Sukses

Mengenal Bentuk dan Jenis Pelecehan Seksual di Ruang Digital

Penting untuk mengenali berbagai bentuk pelecehan seksual di ruang digital agar dapat segera melaporkan apabila seseorang menyadari dirinya tengah menjadi korban.

Liputan6.com, Jakarta - Isu pelecehan seksual kian merebak dan seringkali menjadi viral di media sosial. Tidak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

Dengan demikian, pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait bentuk dan jenis pelecehan seksual di ruang digital agar para korban sadar bahwa hal yang terjadi kepada dirinya termasuk ke dalam kategori pelecehan seksual.

Dosen PKTTYME UNTAG Semarang, Andhika Nanda Perdhana, menggarisbawahi bahwa sesuatu hal dapat dikatakan sebagai pelecehan seksual apabila tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kebutuhan seksual tidak dilakukan atas dasar kesukarelaan, sehingga menimbulkan permasalahan dan keresahan.

Andhika menjelaskan bentuk dan jenis pelecehan seksual di ruang digital, di antaranya cyber stalking, cyber harassment, sexting, non-consensual dissemination of intimate images, body shaming, dan scammer.

“Penting untuk mengenali berbagai bentuk pelecehan seksual di ruang digital agar dapat segera melaporkan apabila seseorang menyadari dirinya tengah menjadi korban,” ujar Andhika dalam webinar bertema 'Jaga Dirimu dari Pelecehan Seksual di Ruang Digital' di Makassar, Sulawesi Selatan, belum lama ini.

Sebagai informasi, webinar ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

 

2 dari 4 halaman

Dampak Pelecehan Seksual

Terkait etika digital, Dosen Fakultas Psikologi Universitas YARSI Nuri Sadida mengungkapkan dampak pelecehan seksual bagi korban, baik secara kesehatan fisik dan mental maupun kehidupan sehari-hari.

"Salah satu yang memengaruhi kehidupan sehari-hari yakni seperti menarik diri dari pergaulan," katanya.

Terdapat juga dampak yang ditimbulkan bagi pelakunya meliputi terganggunya konsentrasi, menormalisasi tindakan kekerasan seksual, dan mengganggu kualitas hubungan dengan orang-orang terdekat.

“Faktor yang mempengaruhi besarnya dampak pelecehan seksual digital, pertama adalah perbedaan gender, di mana dampak terhadap perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki," ucap Nuri.

Kedua, kata Nuri, karakteristik permisif. Lalu ketiga, frekuensi terpapar stimulus seksual online. Terakhir atau keempat, kualitas kedekatan hubungan dan frekuensi interaksi pelaku dan korban.

 

3 dari 4 halaman

Waspada Modus Grooming

Kemudian, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pejuang Republik Indonesia Husnul Hidayah menekankan ada pula modus grooming yang kebanyakan memakan korban anak-anak di bawah umur.

Child grooming adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam membangun hubungan ikatan emosional dengan anak atau remaja, sehingga mereka bisa mengeksploitasi korban.

"Modus yang dilakukan adalah pelaku menggunakan akun palsu dengan mengatasnamakan orang yang familiar dengan korban lalu ia sering menarik simpati dan perhatian dari korban," Husnul memaparkan.

Setelah hubungan keduanya sudah dekat, pelaku mulai beraksi dengan meminta foto atau video cabul dengan cara yang sopan maupun penuh ancaman.

“Agar dapat melawan pelecehan seksual di era digital, pengguna media digital harus lebih berani speak up apabila mengalami tindak pelecehan seksual, harus memahami cara berinternet dengan aman, melindungi privasi diri sendiri dan menghindari konten yang berkaitan dengan pornografi,” pesannya.

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: 6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual (Liputan6.com / Abdillah)