Liputan6.com, Jakarta - Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) membentuk tim untuk mengkaji fenomena aerial tak dikenal (unidentified aerial phenomena/UAP), atau istilah baru untuk unidentified flying object (UFO), dari perspektif ilmiah atau sains.
UAP sendiri didefinisikan NASA sebagai terlihatnya peristiwa di langit yang tidak dapat diidentifikasi, sebagai pesawat atau fenomena alam yang diketahui.
Baca Juga
Studi ini akan fokus pada mengidentifikasi data yang tersedia, cara terbaik untuk mengumpulkan data di masa depan, serta bagaimana data bisa digunakan oleh NASA untuk memajukan pemahaman ilmiah tentang UAP.
Advertisement
Mengutip laman resminya, Minggu (12/6/2022), NASA mengatakan terbatasnya pengamatan fenomena semacam ini, membuatnya sulit untuk menarik kesimpulan ilmiah tentang sifat peristiwa tersebut.
Mereka mengatakan, fenomena tak dikenal di atmosfer menarik bagi keamanan nasional dan keselamatan udara.
Sehingga, menetapkan peristiwa mana yang terjadi secara natural, merupakan langkah kunci pertama untuk mengidentifikasi atau memitigasi fenomena tersebut.
Hal ini, kata NASA, sejalan dengan salah satu tujuan NASA untuk memastikan keselamatan pesawat. Selain itu, badan antariksa itu juga mengatakan tidak ada bukti bahwa UAP atau UFO berasal dari luar Bumi.
Thomas Zurbuchen, Associate Administrator for Science di markas NASA, Washington mengatakan, mereka memiliki akses ke berbagai pengamatan Bumi dari luar angkasa, yang menjadi sumber kehidupan penyelidikan ilmiah.
"Kami memiliki alat dan tim yang dapat membantu kami meningkatkan pemahaman kami soal yang tidak diketahui. Seperti itu penjelasan definisi sebenarnya dari sains. Itulah yang kami lakukan," kata Zurbuchen.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Laporan Akan Terbuka untuk Publik
Lebih lanjut, kata NASA, tim bukan bagian dari Unidentified Aerial Phenomena Task Force milik Departemen Pertahanan, atau penerusnya.
Namun, mereka juga akan berkoordinasi dengan pemerintah tentang bagaimana menerapkan alat-alat ilmu pengetahuan, untuk menjelaskan sifat dan asal usul dari UAP.
Tim studi independen ini akan dikepalai oleh David Spergel, ahli astrofisika dan presiden dari Simons Foundation di New York City.
"Mengingat kurangnya pengamatan, tugas pertama kami hanyalah mengumpulkan kumpulan data paling kuat yang kami bisa," kata Spergel.
"Kami akan mengidentifikasi data apa – dari warga sipil, pemerintah, organisasi nirlaba, perusahaan – yang ada, apa lagi yang harus kami kumpulkan, dan cara terbaik untuk menganalisisnya," imbuhnya.
Dimulai di musim gugur ini, studi ini diperkirakan bakal memakan waktu sekitar sembilan bulan untuk diselesaikan.
Daniel Evans, Assistant Deputy Associate Administrator for Research, NASA’s Science Mission Directorate, juga mengungkapkan bahwa laporan ini akan dibagikan ke publik.
Evans mengatakan, hal ini konsisten dengan prinsip keterbukaan, transparansi, dan integritas ilmiah NASA.
"Semua data NASA tersedia untuk umum – kami menganggap serius kewajiban itu – dan kami membuatnya mudah diakses oleh siapa saja untuk dilihat atau dipelajari," ujar Evans.
Advertisement
Kata Elon Musk Soal Kehidupan Manusia di Mars
Di sisi lain, pendiri SpaceX Elon Musk mengungkapkan bahwa apabila manusia bisa hidup di Mars, kehidupan mereka yang tinggal pertama kali di planet itu tampaknya tak akan seindah yang dibayangkan.
Menurut orang terkaya di dunia itu, pemukim pertama yang tiba di Mars jangan berharap akan gaya hidup glamor atau mendapatkan kondisi yang aman selama mereka tinggal.
"Sangat penting untuk menekankan bahwa Mars, terutama pada awalnya, tidak akan mewah," kata pria yang merupakan pendukung eksplorasi manusia di planet Mars itu, dalam wawancara dengan Chris Anderson, Kepala dari Konferensi TED.
Mengutip New York Post, Kamis (21/4/2022), Musk mengatakan bahwa di awal kehidupan akan "berbahaya, sempit, sulit," serta membutuhkan "kerja keras." Ia bahkan mengatakan Anda mungkin tidak akan bisa kembali ke Bumi.
"Namun itu akan luar biasa," kata pengusaha yang baru-baru ini membeli saham media sosial Twitter itu.
Pernyataan itu dilontarkan Musk sembari merinci upaya SpaceX, dalam mengembangkan kapal luar angkasa yang bisa digunakan untuk membawa manusia ke planet Mars, bersama dengan peralatan untuk bertahan hidup dan membangun koloni.
SpaceXÂ sendiri dilaporkan sudah mulai menguji untuk roket "Starship" sepanjang 400 kaki, serta landasan peluncuran di Florida, Amerika Serikat, yang mampu menampung kendaraan besar tersebut.
Biaya ke Mars
Dalam wawancaranya, Musk mengatakan "tampak menjanjikan" bagi SpaceX untuk mencoba peluncuran orbital pertamanya dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu, dia mengakui ada sejumlah risiko dalam upaya peluncuran awal.
"Lelucon yang saya buat sepanjang waktu adalah kesenjangan dijamin. Sukses tidak dijamin, tapi kegembiraan pasti ada," kata bos Tesla itu.
Menurutnya, untuk mengembangkan koloni mandiri, akn perlu mendaratkan "sesuatu di urutan seribu kapal" masing-masing membawa sekitar 100 penumpang.
Musk juga mengatakan, dalam perjalanan ke planet Mars, harga perkiraan yang dibutuhkan per orangnya mencapai US$ 100 ribu atau sekitar Rp 1,4 miliar.
"Jika biaya pindah ke Mars, secara argumen, US$ 100.000, saya pikir hampir semua orang bisa bekerja dan menabung, untuk akhirnya memiliki US$ 100.000 dan dapat pergi ke Mars jika mereka mau," ujarnya.
Mengutip Entrepreneur, Musk juga mengungkapkan, kemungkinan sumber pendanaan lain misalnya disponsori oleh pemerintah atau melalui pinjaman.
(Dio/Ysl)
Advertisement