Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi besutan pemuda asal Surabaya, Woilo, meluncurkan fitur bernama 'NFT Woilo' yang memungkinkan pengguna membuat Non-Fungible Token (NFT) dengan cepat atau diklaim kurang dari 1 menit.
Pengguna hanya perlu mengunggah konten atau karya mereka di Woilo, seperti mengunggah foto ke media sosial pada umumnya dan Woilo akan menangani semua proses pembuatan NFT.
Baca Juga
Nantinya pengguna Woilo dapat membuat, menjual, dan membeli NFT di platform ini menggunakan mata uang rupiah. Selanjutnya, Woilo akan menampilkan NFT terpilih dari para pengguna di marketplace NFT OpenSea sehingga bisa diperjualbelikan di pasar global.
Advertisement
CEO Woilo, Kevin Ciang, memaparkan selain fitur NFT yang baru diluncurkan, perusahaan juga secara rutin mengadakan event berhadiah bagi para pengguna, salah satunya Lucky Spin dengan hadiah uang tunai setiap harinya.
"Juga ada program pemilihan 'Pengguna Terpopuler' dengan total hadiah jutaan rupiah setiap bulannya," ujar Kevin melalui keterangannya, Sabtu (2/7/2022).
Ia berharap Woilo dapat meningkatkan kualitas hiburan dan sumber informasi bagi masyarakat Indonesia melalui inovasi dan terobosan baru seiring dengan perkembangannya zaman, dengan langkah awal berupa penetrasi NFT.
Woilo sendiri adalah aplikasi media sosial yang berfokus untuk menghadirkan pengalaman baru dan inovatif bagi para pengguna--saat ini telah memiliki lebih dari 2 juta pengguna di Indonesia. Woilo berada di bawah payung PT. Karya Digital Indo dari Surabaya.
Kevin menambahkan Woilo diciptakan karena tingginya minat masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi di dunia maya dan kesadaran bahwa mayoritas aplikasi media sosial yang dipakai adalah produk luar negeri.
"Aplikasi ini membawa fitur-fitur yang banyak digemari seperti berbagi foto, video, dan teks serta melakukan chatting," ucapnya memungkaskan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kripto dan NFT Makin Populer, Ini Kata Bill Gates
Berbicara pada acara TechCrunch, Bill Gates menggambarkan fenomena NFT dan kripto sebagai sesuatu yang 100 persen didasarkan pada teori greater fool.
Mengacu pada gagasan kalau aset yang dinilai terlalu tinggi akan naik harganya ketika ada cukup banyak investor yang bersedia untuk membayar lebih kepada mereka.
Bill Gates mengeluarkan candaan kalau gambar digital monyet yang mahal akan sangat meningkatkan dunia, mengacu pada koleksi NFT Bored Ape Yacht Club yang banyak digembar-gemborkan.
NFT adalah token yang tidak dapat ditukar satu sama lain. NFT sering disebut-sebut sebagai cara untuk membuktikan kepemilikan aset digital seperti koleksi seni dan olahraga.
Namun, kritikus melihat sebagai overhype dan berpotensi berbahaya bagi lingkungan mengingat sifat cryptocurrency yang haus kekuasaan. Banyak NFT dibangun di jaringan di belakang ethereum, token terbesar kedua.
"Saya terbiasa dengan kelas aset, seperti pertanian di mana memiliki output atau seperti perusahaan tempat mereka membuat produk,” ujar Gates, dikutip dari laman CNBC, Rabu (15/6/2022).
Adapun kripto, Gates menuturkan pihaknya tidak terlibat dalam hal itu. Ia tidak punya kripto jangka pendek dan panjang.
Cryptocurrency jatuh pada pekan ini setelah Celsius, sebuah perusahaan pinjaman kripto, menghentikan semua penarikan akun.Hal itu telah memicu kekhawatiran akan peristiwa kebangkrutan yang menjulang untuk Celsius dan kemungkinan efek knock-on untuk bagian dari pasar kripto.
Kripto yang sudah babak belur juga mendapatkan tekanan setelah runtuhnya UST yang disebut “stablecoin” yang seharusnya bernilai USD 1 dan luna, token saudaranya. Pada puncaknya, kedua cryptocurrency mencatat kapitalisasi pasar USD 60 miliar atau sekitar Rp 883,60 miliar (asumsi kurs Rp 14.726 per dolar AS).
Harga bitcoin ditransaksikan di posisi USD 21.107 atau sekitar Rp 310,97 juta pada Rabu, 15 Juni 2022. Harga bitcoin turun 7 persen dalam 24 jam terakhir. Cryptocurrency terbesar di dunia itu telah hapus lebih dari setengah nilainya sejak awal 2022.
Advertisement
Analis Sebut Bitcoin Berpotensi Turun di Bawah Rp 294,6 Juta
Sebelumnya, pergerakan harga Bitcoin cukup stabil pada Rabu pagi 15 Juni 2022 di sekitar USD 22.000 atau sekitar Rp 324 juta setelah runtuh sejak 2 hari sebelumnya di tengah kekhawatiran inflasi dan kelemahan makroekonomi yang lebih luas.
Penurunan terjadi setelah AS merilis data inflasi yang lebih buruk dari perkiraan pada Mei dalam sebuah catatan minggu lalu, yang melihat inflasi meningkat sebesar 8,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Trader sekarang memperkirakan kenaikan suku bunga lebih dari 175 basis poin hingga September, yang diperkirakan akan menurunkan pendapatan perusahaan dan memperlambat pengeluaran konsumen.
Trader dan analis kripto tetap sama-sama memiliki pandangan bearish. Salah satunya, Analis pasar senior FxPro Alex Kuptsikevich mengatakan dalam sebuah catatan Selasa sentimen pasar tetap dalam mode "ketakutan yang ekstrem" karena bitcoin mengalami penurunan terbesar sejak awal 2020.
Kuptsikevich menambahkan harga bitcoin bisa jatuh di bawah USD 20.000 atau sekitar Rp 294,6 juta sebelum pembeli jangka panjang kembali ke pasar, asalkan sentimen ekonomi makro membaik.
Co-CEO di penyedia produk yang diperdagangkan di bursa kripto, ETC Group, Bradley Duke juga memiliki pandangan sama yang menyatakan bitcoin dapat menguji ulang level seperti 2017 dengan dukungan utama berikutnya pada harga USD 20.000.
“Pasar kripto berada dalam mode ketakutan yang ekstrem, dengan satu-satunya periode yang sebanding baru-baru ini dari sentimen rendah yang diperpanjang hingga Maret 2020,” kata Duke dikutip dari CoinDesk, Rabu (15/6/2022).
Sementara itu, beberapa investor mengatakan penurunan harga bitcoin terkait dengan penurunan saham global.
Contohnya, Direktur eksekutif di dana lindung nilai aset kripto ARK36, Mikkel Morch menjelaskan lingkungan ekonomi global menjadi sangat sulit untuk dinavigasi bagi investor yang terlibat di semua jenis pasar.
“Selama beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menjadi aset makro global dan diharapkan mereka akan bereaksi negatif sekarang ketika investor menyadari bank sentral belum bereaksi hampir seagresif yang mereka perlukan. untuk mengendalikan inflasi,” pungkas Morch.
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement