Liputan6.com, Jakarta Chief Security Officer (CSO) global TikTok, Roland Cloutier, akan mundur dari posisinya dan beralih ke posisi penasihat strategis.
Perubahan tugas Roland Cloutier mengikuti kekhawatiran tentang bagaimana perusahaan menangani data pengguna AS. Demikian sebagaimana dilansir Engadget, Minggu (17/7/2022).
Baca Juga
Cloutier akan menjadi penasihat tentang dampak bisnis dari program keamanan dan kepercayaan TikTok. Kepala risiko keamanan, vendor, dan jaminan klien TikTok, Kim Albarella, akan mengambil alih sebagai kepala tim keamanan perusahaan di seluruh dunia untuk sementara.
Advertisement
"Bagian dari pendekatan kami yang berkembang adalah untuk meminimalkan kekhawatiran tentang keamanan data pengguna di AS, termasuk pembuatan departemen baru untuk mengelola data pengguna AS untuk TikTok," tulis CEO Shou Zi Chew dalam memo kepada staf TikTok.
"Ini adalah investasi penting dalam praktik perlindungan data kami, dan juga mengubah ruang lingkup peran kepala petugas keamanan global. Dengan pemikiran ini, Roland telah memutuskan untuk mundur dari operasi sehari-harinya sebagai CSO global, efektif per 2 September 2020," sambungnya.
Seorang juru bicara TikTok mengatakan kepada The Wall Street Journal, Cloutier tidak mengawasi tim baru yang mengelola data pengguna AS.
"Mundurnya Cloutier diklaim tidak terkait dengan kekhawatiran anggota parlemen atas keamanan data AS," kata juru bicara itu, dan perubahan tersebut telah berlangsung selama beberapa bulan.
Bulan lalu, BuzzFeed News melaporkan insinyur yang berbasis di China (induk TikTok), ByteDance, mengakses data non-publik tentang pengguna AS pada beberapa kesempatan antara setidaknya September dan Januari lalu.
TikTok menegaskan saat ini mereka menyimpan semua data pengguna AS di server cloud Oracle yang berlokasi di negara itu dan sedang berupaya menghapus data pribadi tersebut dari servernya sendiri.
Dalam sebuah surat kepada sekelompok senator Partai Republik bulan ini, Chew menulis bahwa perusahaan fokus untuk menghilangkan "keraguan tentang keamanan data pengguna AS."
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
TikTok Benarkan Karyawan Tiongkok Bisa Akses Data Pengguna AS
 TikTok mengkonfirmasi, sejumlah karyawan di luar Amerika Serikat kemungkinan memiliki akses data pribadi milik pengguna AS.
Pernyataan ini pun menimbulkan ketidakpuasan bagi AS. Senator Marsha Blackburn mengatakan, penjelasan administrasi TikTok telah mengkonfirmasi kekhawatiran mereka.
"Perusahaan yang dikelola Tiongkok seharusnya mengatakan yang sebenarnya sejak awal tanpa berusaha merahasiakannya," kata dia.
TikTok sebelumnya mengungkapkan keadaan ini sebagai tanggapan atas permintaan dari sembilan senator AS yang berfokus pada sejumlah aspek dalam jejaring sosial.
Adapun sejumlah aspek tersebut adalah: akses karyawan TikTok Tiongkok atas data pengguna dari AS, peran karyawan dalam pembentukan algoritme rekomendasi TikTok, dan akses otoritas Tiongkok ke informasi ini.
CEO TikTok Shou Zi Chew, seperti dikutip dari Gizchina, Minggu (3/7/2022) dalam suratnya tanggal 30 Juni 2022 mengungkapkan, karyawan perusahaan Tiongkok memang bisa mengakses data pribadi pengguna di AS.
Namun menurutnya, akses tersebut dilakukan hanya setelah mereka melewati serangkaian pemeriksaan protokol keamanan.
Selain itu, menurut Shou, pemerintah Tiongkok tidak mendapatkan akses atas data yang tunduk pada kontrol ketat, untuk melindungi dari ancaman dunia maya.
TikTok menyebut, pihaknya berkerja sama dengan pemerintah AS untuk memperkuat perlindungan data. Belum lama ini ada sebuah inisiatif yang diluncurkan, dengan nama "Project Texas", di mana data pribadi pengguna AS dilokalkan di AS dalam layanan cloud milik Oracle.
Dalam waktu dekat, bagian teknis dari platform TikTok juga akan pindah ke segmen layanan Amerika. Selain itu, pengoperasian semua algoritma yang terkait dengan data orang AS akan disediakan oleh data center di negara tersebut.
Advertisement
TikTok Sudah Daftar PSE ke Kominfo
Terlepas dari itu, di Indonesia, TikTok jadi salah satu penyelenggara sistem elektronik (PSE) yang mematuhi permintaan Kemkominfo untuk mendaftarkan operasional mereka di Indonesia.Â
Dalam konferensi persnya, Rabu (22/6/2022), Dedy Permadi, Juru Bicara Kemkominfo mengungkapkan, sudah ada beberapa platform digital lokal maupun asing telah melakukan pendaftaran PSE.
"Untuk PSE lingkup privat asing per pagi ini setelah kami cek baru ada TikTok dan Linktree yang melakukan pendaftaran, di samping PSE asing lain kita tidak perlu sebutkan," kata Dedy.
Menurut Dedy, kedua platform itu cukup dikenal masyarakat dan sudah melakukan pendaftaran PSE lingkup privat.
Sementara itu, sudah ada beberapa platform lokal populer juga telah mendaftar, di antaranya adalah Bukalapak, Tokopedia, GoTo, Traveloka, J&T, dan OVO.
"Selain itu, kami mengundang PSE lingkup privat baik domestik maupun asing untuk segera melakukan pendaftaran," kata Dedy. Ia menambahkan, untuk mengetahui PSE yang sudah mendaftar dapat dilihat di laman pse.kominfo.go.id.
Daftar atau Diblokir
Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut, sebelumnya Menkominfo telah bertemu dengan 66 PSE besar yang beroperasi di Indonesia.
"(Menkominfo) menekankan perlunya mendaftar PSE di Indonesia dengan tenggat waktu 20 Juli 2022. Menkominfo menekankan, PSE harus tunduk pada ketentuan regulasi tersebut, sesuai amanat PP 46 terkait PSE dan Permenkominfo Nomor 5 Tahun 2020 untuk mendaftar," kata Semmy dalam kesempatan yang sama.
Semmy kembali menekankan, PSE yang tidak melakukan pendaftaran di Kemkominfo hingga batas 20 Juli 2022 akan digolongkan sebagai PSE ilegal di Indoensia.
"Kealpaan pendaftaran baik lokal dan asing akan dilakukan pemblokiran. Peringatan keras sampai pemblokiran," ujarnya, menegaskan.
Sekadar informasi, saat ini sudah ada 4.634 PSE yang mendaftarkan operasionalnya ke Kemkominfo. Jumlah tersebut terdiri dari 4.559 PSE lokal dan asing. Sementara, 2.569 perusahaan perlu untuk mendaftar ulang.
Semmy menyebut, di antara PSE lokal yang sudah mendaftarkan bisnisnya di Indonesia ada nama-nama besar seperti Gojek dan Ovo.
Advertisement