Liputan6.com, Jakarta - Mozilla memperkenalkan plugin atau ekstensi baru untuk peramban (browser) mereka Firefox, yang memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan teks secara offline (luring) atau tanpa internet.
Firefox Translations perlu mengunduh beberapa file saat pertama kali pengguna mengonversi teks dalam bahasa tertentu. Namun, ini akan menggunakan sumber daya dalam sistem pengguna, ketimbang mengirim informasi ke pusat data untuk diproses secara cloud.
Baca Juga
Dilansir Engadget, dikutip Selasa (7/6/2022), plugin ini merupakan hasil kerja sama antara Mozilla dengan Project Bergamot yang didanai oleh Uni Eropa.
Advertisement
Beberapa pihak lain yang terlibat termasuk University of Edinburgh, Charles University, University of Sheffield, dan University of Tartu. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan neural machine tools untuk membantu Mozilla membuat opsi terjemahan secara luring.
"Mesin, model bahasa, dan algoritma terjemahan dalam halaman harus berada dan sepenuhnya di komputer pengguna, jadi tidak ada data yang dikirim ke cloud, menjadikannya sepenuhnya privat," tulis Mozilla.
Meskipun begitu, dilaporkan Tech Crunch, sejauh ini, Firefox Translations baru bisa menangani terjemahan antara bahasa Inggris dan 12 bahasa lainnya.
Beberapa bahasa yang didukung oleh plugin tersebut sejauh ini adalah Spanyol, Bulgaria, Ceko, Estonia, Jerman, Islandia, Italia, Bokmal Norwegia dan Nynorsk, Persia, Portugis, dan Rusia.
Mozilla dan mitra-mitra mereka juga telah membuat jalur pelatihan dalam proyek ini, di mana para sukarelawan bisa membantu melatih model-model baru, sehingga lebih banyak bahasa akan ditambahkan.
Mozilla juga mengatakan masih meminta feedback tentang model Firefox Translations yang ada saat ini.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Google Translate Kehadiran 24 Bahasa Baru
Beberapa waktu lalu, Google mengumumkan penambahan 24 bahasa baru untuk dimasukkan dalam platform penerjemah mereka yaitu Google Translate. Hal ini disampaikan melalui konferensi Google I/O 2022.
Mengutip Engadget, CEO Google Sundar Pichai mengatakan, perluasan ini memungkinkan perusahaan untuk mencakup bahasa yang digunakan oleh lebih dari 300 juta orang.
Sehingga, kata Pichai, saat ini jumlah total bahasa yang didukung oleh Google Translate sudah mencapai 133.
Pichai pun memuji terobosan tersebut pada pendekatan pembelajaran Artificial Intelligence (AI) monolingual baru, di mana algoritma terjemahan Google mempelajari bagian teks tanpa terlebih dulu melihat sampelnya.
Dalam blog-nya, Isaac Caswell, Senior Software Engineerr, Google Translate menyebut, hampir 300 juta berbicara dengan bahasa-bahasa baru yang mereka tambahkan.
Advertisement
Bakal Tingkatkan Model
"Seperti Mizo, digunakan sekitar 800 ribu orang di ujung timur laut India, dan Lingala, yang digunakan oleh lebih dari 45 juta orang di seluruh Afrika Tengah," kata Caswell dikutip Kamis (12/5/2022).
Selain itu, bahasa Pribumi Amerika (Quechua, Guarani dan Aymara) dan dialek bahasa Inggris (Sierra Leonean Krio) juga telah ditambahkan ke Terjemahan Google untuk pertama kalinya.
Caswell menambahkan, meski begitu teknologi pembelajaran mesin baru mereka belumlah sempurna.
"Kami akan terus meningkatkan model ini untuk memberikan pengalaman yang sama seperti yang biasa Anda lakukan dengan terjemahan bahasa Spanyol atau Jerman, misalnya," kata Caswell.
24 Bahasa Baru di Google Translate
Berikut daftar lengkap bahasa baru yang sekarang tersedia di Google Translate, seperti dikutip dari blog resminya:
- Assam, digunakan oleh sekitar 25 juta orang di India Timur Laut
- Aymara, digunakan oleh sekitar dua juta orang di Bolivia, Chili dan Peru
- Bambara, digunakan oleh sekitar 14 juta orang di Mali
- Bhojpuri, digunakan oleh sekitar 50 juta orang di India utara, Nepal, dan Fiji
- Dhivehi, digunakan oleh sekitar 300.000 orang di Maladewa
- Dogri, digunakan oleh sekitar tiga juta orang di India utara
- Ewe, digunakan oleh sekitar tujuh juta orang di Ghana dan Togo
- Guarani, digunakan oleh sekitar tujuh juta orang di Paraguay dan Bolivia, Argentina dan Brasil
- Ilocano, digunakan oleh sekitar 10 juta orang di Filipina utara
- Konkani, digunakan oleh sekitar dua juta orang di India Tengah
- Krio, digunakan oleh sekitar empat juta orang di Sierra Leone
- Kurdi (Sorani), digunakan oleh sekitar delapan juta orang, sebagian besar di Irak
- Lingala, digunakan oleh sekitar 45 juta orang di Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Republik Afrika Tengah, Angola dan Republik Sudan Selatan
- Luganda, digunakan oleh sekitar 20 juta orang di Uganda dan Rwanda
- Maithili, digunakan oleh sekitar 34 juta orang di India utara
- Meiteilon (Manipuri), digunakan oleh sekitar dua juta orang di India Timur Laut
- Mizo, digunakan oleh sekitar 830.000 orang di India Timur Laut
- Oromo, digunakan oleh sekitar 37 juta orang di Ethiopia dan Kenya
- Quechua, digunakan oleh sekitar 10 juta orang di Peru, Bolivia, Ekuador dan negara-negara sekitarnya
- Sanskerta, digunakan oleh sekitar 20.000 orang di India
- Sepedi, digunakan oleh sekitar 14 juta orang di Afrika Selatan
- Tigrinya, digunakan oleh sekitar delapan juta orang di Eritrea dan Ethiopia
- Tsonga, digunakan oleh sekitar tujuh juta orang di Eswatini, Mozambik, Afrika Selatan dan Zimbabwe
- Twi, digunakan oleh sekitar 11 juta orang di Ghana.Â
(Dio/Ysl)
Advertisement