Liputan6.com, Jakarta - Setelah Meta, TikTok jadi aplikasi yang diperhatikan oleh peneliti keamanan Felix Krause. Ia adalah pendiri dari Fastlane, sebuah perangkat open-source yang memfasilitasi pengembangan aplikasi di iOS dan Android.
Di media sosial, ada banyak link (tautan) eksternal yang ditawarkan. Dalam kasus periklanan, tautan ini mengizinkan akses langsung ke situs pengiklan. Paling sering, halaman terbuka langsung dari aplikasi.
Baca Juga
Bagi pengguna, hal ini menjanjikan pengalaman yang lebih mulus, tapi bukan tanpa risiko. Pasalnya menurut Krause, jejaring sosial mengambil kesempatan untuk memulihkan beberapa informasi.
Advertisement
Dalam kasus TikTok, untuk menampilkan iklan yang lebih bertarget, TikTok menambahkan baris kode JavaScript ke situs yang dikunjungi di iOS. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang dilakukan pengguna di internet, guna menunjukkan kepada si pengiklan produk apa yang telah dilihat atau yang menarik perhatian pengguna.
Baik Facebook, Instagram, hingga TikTok semuanya disebut-sebut memakai metode ini. Dalam kasus TikTok menurut Krause, prosesnya lebih jauh dari itu. Pasalnya Krause menyebut, TikTok bisa mengetahui apa pun yang diketikkan pengguna di iPhone mereka.
Felix Krause dalam studi yang diterbitkan Forbes merinci proses yang dipakai TikTok. Menurutnya, kode yang diintegrasikan oleh TikTok bisa mengikuti semua pergerakan pengguna di web. Termasuk bisa mengetahui kata sandi dan pengidentifikasian si pengguna.
Hal ini dilakukan dengan mengintip semua yang diketikkan pengguna di keyboard iPhone mereka. Krause menjelaskan, hal ini seperti memasang keylogger di situs web pihak ketiga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Buat Optimalkan Pengalaman Pengguna
"Hanya karena aplikasi menyuntikkan JavaScript ke situs web eksternal, tidak berarti aplikasi melakukan sesuatu yang berbahaya. Itu bukan kebetulan, tetapi sebuah pilihan perusahaan," kata Krause.
Felix Krause mengatakan, jika aplikasi menyuntikkan kode yang bisa melacak pergerakan pengguna, tidak ada bukti bahwa TikTok menggunakannya untuk mengumpulkan data di servernya atau menjual ke pihak ketiga.
Facebook di sisi lain, mengkonfirmasi proses pengumpulan seperti ini bersifat anonim.
TikTok pun telah membenarkan hal ini dengan opsi debugging sederhana.
"Seperti platform lain, kami menggunakan browser web tertanam ini untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna. Kode Javascript yang dimaksud hanya digunakan untuk pemecahan masalah dan pemantauan kinerja. Inilah yang memungkinkan kami untuk memeriksa kecepatan pemuatan halaman atau apakah itu memblokir," kata juru bicara TikTok Maureen Shanahan, dalam siaran pers.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Apa yang Harus Dilakukan Pengguna?
Lantas bagaimana cara pengguna melindungi diri mereka?
Untuk melindungi data sensitif pengguna, Felix Krause memberikan tips. Ia mengajak para pengguna internet untuk tidak membuka link atau tautan, saat berada di aplikasi yang dimaksud, dalam hal ini misalnya di aplikasi TikTok.
Misalnya, pengguna bisa mengirimkan link yang didapat ke teman melalui DM, kemudian pengguna juga bisa meng-copy paste ke browser eksternal.
Terpenting, pengguna harus menghindari membuka link langsung di aplikasi. Sebagian besar aplikasi menawarkan kemungkinan membuka link di browser eksternal.
TikTok dalam hal ini tidak memungkinkan pengguna untuk membuka link melalui Safari atau Chrome. Untuk itu, lebih baik menyalin link dan menempelkannya secara manual ke browser.
Pertumbuhan TikTok
September lalu, TikTok mencapai milestone baru, yakni memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.
Meski masih butuh waktu panjang untuk bisa menyamai pengguna aktif Facebook, pertumbuhan TikTok sangatlah cepat.
Pertumbuhan TikTok
Â
Aplikasi video pendek yang dimiliki oleh ByteDance ini merain popularitasnya sejak dirilis September 2016. TikTok menyebut, 55 juta pengguna di seluruh dunia pada Januari 2018. Lalu, jumlah itu bertambah jadi lebih dari 271 juta di Desember 2018, 508 juta pengguna di Desember 2019, dan 689 juta pengguna pada Juli 2020.
Pada September 2021, TikTok mencapai milestone baru, satu miliar pengguna aktif bulanan. Lebih dari semiliar orang di dunia kini masuk ke aplikasi TikTok tiap bulan untuk mendapatkan hiburan, pelajaran, komedi, atau menemukan hal baru.
TikTok pun makin moncer selama pandemi Covid-19, jumlah unduhannya melampaui 2 miliar kali pada Agustus 2020. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 3 miliar kali pada September 2021, dan menjadi aplikasi non-Facebook pertama yang mencapai tonggak tersebut.
Dengan satu miliar pengguna aktif, TikTok masih berada di bawah Facebook dan YouTube yang keduanya memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan.
 (Tin/Ysl)
Advertisement