Liputan6.com, Jakarta - Twitter menghapus sebuah unggahan tweet ujaran kebencian yang dilontarkan oleh seorang profesor dari Carnegie Mellon University, Amerika Serikat, yang ditujukan untuk Ratu Elizabeth II yang baru saja wafat.
Ujaran kebencian ini dilontarkan oleh profesor tersebut, tak lama setelah beredarnya kabar Ratu Elizabeth II jatuh sakit, di mana diketahui ia meninggal dunia tak lama setelahnya.
Baca Juga
"Saya mendengar kepala monarki dari kerajaan genosida pencuri dan pemerkosa akhirnya sekarat," cuit profesor bernama Uju Anya itu di akun Twitter-nya.
Advertisement
"Semoga rasa sakitnya menyiksa," kata profesor di Departemen Bahasa Modern CMU tersebut, seperti dikutip dari CBS News, Jumat (9/9/2022).
Twitter kemudian menghapus tweet tersebut dan memasukkannya dalam cuitan yang "melanggar Aturan Twitter." Beberapa jam kemudian, pihak universitas pun mengunggah pernyataan.
CMU menyebut bahwa cuitan Uju Anya tidak mewakili nilai-nilai dari institusi mereka, serta menyayangkan unggahan tersebut.
"Kami tidak memaafkan pesan ofensif dan tidak menyenangkan yang diposting oleh Uju Anya hari ini di akun media sosial pribadinya," tulis CMU.
"Kebebasan berekspresi adalah inti dan misi pendidikan tinggi, namun pandangan yang dia bagikan sama sekali tidak mewakili nilai-nilai institusi, atau standar wacana yang ingin kami kembangkan," tulis universitas itu melalui Twitter resminya.
Dikecam Jeff Bezos
Cuitan Uju Anya tak cuma mendapat respon negatif dan kecaman dari warganet, tetapi juga dari pendiri Amazon Jeff Bezos.
"Inikah orang yang seharusnya bekerja untuk membuat dunia lebih baik? Saya rasa tidak. Wow," cuit Bezos mengomentari unggahan yang sudah dihapus tersebut.
Jeff Bezos sendiri termasuk salah satu tokoh publik yang mengucapkan ucapan belasungkawa atas wafatnya sang Ratu.
"Saya tidak bisa memikirkan siapa pun yang lebih baik mempersonifikasikan tugasnya. Duka cita terdalam saya untuk semua orang Inggris yang berduka atas kepergiannya hari ini," kata Bezos.
Uju Anya sementara itu membela diri dan pernyataannya sebelumnya.
"Jika ada yang berharap saya mengungkapkan apa pun selain penghinaan ke monarki yang mengawasi pemerintah pendukung genosida yang membantai dan menggusur setengah keluarga saya dan konsekuensinya dihadapi mereka yang hidup hari ini, Anda bisa memohon pada bintang."
Advertisement
Pangeran Charles Jadi Raja
Ratu Elizabeth II meninggal pada Kamis 8 September 2022 waktu setempat. Sepeninggalnya, kerajaan Inggris pun mengumumkan Pangeran Charles naik takhta menjadi Raja Inggris.
Pangeran Charles menggunakan nama Raja Charles III. Menurut laporan Insider yang dikutip Jumat (9/9/2022), ia kini menjadi orang tertua dalam sejarah Inggris yang menjadi raja — pada usia 73 tahun.
"Hari ini mahkota itu diberikan, seperti yang telah terjadi selama lebih dari 1.000 tahun, kepada raja baru kita - kepala negara baru kita - Yang Mulia Raja Charles III," kata Perdana Menteri Inggris Liz Truss saat berbicara kepada bangsa.
"Bersama keluarga raja, kami berduka atas kehilangan ibunya, dan saat kami berduka, kami harus bersatu sebagai rakyat untuk mendukungnya," kata Truss.
"Kami mengantarkan era baru dalam sejarah megah negara besar kami, persis seperti yang diinginkan Yang Mulia Ratu, dengan mengucapkan kata-kata, 'God Save the King'."
Â
Pernyataan Pertama Raja Charles II
Dalam pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh Raja Charles III sebagai Raja, dia menyebut kematian Ratu Elizabeth sebagai "momen kesedihan terbesar bagi saya dan semua anggota keluarga saya."
"Kami sangat berduka atas meninggalnya seorang Penguasa yang disayangi dan seorang ibu yang sangat dicintai," lanjutnya.
Terakhir kali Inggris melihat perubahan kepemimpinan adalah 70 tahun yang lalu, ketika Ratu Elizabeth II mengambil alih takhta setelah kematian Raja George. Raja tertua sebelumnya dalam sejarah Inggris berasal dari tahun 1830 ketika Raja William IV naik tahta pada usia 64 tahun.
(Dio/Isk)
Advertisement