Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria California yang meretas ribuan akun iCloud milik Apple divonis 8 tahun penjara. Ia diputus bersalah dalam kejahatan konspirasi dan penipuan berbasis komputer pada Oktober 2021.
Kejahatannya dimulai pada September 2014, pria 41 tahun bernama Hao Kuo Chi dari La Puente, California, mulai memasarkan dirinya sebagai 'icloudripper4you', mengaku bisa membobol akun-akun iCloud dan mencuri berbagai konten di dalam akun yang terhubung dengan penyimpanan iCloud. Kegiatan ini dikenal sebagai 'ripping'.
Baca Juga
"Pria ini memulai teror dari komputernya, menimbulkan ketakutan dan mengganggu ribuan korbannya," kata agen FBI David Walker, sebagaimana dikutip dari Bleeping Computer, Rabu (22/6/2022).
Advertisement
Walker menyebut, FBI berkomitmen melindungi warga Amerika Serikat dengan mengekspos kejahatan siber ini dan mengadili para pelaku kejahatan.
Menurut dokumen pengadilan, untuk meretas akun iCloud, Chi menggunakan email yang memungkinkannya menyamar sebagai perwakilan CS Apple dan membohongi target untuk menyerahkan Apple ID dan password.
Setelah meretas akun iCloud, ia pun mencari dan mencuri foto-foto dan video tidak pantas dari penyimpanan online milik korban. Chi kemudian membagi foto dan video tersebut dengan pihak yang kemudian mempublikasikannya secara online.
Sang hacker juga membagikan beberapa foto dan video hasil curiannya di situs porno yang kini sudah tidak bisa dibuka, tanpa persetujuan korban. Tujuannya tak lain adalah untuk mengintimidasi, melecehkan, dan mempermalukan korban.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Korban dari Berbagai Kota di AS
Ratusan akun iCloud yang disusupi oleh Chi ini berasal dari pengguna di Amerika Serikat, dari Arizona, California, Florida, Kentucky, Louisiana, Maine, Massachusetts, Ohio, Pennsylvania, South Carolina, hingga Texas.
"Akun email Chi berisi kredensial iCloud dari sekitar 4.700 korban. Akun-akun tersebut juga mengungkap, Chi telah mengirim konten yang dicurinya dari korban kepada rekan jahatnya lebih dari 300 kali," kata pihak Departemen Kehakiman AS.
Sekadar informasi, Chi menyimpan 3,5 TB konten curian milik lebih dari 500 korban di cloud dan penyimpanan fisik. Sementara, 1TB penyimpanan cloud didedikasikan untuk foto dan video telanjang yang dicurinya.
"Chi membuat ratusan wanita di seluruh negeri ketakutan karena reputasinya terancam," kata jaksa AS Roger Handberg.
35 Persen Ponsel Android Rentan Diretas
Terlepas dari itu, belum lama ini, perusahaan antivirus Bitdefender merilis laporan yang menyebut sebagian besar HP Android rentan dari aksi peretasan.
Dalam laporannya, Selasa (14/6/2022), 35 persen ponsel Android akan segera tidak lagi menerima patch keamanan dari Google.
Karena hal ini, ponsel pun menjadi rentan terhadap aksi peretasan atau penyebaran malware berbahaya oleh hacker.
Pakar keamanan komputer itu menjelaskan, alasan terbesar kerentanan di Android adalah karena masalah distribusi OS di smartphone.
"Perangkat Android menguasai sekitar 70 persen pasar, tetapi banyak dari perangkat ini memiliki risiko keamanan karena sudah tidak mendapat dukungan dari Google," kata Bitdefender.
Advertisement
Gara-Gara OS Versi Lama
Perusahaan menyebutkan, sebagian besar ponsel yang beredar di pasaran saat ini mayoritas masih menggunakan OS Android versi lama.
Kerentanan di ponsel Android inilah yang sering kali dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk meretas, mencuri informasi dan data pribadi, hingga menyebarkan malware.
"Kami masih dapat menemukan perangkat menjalankan versi Android yang dirilis satu dekade lalu, dan kenyataannya mereka jauh lebih populer dari Anda kira," kata Bitdefender.
Bitdefender merinci, Android 12 mewakili 36,47 persen dari smartphone yang diperhitungkan dalam penelitian ini. Dimana Android 11 terpasang di 29,15 persen secara global.
Sementara itu, Android 10 dipakai di 15,03 persen dari seluruh perangkat. Bitdefender menjelaskan, versi Android ini tidak akan lagi mendapatkan dukungan Google mulai September 2022.
Berdasarkan data tersebut, ada sekitar 35 persen HP Android yang dipakai di seluruh negara saat ini tidak akan mendapatkan patch keamanan dari Google, dan rentan dari serangan hacker.
(Tin/Ysl)