Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan, termasuk mereka dengan nama besar di bidang teknologi mengumumkan telah membentuk organiasi untuk pengembangan standar industri metaverse yang terbuka. Organisasi ini bernama Metaverse Standards Forum.
Dikutip dari Engadget, Sabtu (25/6/2022), beberapa anggota pendiri organisasi ini termasuk di antaranya adalah Meta, Microsoft, Huawei, NVIDIA, Qualcomm, Sony Interactive Entertainment, Epic Games, Unity, serta Adobe.
Baca Juga
Forum ini nantinya akan memfasilitasi komunikasi antara berbagai organisasi dan perusahaan yang menaruh perhatian dalam pengembangan metaverse, sekaligus mewujudkannya dengan standar yang terbuka.
Advertisement
Selain itu, forum ini juga akan fokus pada proyek yang berbasis aksi atau pragmatis. Karenanya, beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah hackathon dan mengembangkan piranti open-source untuk mempercepat adopsi standar dalam metaverse.
Meski sudah ada nama besar dunia teknologi yang bergabung, masih ada beberapa perusahaan teknologi lain yang sebenarnya dikenal juga tertarik dengan pengembangan metaverse, tapi belum bergabung.
Salah satunya adalah Apple yang dilaporkan akan merilis headset VR besutannya dan diperkirakan menjadi salah satu pemain di bidang metaverse. Selain Apple, nama Google juga tidak ada daftar forum ini.
Beberapa perusahaan lain yang juga diketahui mengembangkan metaverse, tapi belum bergabung di organisasi adalah Niantic dan Roblox. Namun, forum ini terbuka dan keanggotannya pun gratis, sehingga ke depannya tidak tertutup kemungkinan lebih banyak yang bergabung.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
CEO Snap Evan Spiegel Sebut Metaverse Ambigu: Definisi Setiap Orang Berbeda
Di sisi lain, di tengah tren metaverse yang jadi visi di berbagai perusahaan teknologi, khususnya induk Facebook Meta, nyatanya tidak semua perusahaan memfokuskan dirinya untuk mewujudkan dunia virtual semacam ini.
Salah satunya adalah Snap, seperti yang diungkapkan oleh sang CEO Evan Spiegel. Menurutnya, mereka sekarang lebih fokus untuk pengalaman yang dibuat untuk dunia nyata, alih-alih metaverse virtual.
"Alasan mengapa kami tidak menggunakan kata itu adalah karena itu cukup ambigu dan hipotetis," kata Evan Spiegel kepada The Guardian, seperti mengutip The Verge, Rabu (4/5/2022).
"Tanyakan saja pada sekelompok orang bagaimana mendefinisikannya, dan definisi setiap orang benar-benar berbeda," imbuh suami dari model Australia Miranda Kerr itu.
Memang benar, sejauh ini, belum ada definisi yang tetap mengenai metaverse. New York Post misalnya, mendefinisikannya sebagai sesuatu yang luas, namun umumnya mengacu pada lingkungan dunia maya bersama, yang bisa diakses orang melalui internet.
Istilah ini bisa merujuk pada ruang digital yang dibuat lebih hidup dengan penggunaan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).
Beberapa orang juga menggunakan istilah metaverse untuk menggambarkan dunia gim, di mana pengguna bisa memiliki karakter yang bisa berjalan-jalan dan berinteraksi dengan pemain lain.
Sementara menurut The Guardian, metaverse adalah tempat di mana dunia fisik dan digital bersatu.
Metaverse adalah ruang di mana representasi digital dari seseorang atau avatar, berinteraksi dengan bekerja dan bermain, melakukan pertemuan di kantor mereka, pergi ke konser atau mencoba baju.
Â
Advertisement
Sesuatu yang Belum Ada
Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Meta, mengungkapkan bahwa istilah "meta" berasal dari kata Yunani yang dalam bahasa Inggris berarti "beyond" atau "melampaui."
Zuckerberg mengatakan, dengan metaverse, seseorang bisa melakukan hampir semua hal yang bisa dibayangkan seperti berkumpul dengan teman dan keluarga, bekerja, belajar, bermain, berbelanja, hingga berkreasi.
Kembali ke Spiegel, kepada The Verge, dirinya juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan strategi soal metaverse "benar-benar berbicara tentang sesuatu yang belum ada."
Menurut Spiegel, ini berbeda dari augmented reality (AR), di mana ia mengklaim "ada 250 juta orang yang terlibat dengan AR setiap harinya hanya dalam aplikasi Snapchat."
Meski begitu, ada kesamaan antara Spiegel dan Zuckerberg, di mana keduanya percaya bahwa suatu hari nanti, kacamata AR akan menjadi sesuatu yang besar.
Spiegel mengatakan, kacamata AR akan jadi kunci untuk melapisi komputasi di dunia sekitar masyarakat. Perusahaannya sendiri sudah memiliki perangkat yang sedang dalam proses pengujian.
Fokus di Dunia Nyata
Berbeda dengan visi Zuckerberg yang dinilai lebih fokus pada realitas virtual, hal yang sebaliknya pun diungkapkan oleh Spiegel.
"Tesis dasar dan taruhan besar kami ada di dunia nyata, dan orang-orang benar-benar menikmati menghabiskan waktu bersama dalam kenyataan," ujarnya.
Spiegel mengatakan, komputasi dapat meningkatkan itu dan membuatnya lebih menyenangkan, serta berkontribusi pada pengalaman bersama-sama.
"Namun pada akhirnya, orang akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dunia karena itu benar-benar tempat yang indah," Spiegel menjelaskan.
"Dan itulah mengapa kami berbicara dengan banyak kekhususan tentang produk yang kami miliki saat ini, tentang solusi yang ada. hari ini, dan tentang cara orang menggunakan produk kami, daripada berbicara secara hipotetis."
(Dam)
Advertisement