Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir diyakini telah menggeser perilaku konsumen dalam mengkonsumsi layanan digital menjadi lebih tinggi.
Hal ini dibenarkan oleh CEO Selular Media Group, Uday Rayana. Menurutnya, sejak beberapa tahun terakhir, industri telekomunikasi dan bisnis digital menghadapi dinamika persaingan yang makin ketat.
Baca Juga
"Pandemi Covid-19 yang merabak pada awal 2020 makin memperkuat tekanan tersebut, kebutuhan pengguna akan layanan data dan aplikasi kian meningkat," kata Uday, dalam keterangan yang diterima.
Advertisement
Ia menyebut, kebutuhan tinggi akan layanan data dan aplikasi ini memperlihatkan transformasi digital di tengah masyarakat berkembang lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Menurutnya, era baru, di mana pelaku usaha menggarap apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen bisa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri telekomunikasi dan bisnis digital di Indonesia.
"Perilaku konsumen bergeser, yang utamanya didorong oleh pemberitaan media sosial, berkembangnya nilai sosial, kemajuan teknologi, kondisi ekonomi nasional, dan perubahan regulasi yang diterapkan pemerintah," katanya.
Untuk itulah, pelaku usaha dan perusahaan digital perlu memiliki kemampuan adaptif terhadap perubahan-perubahan, guna memenangkan persaingan.
Agar pelaku bisnis telekomunikasi kian adaptif misalnya, pemerintah mendukung dengan membuka spektrum jaringan hingga tiga layer, untuk memenuhi kebutuhan akan pengembangan jaringan 5G.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berinovasi
Lepas dari itu, menurut Ketua Tim Penataan Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Dinas Tetap dan Bergerak Kominfo Adis Alifiawan, dari sisi regulasi, pemerintah menurutnya bersikap fleksibel karena memahami era kompetisi dan kolaborasi.
"Intinya kami selalu mendukung inovasi-inovasi dan kolaborasi dari pelaku industri," tutur Adis.
Sementara CEO Indico, Andi Kristianto, mengungkap, sejalan dengan berkembangnya ekosistem digital di Indonesia, Indico berupaya untuk memberdayakan penggunaan teknologi, terutama fokus Indico di bidang edutech.
Di sisi lain, untuk memenuhi pergeseran gaya hidup konsumen, Chief Corporate Affairs Officer XL Axiata Marwan O Baasir mengatakan, pihaknya memiliki beberapa layanan inovasi.
Salah satunya dengan melihat bagaimana pelanggan, dalam hal ini pelanggan Axis mengakses layanan-layanan digital. Dari situ, perusahaan mencoba melakukan transformasi digital untuk layanannya.
"Beberapa layanan ditransformasikan ke digital. Memang butuh sustainability, butuh waktu untuk proses yang masih kami jalankan. Selain itu, dibutuhkan juga sumber daya manusia," kata Marwan.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kolaborasi dan Bangun Ekosistem Digital
Tokopedia sebagai startup e-commerce pun selama kehadirannya berupaya membangun ekosistem digital. Dengan ekosistem ini, menurut Co-Founder dan Vice Chairman Tokopedia Leontinus Alpha Edison, semua orang dari Sabang hingga Merauke bisa lebih produktif.
"Karena kita tahu, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama," ujarnya.
Begitu juga dari sisi produk retail. Erajaya Group berusaha memenuhi pergeseran konsumsi digital masyarakat dengan berkolaborasi dengan banyak pelaku industri lainnya.
"Kami berupaya memahami, salah satu perilaku konsumen saat ini tidak hanya membeli offline tetapi juga online. Untuk itu, pada pandemi lalu kami menghadirkan fitur-fitur baru dan menjalani kerja sama," kata Deputy CEO Erajaya Group Hasan Aula menjelaskan formula yang dipakainya agar Erajaya tetap bisa eksis.
(Tin/Ysl)