam kejadian itu.
Menurut Reuters, tidak jelas bagaimana pesan itu muncul. Bulan Maret lalu, kelompok peretas Anonymous mengaku bertanggung jawab atas pembajakan beberapa outlet, untuk menyiarkan cuplikan perang dari Ukraina.
Diyakini, Anonymous juga menjadi dalang peretasan beberapa saluran TV pemerintah Rusia, dan membuat mereka menyiarkan lagu kebangsaaan Ukraina.
Seperti diketahui, selama perang Ukraina berkecamuk, akses warga Rusia ke media independen dan media sosial di negara itu, dikontrol secara ketat oleh pemerintah atau Kremlin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bioskop Rusia Putarkan Film Bajakan
Sebelumnya, perang yang berkecamuk di Ukraina membuat Rusia terkena sanksi dari berbagai negara. Hal ini membuat banyak film-film top Hollywood yang terpaksa tidak bisa ditayangkan di negara itu.
Beberapa film-film dari studio raksasa seperti Paramount, Disney, Warner Bros, hingga Sony akhirnya tak bisa dinikmati oleh para penggemar film di Rusia, sehingga juga berimbas pada keberlangsungan bioskop di sana.
Hal ini pun membuat (kabarnya) beberapa bioskop di Rusia mengakalinya dengan menayangkan film bajakan, yang didapatkan dari situs download film ilegal.
Asosiasi Pengusaha Bioskop Rusia atau Association of Cinema Owners sendiri mengungkapkan, industri film dalam negeri tidak cukup menarik untuk menutup kesenjangan.
Asosiasi yang mewakili 700 bioskop dan 2.600 layar di seluruh negeri itu mengeluarkan pernyataan mereka, seperti dikutip dari Metro, Jumat (6/5/2022).
Asosiasi menyatakan keprihatinannya tentang potensi likuidasi industri film di Rusia, terkait penerapan sanksi skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh sejumlah negara.
"Sayangnya, kuantitas dan kualitas film Rusia yang dirilis ke publik tidak memenuhi permintaan penuh bioskop untuk konten," tulis Asosiasi.
Advertisement
Sumber Film Tak Resmi
Selain itu, kata mereka, perilisan beberapa film Rusia, untuk alasan yang tidak diketahui, telah ditunda dari tanggal sebelumnya, atau sepenuhnya dibatalkan, meski faktanya, mereka didukung negara untuk produksinya.
Mengutip TorrentFreak, sekitar pertengahan April, unggahan di media sosial populer di Rusia seperti VK dan Telegram, mengindikasikan bahwa bioskop di beberapa daerah akan mulai memutarkan film-film Hollywood bajakan.
Beberapa film bahkan termasuk yang hanya ditayangkan di platform streaming seperti Netflix.
Misalnya di 21 April, sebuah acara di pusat seni kontemporer di WIP, Moskow menggelar penayangan The Batman dengan harga tiket sekitar 500 rubel (sekitar Rp Rp 111 ribu).
Sumber filmnya tentu saja bukan dari distributor resmi. Film itu merupakan versi ilegal atau bajakan yang diunduh dari situs torrent yang tidak disebutkan namanya, lengkap dengan sulih suara Rusia.
Namun, cara ini mendapatkan kritik dari Asosiasi. Mereka menyebut, strategi ini membawa bisnis sinema Rusia ke "hari-hari gelap bisnis ilegal" di tahun 1990-an.
Dikritik Asosiasi Bioskop
"Demonstrasi publik ilegal dari bajakan, atau lebih tepatnya, curian, salinan film di bioskop membawa bisnis sinema Rusia keluar dari arena hukum dan mengembalikan kita ke hari-hari gelap bisnis ilegal tahun 1990-an."
Menurut Asosiasi, mereka paham bahwa kasus-kasus semacam ini "terutama disebabkan oleh kepanikan di industri karena kurangnya respon pemerintah yang efektif terhadap situasi kritis bioskop Rusia saat ini."
Selain itu, menurut mereka, hal ini juga merupakan ketidakmampuan industri film Rusia dalam jangka pendek, untuk menawarkan film-film spektakuler yang menarik khalayak luas.
Asosiasi pun menyebut, mengingat tidak ada perubahan pada undang-undang hak cipta Rusia yang mengizinkan pembajakan, pemutaran film tanpa izin adalah pelanggaran hukum perdata dan pidana.
"Kami mengutuk praktik pemutaran film ilegal di bioskop Rusia dan menyerukan seluruh komunitas film profesional untuk mencegah praktik semacam itu," Asosiasi menyimpulkan.
(Dio/Ysl)
Advertisement