Liputan6.com, Simalungun - Selain membantu karyawan bekerja jarak jauh dan belajar dari rumah saat pandemi, internet juga mendukung perempuan pelaku UMKM untuk terus berdaya pascapandemi.
Baca Juga
Diungkapkan Co-chair W20 Indonesia sekaligus Presdir & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, teknologi digital dan internet membantu perempuan pemilik bisnis UMKM untuk meningkatkan bisnisnya dan pada gilirannya bisa berdaya secara finansial.
Advertisement
Menurut Dian, perempuan yang memulai bisnis itu banyak mendapatkan tantangan. Mulai dari adanya bias yang menyebut perempuan kurang cocok untuk membuka usaha, perlunya mendapatkan izin dari suami, sulitnya akses terhadap kredit dan informasi, hingga adanya kewajiban di rumah tangga atau domestik.
Dian mengatakan, rata-rata perempuan berpikir bahwa mereka bisa menjalankan bisnisnya jika dilakukan di rumah, dengan begitu pekerjaan rumah tangga bisa ditangani sembari juga mengasuh usahanya.
"Dengan kondisi seperti itu, teknologi digital bisa membantu perempuan menjalankan bisnisnya sembari merawat keluarga dan urusan domestik," kata Dian, ditemui usai pembukaan W20 Indonesia Summit di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa (19/7/2022).
Dian mengatakan, teknologi digital dan internet membuat para perempuan pelaku UMKM bisa melakukan marketing dari rumah, distribusi produknya melalui internet, hingga berjejaring dengan pihak lain untuk terhubung dengan jaringan rantai pasokan.
"Jadi digital ini mengurangi tantangan-tantangan bisnis bagi perempuan pemilik UMKM," tutur dia.
Bicara mengenai diskriminasi yang dirasakan oleh pelaku UMKM perempuan, Dian menyebut, ada banyak pelaku UMKM yang bisnisnya terdampak pandemi. Hal ini bukan karena kemampuan bisnisnya yang lebih lemah dibanding kaum pria, tetapi karena saat pandemi tanggung jawab yang harus dipikul lebih banyak.
"Jadi kalau misalnya saat pandemi orang tua sakit, yang berkorban ibunya (perempuan). Saat anaknya sakit, yang jadi care giver adalah ibunya. Menjadi care giver bagi keluarga adalah tantangan bisnis bagi perempua, karena perempuan harus mengesampingkan usaha dan mendahulukan urusan domestik atau rumah tangga," katanya.
Literasi Digital
Sebelumnya, CEO XL Axiata sekaligus Co-Chair W20 Indonesia Dian Siswarini bicara mengenai pentingnya literasi digital bagi perempuan. Dian mengatakan, kecakapan digital memang sangat diperlukan dalam dunia yang tidak bisa lepas dari internet.
Dian menyebut, digital menjadi menjadi salah satu pilar dari Women20 atau W20 dan G20. Bahkan, salah satu topik yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) W20 adalah bahasan tentang digital termasuk literasi di dalamnya.
"Literasi digital penting dikemukakan, karena kenyataannya masih terdapat kesenjangan literasi digital di kalangan perempuan dan laki-laki. Gap-nya antara 20-25 persen (perempuan lebih rendah dalam mendapat paparan digital)," kata Dian dalam konferensi pers mengenai KTT W20 di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/7/2022).
Dian menyebut, literasi digital menjadi salah satu rekomendasi (komunike) dari delegasi W20 kepada presidensi G20 yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Digital, masuk bersama dengan 24 poin rekomendasi lainnya, dalam mengatasi permasalahan-permasalahan perempuan di negara-negara anggota G20.
"Digital masuk ke dalam rekomendasi agar pemerintah tidak hanya memperbaiki infrastruktur digital, tetapi juga edukasi digital di kalangan perempuan bisa meningkat. Karena dengan meningkatnya literasi digital perempuan, bisa memberdayakan dan meningkatkan ekonomi mereka," kata Dian.
Advertisement
Dukungan Sektor Swasta dan Pemerintah
Lebih lanjut menurut perempuan berkaca mata ini, ada dua hal yang bisa dilakukan oleh sektor swasta dan pemerintah dalam menjalankan literasi digital kepada perempuan.
Dia mencontohkan, sektor swasta, utamanya di XL Axiata, terdapat platform bernama Sisternet yang bisa diakses oleh para perempuan untuk belajar dan mengenal internet, serta memanfaatkannya.
"Setelah mengenal, para perempuan belajar mengenai bagaimana menggunakan internet untuk meningkatkan taraf hidup. Mulai dari belajar, mengajari anak-anaknya, berjualan, hingga melakukan kegiatan e-commerce, dan lain-lain," kata Dian.
Sementara dari sisi pemerintah, Dian mendorong agar pemerintah di semua negara G20 bisa menyediakan akses internet hingga seluruh wilayah negeri, termasuk di Indonesia.
"Yang dibutuhkan literasi itu, infrastruktur ada, kemudian diedukasi bahwa (perempuan) bisa memakainya. Jangan sampai di dalam keluarga itu perempuan tidak memiliki akses. Karena banyak, di satu rumah hanya punya satu perangkat, pasti ibunya yang tidak kebagian (terpapar internet," kata Dian.
Untuk itu, pihaknya bersama delegasi di W20 berharap agar perempuan, dalam hal ini para ibu dalam sebuah rumah tangga mendapatkan akses terhadap internet dan literasi digital yang setara.
Karena pada gilirannya, jika perempuan memiliki kecakapan digital, mereka bisa membantu meningkatkan taraf hidup keluarga dan membuat keluarga lebih berdaya.
(Tin/Ysl)