Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pembesut chipset TSMC memutuskan untuk menaikkan harga chipset sekitar 16 persen, mulai Januari 2023.
Kenaikan harga ini terjadi meskipun ada kekhawatiran yang menyatakan permintaan chipset di banyak pasar akan berkurang pada paruh kedua 2022.
Baca Juga
Menurut laporan Digitimes, banyak perusahaan desain sirkuit terintegrasi (IC) pesimis dengan kenaikan harga chipset ini. Apalagi, prospek penjualan di akhir 2022 bukanlah yang terbaik.
Advertisement
Dengan kenaikan harga chipset ini, diperkirakan akan ada pengurangan pesanan dari pemasok, di tengah meningkatnya ketidakpastian makro.
Namun, menurut sumber tersebut, TSMC mungkin masih melihat pendapatan mereka di 2022 akan mencapai rekor tertinggi.
Laporan juga menyatakan, pesanan pasokan dari TSMC dan pelanggan lainnya di Taiwan belum berkurang secara signifikan. Namun kemungkinan akan terjadi pada tahun ini.
Penyebab Peningkatan Harga Chipset
Pesanan dari pelanggan masih akan mencapai lebih dari 95 persen dari kapasitas produksi.
Pabrik TSMC di Taiwan juga belum lama ini mencari perluasan kapasitas karena mereka memiliki komitmen jangka panjang dengan pelanggan.
Selain itu, ada kenaikan bahan baku dan biaya tenaga kerja. Ditambah pula dengan biaya listrik yang menekan operasional pabrik untuk lebih meningkatkan penawaran mereka.
Sumber dalam juga menyebut, siklus pengiriman peralatan semikonduktor yang berkepanjangan menurunkan kapasitas ekspansi ke pabrik-pabrik global dan harga smartphone diprediksi akan naik pada tahun 2023.
Oleh karena itu, kedatangan kapasitas baru mungkin bakal lebih rendah dibandingkan yang diharapkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
TSMC Jadi Andalan MediaTek dan Qualcomm
Sekadar informasi, saat ini beberapa pembesut chipset di industri mengandalkan manufaktur milik TSMC untuk memenuhi pasokannya. MediaTek kini menggunakan chip besutan TSMC untuk jajaran Dimensity dan Helio.
Begitu juga dengan Qualcomm yang meninggalkan Samsung untuk membesut Snapdragon 8+ Gen 1 di TSMC. Selain itu rencananya, Snapdragon 8 Gen 2 juga akan menggunakan manufaktur milik TSMC.
Dengan begitu, kemungkinan besar harga smartphone bakal lebih mahal di 2023.
Perlu dicatat, TSMC akan mulai memproduksi massal chipset dengan proses 3nm. Namun, kemungkinan chipset dengan fabrikasi 3nm ini tidak akan hadir di smartphone hingga 2024.
Samsung juga Mau Naikkan Harga Chipset
Terlepas dari itu, Samsung Electronics tengah bicara dengan berbagai kliennya, untuk menaikkan harga chipset setidaknya 20 persen dari harga saat ini. Laporan Bloomberg mencatat, Samsung bakal menaikkan harga chipset mulai tahun ini.
Mengutip Reuters, Rabu (18/5/2022), langkah tersebut diperkirakan akan diterapkan mulai paruh kedua tahun ini. Langkah Samsung itu merupakan bagian penyesuaian seluruh industri, guna menutupi kenaikan biaya bahan dan logistik.
Bloomberg melaporkan, harga chip sesuai kontrak akan naik sekitar 15 hingga 20 persen, tergantung pada tingkat kecanggihan chip yang diproduksi. Chip yang akan diproduksi dengan node lama kemungkinan akan mengalami kenaikan harga lebih besar.
Disebutkan pula, Samsung telah menyelesaikan negosiasi dengan beberapa klien. Sementara, perusahaan juga masih berdiskusi dengan klien lainnya. Dikonfirmasi tentang hal ini, Samsung tidak memberikan komentar.
Advertisement
Manufaktur Chipset
Sekadar informasi, saat ini Samsung merupakan manufaktur chipset terbesar kedua di dunia. Sementara, produsen terbesar adalah Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC).
TSMC sebelumnya meramalkan akan terdapat lonjakan sebesar 37 persen dalam penjualan chipset kuartal ini. Pihaknya mempersiapkan produksi chip akan sangat ketat di tengah krisis chip global dan permintaan tinggi.
Dengan begitu, pembesut chip bisa membebankan harga yang lebih tinggi untuk produk chipset yang dijualnya.
Sementara itu, dalam laporan pendapatan pada akhir April lalu, permintaan atas chipset jauh lebih besar dari kapasitas yang tersedia. Samsung juga memperkirakan kelangkaan chipset akan terus berlanjut.
Kelangkaan Komponen Akibat Perang Ukraina-Rusia
Sebelumnya, serangan Rusia ke Ukraina membuat dua pemasok gas neon berhenti beroperasi. Kedua pemasok ini menyumbang separuh gas neon yang berguna bagi produksi semikonduktor, termasuk chipset global.
Disebutkan, gas neon menjadi komponen yang sangat penting untuk laser yang dipakai dalam produksi chipset.
Kelangkaan Makin Parah
Hal ini pun diperkirakan membuat harga chipset jadi lebih mahal dan kelangkaan makin parah.
Mengutip Gizchina, Minggu (13/3/2022), data Techcet menunjukkan dua pemasok gas neon utama Ukraina, yakni Ingas dan Cryoin menyediakan 45-54 persen gas neon kelas semikonduktor dunia.
Techcet memperkirakan, konsumsi global gas neon untuk produksi chipset tahun 2021 sekitar 540 ton.
Perwakilan kedua perusahaan Ukraina ini menyebut telah menutup operasi karena hancurnya infrastruktur penting. Hal ini pun menyebabkan maslaah serius dalam produksi chipset global.
Sebelum konflik antara dua perusahaan, sudah ada masalah kelangkaan chipset di dunia. Alasannya kelangkaan chipset adalah lockdown akibat pandemi Covid-19.
Terlepas dari itu, ada produk-produk yang justru mengalami peningkatan permintaan dan penawaran. Salah satunya adalah tablet.
(Tin/Isk)
Advertisement