Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset pasar aplikasi mobile Sensor Tower melaporkan pendapatan League of Legends: Wild Rift sejak game itu pertama kali dirilis.
Tercatat, menurut perkiraan Sensor Tower, pendapatan seumur hidup game itu melampaui USD 500 juta atau sekitar Rp 7,48 triliun, yang berasal dari pembelanjaan pemain global di App Store dan Google Play.
Baca Juga
Dirilis secara bertahap di dunia mulai Oktober 2020, game tersebut telah menjadi salah satu mobile MOBA terpopuler.
Advertisement
Menurut Sensor Tower Game Intelligence, League of Legends: Wild Rift menjadi MOBA penghasil pendapatan tertinggi kedua selama paruh pertama 2022. Game garapan Riot Games itu mengumpulkan sekitar USD 218 juta pada periode tersebut.
League of Legends: Wild Rift terpaut di belakang Honor of Kings dari Tencent , yang menghasilkan USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 20,9 triliun selama periode tersebut, dan menggunguli Brawl Stars dari Supercell, yang menghasilkan USD 149,5 juta atau sekitar Rp 2,24 trliun.
"Semua titel game itu memiliki tautan ke Tencent, yang telah mengakuisisi Riot Games dan Supercell," kata Sensor Tower dalam laporannya.
Tiongkok menempati peringkat teratas sebagai negara penghasil pendapatan tertinggi. Di pasar tersebut, League of Legends: Wild Rift diterbitkan dan dioperasikan oleh Tencent.
Hingga saat ini, Tiongkok berkontribusi atas pendapatan senilasi USD 364,6 juta (khusus App Store). Itu sekitar 72,2 persen dari total belanja pemain yang menjadi sumber pendapatan game itu.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS di Peringkat Kedua
Peluncurannya di Tiongkok pada 8 Oktober 2021 lalu memicu pendapatan bulan terbaik yang pernah ada. Kala itu game tersebut menghasilkan sekitar USD 79 juta di seluruh dunia.
Amerika Serikat berada di peringkat kedua untuk belanja pemain global sebesar 6,8 persen dari total pendapatan seumur hidup. Sementara Korea Selatan menempati peringkat ketiga dengan 3,7 persen.
App Store menyumbang bagian terbesar dari belanja pemain, terhitung USD 425,2 juta dari atau 84,2 persen dari pendapatan.
Google Play, sementara itu, menyumbang USD 80 juta atau 15,8 persen dari pendaptan.
Namun, di luar China, App Store menyumbang sekitar 43 persen dari pendapatan global, sementara Google Play menyumbang hampir 57 persen.
Advertisement
Riot Games Gugat Moonton Atas Dugaan Meniru League of Legends
Diwartakan sebelumnya, Riot Games telah menggugat Shanghai Moonton Technology yang kini menjadi bagian dari ByteDance. Dalam gugatan tersebut, Riot Games menyebut Moonton telah meniru terang-terangan game League of Legends versi mobile.
Dikutip dari Reuters, Selasa (10/5/2022), gugatan tersebut didaftarkan pada pengadilan federal Los Angeles, Amerika Serikat. Pada gugatannya, Riot menyebut Mobile Legends: Bang Bang meniru beberapa elemen dari game League of Legends: Wild Rift, termasuk materi promosinya.
Menurut Riot Games, Moonton meniru sejumlah aspek baru dari League of Legends: Wild Rift setelah game tersebut diperbarui. Beberapa kesamaan itu termasuk antarmuka pengguna, desain karakter, kemampuan, serta aksesori.
Â
Catatan Lain
Tidak hanya itu, sejumlah material pemasaran pun disebut telah ditiru oleh Moonton. Riot menuliskan dalam gugatannya, Moonton telah meniru League of Legends di perangkat mobile setidaknya sejak awal 2015.
Gugatan itu juga menyebutkan kini Mobile Legends: Bang Bang telah di-instal lebih dari 500 juta kali dari Google Play Store. Untuk diketahui, ini bukan kali pertama seteru antara Riot Games dengan Moonton.
Pada 2018, Riot Games juga sempat melayangkan gugatan serupa untuk game Mobile Legends: 5v5 MOBA. Lalu, di awal tahun ini, perusahaan juga mengajukan gugatan serupa ke pengembang asal Vietnam karena dianggap meniru komponen yang ada di League of Legends.
Terkait gugatan ini, pihak Moonton sendiri belum memberikan pernyataan apa pun. Karenanya, belum diketahui seperti tanggapan perusahaan asal Tiongkok tersebut.Â
Advertisement