Liputan6.com, Jakarta - International Data Corporation (IDC) memproyeksikan pendapatan di pasar aplikasi kolaborasi secara kolektif tumbuh 28,4% dari secara tahunan pada tahun 2021 menjadi USD 29,1 miliar atau sekitar Rp 432,8 triliun.
IDC menyebut bahwa pertumbuhan ini didorong oleh serangkaian faktor, termasuk perusahaan yang memperluas kolaborasi ke lebih banyak orang, pembelian dan integrasi berbagai solusi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dengan lebih baik, dan kenaikan harga dan/atau peningkatan fitur.
Baca Juga
Selain itu, IDC mencatat bahwa pertumbuhan meluas di semua pasar aplikasi kolaborasi dan subpasar yang diidentifikasi oleh IDC, termasuk aplikasi kolaborasi tim, konferensi, acara virtual, komunitas perusahaan, dan aplikasi email.
Advertisement
Aplikasi kolaboratif, menurut IDC, memungkinkan orang untuk bekerja dari mana pun, menciptakan komunitas kerja lebih produktif dan inklusif, dan memainkan peran kunci untuk mentransformasi bisnis secara digital.
"Ekspektasi dan adopsi kolaborasi ini di dalam dan di luar tempat kerja," ujar Wayne Kurtzman, VP of Social, Communities, and Collaboration di IDC.
Di tahun-tahun mendatang, tutur Kurtzman, platform kolaborasi akan menjadi lebih menarik, baik secara visual mupun fungsional. Fitur-fitur ini dibantu oleh kecerdasan dan akan berkembang pesat dan mendukung pekerjaan dari mana pun.
"IDC memperkirakan bahwa nilai pasar aplikasi kolaborasi akan tumbuh menjadi USD 63,8 miliar atau sekitar Rp 949 trilun pada tahun 2026," kata Kurtzman.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Poin sorotan IDC
Dalam laporannya, IDC menyoroti beberapa poin penting berikut ini.
- Peningkatan jumlah mitra dan pelanggan yang ingin berkolaborasi dengan bisnis tertentu bersifat signifikan dan terus berkembang. Namun, menurut IDC, perkembangan di banyak bisnis masih tetap lambat dalam menerima tawaran untuk berkolaborasi.
- Komunitas perusahaan akan menjadi pasar yang harus diperhatikan. Perusahaan yang tidak menyediakan komunitas yang dimoderasi dengan baik akan memiliki pengguna, bahkan untuk perusahaan business-to-business (B2B) seklipun, yang menurut IDC dengan cepat membentuk komunitas di mana perusahaan tidak dapat memanfaatkannya.
- Acara virtual, atau mungkin lebih baik disebut acara digital, menjadi peluang besar untuk melibatkan audiens yang mungkin tidak dapat melakukan perjalanan ke acara penting. Didukung dengan komunitas, ini menciptakan keterlibatan berkelanjutan dengan kecepatan individu.
- Perusahaan yang sepenuhnya terhubung, ditambah dengan kolaborasi dan kecerdasan, sudah mulai menciptakan metrik baru. Metrik baru ini akan mencakup indikator perilaku utama yang melihat efek dari manajemen situasional, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah dan akan dikaitkan dengan hasil pelanggan yang sebenarnya. Integrasi adalah kunci dari evolusi ini.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Serangan Siber Meningkat Tajam Saat Work From Home, Sasar Perangkat Pekerja
Diwartakan sebelulmnya, saat pandemi merebak tahu 2020, banyak karyawan harus bekerja dari rumah. Hal ini pun berhasil membuat sebagian besar bisnis di Asia Tenggara tetap bertahan. Sayangnya tren kerja dari rumah alias work from home (WFH) justru membuat perusahaan yang terkena remote desktop protocol/ RDP jadi pusing.
Modus serangan siber seperti ini pun diperkirakan tidak akan hilang dalam waktu dekat. Data Kaspersky memperlihatkan, upaya serangan RDP di antara pengguna Kaspersky di Asia Tenggara naik 149 persen pada 2019 ke 2021. Pada 2019, serangan RDP di Asia Tenggara tercatat 65,6 juta kali.
Namun di 2020, saat sebagian pekerja di Asia Tenggara terpaksa bekerja purna waktu dari rumah, jumlahnya meroket hingga 214 juta serangan siber
Â
Data Lainnya
Pada 2021, ketika karyawan bisa bekerja hybrid, baik di kantor maupun rumah, upaya serangan RDP turun rata-rata 20 persen dibanding 2020. Namun, jumlahnya tetap lebih tinggi dibanding jumlah serangan pada 2019.
Tahun lalu, upaya serangan RDP di Singapura bahkan naik 6,85 persen dibanding 2020.
General Manager for Southeast Asia Kaspersky Yeo Siang Tiong mengatakan, selama pandemi memunculkan tuntutan di seluruh dunia untuk beralih ke sistem kerja hybrid.
"Sektor-sektor seperti keuangan, informasi, manajemen, dan layanan profesional terbukti mendapat manfaat saat bekerja dan berkolaborasi dari jarak jauh," katanya.
Ia mengatakan, naiknya serangan RDP selama periode ini tidak hanya terjadi di Asia Tenggara. "Di seluruh dunia, serangan RDP dari 2019 hingga 2021 naik 120 persen," katanya.
Advertisement