Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengumumkan membuka Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1GHz untuk Keperluan Penyelenggaran Jaringan Bergerak Seluler. Hal ini diumumkan Ketua Tim Seleksi Denny Setiawan dalam siaran pers yang dikutip, Senin (29/8/2022).
Adapun seleksi ini berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Infomatika Nomor 343 Tahun 2022 tentang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2022.
Baca Juga
Menurut Denny, seleksi ini bertujuan untuk optimalisasi spektrum frekuensi radio dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan jaringan bergerak seluler.
Advertisement
Selain itu, seleksi ini mendorong akselerasi penggelaran infrastruktur jaringan bergerak seluler sebagai bagian dari upaya pencapaian program prioritas tradisional serta optimalisasi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
"Seleksi ini dinyatakan terbuka untuk seluruh penyelenggara jaringan bergerak seluler sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan di dalam Dokumen Seleksi," tutur Denny.
Lebih lanjut Denny menuturkan, objek seleksi pada pita frekuensi 2,1GHz terdiri atas satu blok pita frekuensi sebesar 5MHz FDD (10MHz) pada rentang 1975-1980MHz yang berpasangan dengan 2165-2170MHz dalam cakupan wilayah layanan nasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi ini mengacu pada Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2022.
"Dokumen seleksi dapat diambil oleh calon peserta seleksi pada hari Selasa, 30 Agustus 2022 pada Pukul 10.00 – 14.00 WIB di Sekretariat Tim Seleksi Wisma Antara Lantai Dasar Jl. Medan Merdeka Selatan No.17 Jakarta Pusat," tuturnya menjelaskan.
Mengenai persyaratan pengambilan dokumen, Denny menuturkan, calon peserta seleksi wajib menyerahkan surat kuasa dan dokumen yang bisa diakses dalam pengumuman. Ia juga menyatakan, keputusan tim seleksi bersifat final, mengikat, dan tidak dapat diganggu gugat sesuai ketentuan yang berlaku.
Â
Indonesia Akan Luncurkan Pita Frekuensi 700 MHz untuk 5G
Di sisi lain, Kemkominfo bakal meluncurkan pita frekuensi 700 MHz (frekuensi rendah) untuk menggelar layanan 5G pada akhir 2022 atau awal 2023.
Informasi ini diungkapkan di ajang The 8th Asia Pasific Spectrum Management Conference yang baru-baru ini di Bangkok, Thailand.
Direktur Penataan Sumber Daya Kemkominfo Denny Setiawan mengatakan, sebagai tindak lanjut peluncuran 5G komersial tahun lalu, pemerintah berharap bisa meluncurkan pita frekuensi rendah 700 MHz untuk penyelenggaraan layanan 5G pada akhir 2022 atau awal 2023.
"Saat ini pemerintah tengah melakukan refarming dan re-assignment untuk 5G pada pita frekuensi sedang 3,5GHz yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2023," kata Denny, dikutip dari keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (11/6/2022).
Sementara itu menurut Denny, penggunaan pita frekuensi 6 GHz dan 4,9 GHz untuk 5G baru akan diputuskan setelah WRC-23.
Terpisah, Chief Technology Officer Huawei Indonesia Alex Xing menyebut, syarat kunci konektivitas adalah spektrum. Spektrum frekuensi menurutnya merupakan sumber daya langka dan penting.
Spektrum IMT terharmonisasi global antara lain 700 MHz, 3,5 GHz, dan 6 GHz berlisensi menjadi penentu utama dalam inovasi dalam perjalanan inovasi dan inklusi digital masa depan.
"Saat ini di Indonesia ada lebih dari 370 juta koneksi seluler dan penetrasi smartphone melampaui 90 persen. Meningkatnya konektivitas pita lebar seluler berdampak pada persyaratan yang berlaku atas spektrum," kata Xing.
Ia menambahkan, dengan dukungan kebijakan spektrum yang kondusif di Indonesia, mendukung operator melalui inovatif, termasuk massive MIMO, CloudAIR dynamic spectrum sharing, dan RuralStar.
Advertisement
Pentingnya Spektrum Frekuensi
Sekadar informasi, spektrum merupakan sumber daya mendasar dalam pengembangan industri komunikasi seluler, serta elemen inti untuk 5G dan 5G Advanced.
Untuk itu, perlu dilakukan perencanaan yang harmonis dan jelas dalam menyusun peta jalan dan standar spektrum.
Sementara itu, pembicara dari kalangan regulator di Kamboja mengatakan bahwa pengembangan layanan 5G sepenuhnya menjadi salah satu faktor kunci untuk mewujudkan Digital Cambodia.
Selain 3.5GHz, Kamboja juga tengah menimbang frekuensi 6GHz untuk IMT melalui studi ITU-R.
Oleh karena itu, regulator di negara tersebut menyarankan negara-negara Asia Pasifik untuk menyisihkan pita 6GHz bagian atas untuk IMT sebelum WRC-23, dalam rangka mencapai harmonisasi spektrum dan ekosistem.
Sementara itu, Thailand NBTC mengumumkan bahwa layanan 5G telah diluncurkan secara komersial pada pita 2.6GHz dan 700MHz. Thailand juga tengah menggelar uji coba pada pita 3.5GHz/28GHz serta penelitian pada pita 6GHz berdasarkan WRC-23.Â
Frekuensi 5G di Thailand
NBTC mengklaim di masa depan akan dibutuhkan total bandwidth 2051MHz yang terdiri dari pita sedang dan rendah untuk memberikan kecepatan unduhan 5G setidaknya 100 Mbps, dari rata-rata 30Mbps saat ini pada jaringan 4G.
Selain itu, cakupan populasi 5G nasional di Thailand mencapai 77 persen dengan total 17.244 BTS 2600 MHz pada April 2022.
Delegasi Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) Tiongkok mengatakan bahwa pita sedang telah dipilih sebagai pita frekuensi utama untuk 5G secara global.
Frekuensi 6GHz akan menjadi pita frekuensi utama untuk 5G di masa depan, berkat gabungan dari kapasitas, cakupan dan biayanya, yang terutama akan menguntungkan bagi negara-negara berkembang.
Di saat yang sama, pita 6GHz tidak akan lagi digunakan untuk layanan tetap seperti gelombang mikro (microwave) di Tiongkok.
Menurut GSMA, selama rentang waktu 2025-2030, negara-negara dunia akan membutuhkan spektrum pita sedang 2 GHz untuk memberikan kecepatan downlink 100 Mbps dan uplink 50 Mbps bagi pengguna IMT agar dapat menyediakan layanan 5G. Oleh karena itu pita 6GHz menjadi kandidat utamanya.
3GPP RAN Plenary telah meluncurkan hasil standardisasi pita 6GHz (6425-7125 MHz) atas sebagai pita frekuensi IMT yang baru, dan diharapkan pekerjaan ini selesai di tahun 2022.
Selain itu, GSMA menghimbau regulator untuk mempertimbangkan setidaknya pita 6GHz atas untuk penggunaan IMT berlisensi. Sementara, pita 6GHz bawah dapat digunakan sebagai basis netral teknologi.
Dalam kesempatan yang sama, Vice President 5G Product Line Huawei Du Yeqing, menggarisbawahi bahwa masing-masing negara akan memerlukan 2000 MHz spektrum pita sedang dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.
Spektrum pita sedang akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan kecepatan yang lebih baik dan layanan yang lebih terjangkau dalam penyelengaraan layanan 5G secara penuh.
Pita frekuensi 2,1/2,3/2,6/4,9 GHz memiliki ekosistem yang telah matang yang mendukung pengembangan primer 5G, seperti halnya pita C-band.
Saat ini, kalangan industri bekerja sama untuk mematangkan ekosistem 6GHz dalam upaya memenuhi kebutuhan 5G dalam jangka panjang.
(Dam/Ysl)
Advertisement