Sukses

Senator AS Minta Apple dan Google Diperiksa karena Kumpulkan Data Pengguna

Senator di AS meminta otoritas perdagangan AS Federal Trade Commission untuk memeriksa Apple dan Google karena dituding telah mengumpulkan dan menjual data pengguna untuk keperluan periklanan.

Liputan6.com, Jakarta - Regulator perdagangan AS, Federal Trade Commission (FTC) diminta oleh anggota dewan untuk menginvestigasi Apple dan Google. Kedua perusahaan raksasa ini dituding mengumpulkan dan menjual informasi dan data pribadi para penggunanya.

Menurut The Wall Street Journal, para pembuat kebijakan menuliskan surat ke Kepala FTC Lina Kahn. Dalam surat tersebut tertulis, "Apple dan Google secara sadar memfasilitasi praktik berbahaya ini dengan membuat ID pelacakan khusus iklan ke dalam sistem operasi mobile masing-masing."

Mengutip 9to5Mac, Minggu (26/6/2022), media ini juga menyoroti bahwa kedua perusahaan ini telah melakukan perbaikan untuk membatasi pengumpulan data pribadi pengguna.

Apple misalnya, telah mengambil beberapa pendekatan berbeda, dengan Sign in with Apple, Apple Tracking Transparency, dan kehadiran fitur Privacy Report.

Meski begitu, senator Elizabeth Warren, Ron Wyden, Cory Booker, dan Sara Jacobs menyebut, Apple dan Google bisa mempersulit pelacakan pengguna melalui informasi online mereka.

"Hingga baru-baru ini, Apple mengaktifkan ID pelacakan iklan secara default dan mengharuskan konsumen untuk menggali melalui pengaturan yang membingungkan untuk mematikannya," kata mereka melalui suratnya.

Para senator ini juga menyebut, Google masih mengaktifkan pengidentifikasi pelacakan ini secara default dan hingga kini bahkan tidak memberikan pilihan untuk menonaktifkannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Data Masih Bisa Identifikasi Konsumen

"Pengidentifikasian ini telah memicu pasar pialang data yang tidak diatur dengan membuat satu informasi yang ditautkan ke perangkat yang dapat digunakan oleh pialang data dan pelanggan mereka, untuk menautkan data lain tentang konsumen," katanya.

Surat tersebut juga menyebutkan, kerapkali sangat mungkin dan dengan mudah untuk mengidentifikasi konsumen tertentu dalam kumpulan data catatan lokasi yang bersifat anonim, dengan melihat di mana mereka tidur di malam hari.

The Wall Street Journal menyebut, Apple tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Sementara itu, setelah Kahn memimpin FTC sejak tahun lalu, organisasi ini terus mencari cara memperkuat aturan yang mengatur tentang bagaimana bisnis digital mengumpulkan data-data pengguna.

Bagi Apple, privasi merupakan hal yang begitu penting. Namun hal tersebut tidak membuat perusahaan bisa bebas dari kontroversi dengan tudingan monopoli atau bahkan tidak cukup untuk menjamin keamanan data pengguna di seluruh web.

3 dari 4 halaman

Malware yang Bisa Curi Data Pribadi Pengguna

Terlepas dari pelanggaran data, baru-baru ini, tim peneliti keamanan siber menemukan adware dan malware berkemampuan mencuri informasi terpampang di Google Play Store.

Setidaknya, lima aplikasi adware dan malware tersebut saat ini masih tersedia dan sudah di downloads lebih dari 2 juta kali via Google Play Store.

Diketahui, infeksi adware ini berujung korban akan ditampilkan deretan iklan yang menganggu, menguras baterai, HP Android cepat panas, dan berlangganan layanan premium tanpa diketahui pengguna.

Seperti software berbahaya lainnya, adware dan malware ini sering disembunyikan pelaku dengan menyamarkan mereka sebagai aplikasi lain.

Dengan ini, pelaku dapat meraup keuntungan dengan memaksa korban menonton atau mengeklik setiap kali iklan muncul di layar perangkat.

Namun, trojan yang mencuri informasi pengguna dapat dipakai untuk hal lebih jahat. Pelaku dapat mencuri kredensial login untuk situs web lain, termasuk akun media sosial dan perbankan online.

Peneliti di Dr. Web melaporkan, aplikasi adware dan trojan berkemampuan mencuri data termasuk di antara ancaman Android paling menonjol pada Mei 2022.

Mengutip laporan Dr. Web, Rabu (22/6/2022), aplikasi spyware dengan kemampuan mencuri informasi dari notifikasi aplikasi lain adalah paling banyak terjadi.

4 dari 4 halaman

5 Aplikasi yang Dimaksud

Disebutkan, spyware ini mampu mengambil kode sandi 2FA (OTP) dan mengambil alih akun korbannya.

Di antara sekian banyak ancaman yang berhasil menyusup ke Google Play Store, lima aplikasi malware dan adware berikut masih tersedia:

  • PIP Pic Camera Photo Editor – 1 juta unduhan, malware yang menyamar sebagai perangkat lunak pengedit gambar, tetapi mencuri kredensial akun Facebook penggunanya.
  • Wild & Exotic Animal Wallpaper – 500.000 unduhan, trojan adware yang mengganti ikon dan namanya menjadi 'SIM Tool Kit' dan menambahkan dirinya ke daftar pengecualian hemat baterai.
  • ZodiHoroscope – Fortune Finder – 500.000 unduhan, malware yang mencuri kredensial akun Facebook dengan menipu pengguna agar memasukkannya, yang seharusnya menonaktifkan iklan dalam aplikasi.
  • PIP Camera 2022 – 50.000 unduhan, aplikasi efek kamera yang juga merupakan pembajak akun Facebook.
  • Magnifier Flashlight – 10.000 unduhan, aplikasi adware yang menyajikan video dan iklan spanduk statis.

(Tin/Ysl)