Sukses

Microsoft PHK Hampir 1.800 Karyawan, Ini Alasannya

Microsoft adalah salah satu perusahaan raksasa teknologi yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hampir 1.800 karyawannya.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Twitter, Microsoft adalah perusahaan raksasa teknologi yang mengumumkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hampir 1.800 karyawannya.

Bloomberg melaporkan perusahaan yang berbasis di Redmond itu melakukan PHK dengan alasan penyesuaian bisnis dan sumber daya manusianya setelah penutupan tahun fiskal 2021 yang berakhir pada 30 Juni 2022.

Putusan PHK ini memengaruhi kurang dari 1 persen dari total karyawan Microsoft yang mencapai 180.000 atau tak lebih dari 1.800 orang.

“Hari ini kami memiliki sejumlah kecil eliminasi peran. Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis secara teratur, dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai,” kata Microsoft kepada Bloomberg dalam sebuah pernyataan email, dukutip dari Engadget, Jumat (15/7/2022).

“Kami akan terus berinvestasi dalam bisnis kami dan meningkatkan jumlah karyawan secara keseluruhan di tahun mendatang,” ucap perusahaan menambahkan.

Microsoft melaporkan pendapatan yang kuat pada Q3, dengan peningkatan 26 persen dari tahun ke tahun dalam pendapatan cloud dan pendapatan keseluruhan sebesar US$ 49,4 miliar.

Namun pada awal Juni 2022, perusahaan merevisi pedoman pendapatan dan pendapatan Q4 menurun, dengan alasan dampak fluktuasi nilai tukar mata uang asing.

PHK di sektor teknologi kian meningkat selama beberapa bulan terakhir karena investor, yang takut akan resesi, mundur. Startup, terutama yang bergerak di bisnis padat modal seperti pengiriman, event, dan fintech, harus menanggung beban terberat dari dampaknya.

Tetapi karena kondisi yang tidak menguntungkan selalu ada, ada efek knock-on. Oracle, misalnya, dikatakan sedang mempertimbangkan inisiatif pemotongan biaya sebesar US$ 1 miliar yang akan berdampak pada ribuan PHK.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Twitter PHK Hampir 100 Karyawan

Sebelumnya, Twitter telah memberhentikan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada hampir 100 karyawan. Perusahaan memangkas 30 persen dari tim rekrutmennya, mencakup perekrut dan staf yang ditugaskan untuk merekrut karyawan baru.

Menurut laporan The Wall Street Journal, seperti dikutip dari Engadget, Senin (11/7/2022), Twitter mengatakan kurang dari 100 karyawan telah diberhentikan dan hanya tim rekrutmen yang terpengaruh.

Dalam sebuah posting di LinkedIn, Ingrid Johnson, seorang perekrut teknis senior di Twitter, menulis bahwa itu adalah hari yang sangat sulit.

“Ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan mereka yang telah bekerja lebih dari satu dekade,” tulisnya.

“Jika Twitter telah memilih untuk menghabiskan miliaran potensial untuk menggugat Elon dan mempertahankan harga saham yang digelembungkan secara palsu dengan mengorbankan orang-orang yang memberikan hidup mereka untuk membangun perusahaan, itu adalah kisah yang lebih tragis lagi,” paparnya.

Twitter sebelumnya telah mengumumkan pembekuan perekrutan, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memotong biaya terkait penyelesaikan akuisisi oleh Elon Musk.

Twitter bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang baru-baru ini memangkas jumlah lowongan kerja atau memberhentikan karyawan. Meta bahkan mengaku akan memperlambat perekrutannya karena krisis ekonomi.

Selain itu, Netflix, Unity, Coinbase, Paypal, dan Tesla juga belum lama ini melakukan PHK terhadap karyawannya.

Di sisi lain, Elon Musk mengumumkan dirinya batal membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar Rp 659 triliun.

CEO Tesla itu menyebutkan, Twitter telah membuat pernyataan yang menyesatkan atas jumlah bot spam di platform jejaring sosial tersebut.

"Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Elon Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan," tulis pengacara Musk, Mike Ringler, sebagaimana dikutip dari NPR, Sabtu (9/7/2022).

3 dari 5 halaman

Tesla PHK Hampir 200 Karyawan

Di sisi lain, hampir 200 karyawan Tesla di PHK. Mereka yang diputus hubungan kerja adalah karyawan yang bertugas melabel data untuk membantu melatih sistem autopilot AI perusahaan.

PHK ini pertama dilaporkan oleh Bloomberg dan dikonfirmasi oleh TechCrunch. Ini merupakan PHK terbaru yang dilakukan di Tesla setelah sang CEO, Elon Musk, bilang ke eksekutif perusahaan bahwa perusahaan perlu mengurangi sekitar 10 persen karyawannya.

Mengutip The Verge, Rabu (29/6/2022), karyawan yang di-PHK ini paling banyak bekerja di kantor Tesla yang ada di San Mateo, California, AS. Di sana, karyawan bertugas mengembangkan fitur pemandu pengemudi Autopilot.

Kebanyakan karyawan yang terdampak PHK ini adalah mereka yang bekerja dengan sistem pengupahan per jam dan tugasnya melabeli data pelatihan AI.

Pekerjaan seperti ini cukup penting bagi pengembangan sistem AI, namun kerapkali mempekerjakan orang-orang dengan keahlian rendah, dengan bayaran yang juga rendah.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan beralih ke pegawai yang dibayar murah di negara-negara berkembang untuk menjalankan pekerjaan ini.

TechCrunch melaporkan, kantor Tesla di San Mateo sebenarnya memiliki 276 karyawan. Sebanyak 195 karyawan sudah diputus kontraknya. Mereka adalah pelabel data, analis, dan supervisornya. Kini tersisa 81 karyawan yang akan direlokasi ke kantor lainnya.

4 dari 5 halaman

Elon Musk Sebut Tesla Kelebihan Karyawan

Sekadar informasi, akhir 2021, Tesla memiliki 99.290 karyawan di seluruh dunia. Pada awal bulan ini, Elon Musk bilang dirinya memiliki perasaan buruk mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat. Ia juga menyebut Tesla "kelebihan karyawan", merujuk pada perlunya pengurangan pegawai.

Sebenarnya, Elon Musk sebelumnya menyebut PHK berdampak pada karyawan-karyawan dengan gaji bulanan, namun PHK yang terjadi pada karyawan di kantor San Mateo mengindikasikan bahwa Tesla juga memangkas pegawai yang dibayar per jam.

Metode tesla mengurangi karyawan ini kerap dianggap penuh kontroversi. Sebelumnya, dua mantan karyawan Tesla menggugat perusahaan, mengklaim bahwa Tesla melanggar aturan federal karena tidak memberikan pemberitahuan minimal 60 hari sebelum memutus kontrak karyawannya di fasilitas produksi besarnya di Nevada.

Dalam laporan TechCrunch tentang PHK karyawan di kantor San Mateo, para pekerja dihentikan pekerjaannya berdasarkan kinerjanya. Itu artinya, Tesla tidak diwajibkan memberikan pemberitahuan atas pemecatan yang dilakukannya. 

5 dari 5 halaman

Infografis Ancaman Gelombang PHK Massal Akibat Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)