Liputan6.com, Jakarta - University of Oregon melakukan studi tentang dampak ponsel pada kesehatan mental, menggunakan aplikasi Health Studies milik Google.
Mengutip The Verge, Selasa (24/5/2022), tujuan studi ini untuk melihat bagaimana orang menggunakan smartphone mereka dan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mental mereka.
Baca Juga
Unggahan di blog oleh salah satu pimpinan peneliti di proyek ini menyebut, tujuan penelitian akan membantu perusahaan-perusahaan merancang produk yang lebih baik, membentuk kebijakan, dan edukasi di masa depan.
Advertisement
Menurut unggahan blog tersebut, para peneliti menggunakan aplikasi Health Studies karena aplikasi Google ini bisa membantu mereka mendapatkan gambaran lebih baik mengenai bagaimana orang memakai smartphone. Berbeda dengan penelitian lain saat orang diminta untuk melacak dan melaporkan penggunaan aplikasi mereka sendiri.
Para peneliti berharap, pendekatan berbasis aplikasi ini memungkinkan mereka menemukan hubungan yang terlewatkan oleh penelitian lain. Misalnya, apakah jumlah waktu yang dihabiskan pengguna untuk melihat layar benar-benar mempengaruhi tidur mereka.
Peneliti juga berharap, penggunaan aplikasi Google tersebut akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus dilakukan partisipan akan membuat peneliti menarik sampel lebih besar.
Selain mendapatkan sampel lebih banyak, pendekatan ini dinilai bisa membantu peneliti mendapat data dari populasi yang kurang terlayani maupun yang lebih muda.
Para peneliti menyebut, mereka akan mengumpulkan data langsung dan objektif mengenai bagaimana orang memakai ponsel dengan teknologi penginderaan berkelanjutan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pastikan Data Pengguna Tak Dijual
Nantinya, ponsel juga bisa "mengukur secara langsung banyak hal yang membangun kesejahteraan seperti tidur dan aktivitas fisik."
Jika pengguna menggunakan jam pintar Fitbit, pengguna juga bisa memilih untuk membagikan beberapa data.
Juru bicara Google Iz Conroy mengatakan, "sistem menggunakan sejumlah API yang sama dengan sistem Digital Wellbeing Google bawaan di Anroid, yang melacak cara pengguna menggunakan ponsel, tetapi data yang dikumpulkan secara terpisah di bawah protokol penelitian transparan."
Conroy menyebut, aplikasi Google menggunakan berapa kali pengguna membuka kunci ponsel dan kategori aplikasi apa yang dipakai sebagai jenis data yang dikumpulkan di penelitian ini.
Dalam unggahan, disebutkan pengguna harus memberikan izin yang diinformasikan untuk bisa berpartisipasi dalam penelitian ini. Google menyebut, data akan dikelola sesuai standar etika yang ketat dan hanya akan dipakai untuk penelitian, guna menginformasikan produk yang lebih baik.
Google secara tidak langsung mengatakan, data yang diperoleh tidak akan dijual atau dipakai untuk iklan.
Sekadar informasi, aplikasi Google Health Studies pertama diperkenalkan pada Desember 2020 dengan studi penyakit pernapasan.
Pengguna bisa menggunakan aplikasi untuk mendaftar sebagai peserta dalam studi, di mana pengumpulan data dan menggabungkannya, sehingga peneliti bisa melihat tren demografi, bukan info pribadi individu.
Advertisement
Puasa Media Sosial
Terlepas dari studi di atas, terus-terusan main media sosial ternyata juga bisa memberikan tekanan dalam kehidupan.
Kaspersky pun memberikan sejumlah rekomendasi untuk mengalihkan perhatian dari dunia online sekaligus melakukan detoks digital. Yuk simak sejumlah langkah ini.
1. Minimalisasi Paparan Konten
Pertama, berhenti mengikuti alias unfollow akun media sosial siapa pun yang tidak berkontribusi dalam hidup kamu. Bisa mantan kolega yang baru terobsesi pada sesuatu, hobi lama yang pada dasarnya hanya iklan, dan apa pun yang tidak mau kamu lihat.
Jika kamu tidak merasa mendapatkan manfaat apa pun dari konten tersebut, kamu tidak perlu melihatnya di feed kamu.
Jika kamu merasa enggan untuk unfollow, coba terapkan fitur mute. Teman-teman yang kamu mute tidak tahu kalau kamu telah me-mute update mereka.
2. Sentralisasi Komunikasi
Media sosial lebih dari sekadar feed. Medsos juga jadi tempat untuk berhubungan (komunikasi) dengan teman, kerabat, kolega. Namun, jika kamu berkomunikasi dengan terlalu banyak orang, mungkin kamu sudah buang-buang waktu mengecek tiap pesan yang masuk.
Langkah yang bisa dilakukan adalah menerapkan komunikasi sentral dengan kolegamu. Beri tahu kemana mereka harus menghubungi kamu, misalnya hanya via aplikasi pesan. Dengan begitu, kamu akan lebih jarang memeriksa media sosial.
Tips Detoks Media Sosial
3. Bersihkan Layar
Pernahkah kamu membuka smartphone hanya untuk melihat cuaca tetapi gara-gara melihat ikon Facebook, kamu malah membuka Facebook dan menghabiskan 2 jam di sana?
Nah untuk menghindarinya, pindahkan ikon medsos agar tidak terlihat saat membuka smartphone. Misalnya, taruh aplikasi medsos di dalam folder atau tempatkan di halaman ketiga agar aplikasi tak langsung terlihat saat kamu membuka smartphone.
4. Tata Notifikasi
Ketika notifikasi muncul, biasanya pengguna medsos akan langsung mengklik notifikasi tersebut.
Untuk berkonsentrasi pada apa yang penting, coba non-aktifkan notifikasi yang tidak perlu. Kamu bisa mengaturnya di iOS atau Android.
5. Atur Durasi Layar atau Kesehatan Digital
Kini sudah banyak aplikasi yang membantu mengontrol kebiasaan digital pengguna. Untuk pengguna Android atau iOS, kini informasi tersebut telah tersedia di pengaturan smartphone.
Bagi pengguna iOS, masuk ke Setting lalu aktifkan Durasi Layar (Screen Time) dan di Android pilih Digital Wellbeing (kesehatan digital).
Letakkan widget ini di tempat yang selalu kamu lihat. Kamu juga bisa mengatur aplikasi untuk memungkinkan membuka jejaring sosial hanya pada waktu tertentu.
(Tin/Isk)
Advertisement